OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 23 April 2018

Advokat GNPF Ulama Bantah Alasan Polisi Tak Panggil Sukmawati

Advokat GNPF Ulama Bantah Alasan Polisi Tak Panggil Sukmawati


10Berita, Anggota Tim Advokasi GNPF Ulama, Nasrullah Nasution menanggapi alasan polisi yang tak kunjung memeriksa Sukmawati karena ingin memeriksa semua pelapor. Ia menilai, yang seharusnya digali adalah terlapor, yaitu Sukmawati sendiri.

“Seharusnya segera dilakukan pemeriksaan terhadap Sukmawati sebagai Terlapor. Yang harus digali itu motif terlapor atas puisi yang dibacakannya yang menodai agama Islam. Bukan justru sebaliknya,” katanya saat dihubungi Kiblat.net pada Ahad (22/04/2018).

Ia juga menegaskan bahwa baik terlapor maupun pelapor memang harus diperiksa. Namun, ia menekankan tidak perlu semua pelapor diperiksa. Menurut Advokat SNH Advocacy Center ini, cukup sebagian besar saja.

“Keduanya diperiksa tapi kan sudah sebagian besar diperiksa. Kalaupun ada harus disampaikan siapa dan berapa banyak. Dan setahu kami sudah dilakukan pemeriksaan tidak lama dari pelaporan,” tuturnya.

Nasrullah juga berpendapat bahwa sikap kepolisian yang belum memeriksa Sukmawati akan menjadi catatan bagi masyarakat. Menurutnya, masyarakat akan menilai penegakan hukum di Indonesia masih buruk.

“Dengan lamabanya pemeriksaan terhadap Sukmawati akan menjadikan catatan bagi masyarakat Indonesia bahwa inilah sikap aparat penegak hukum khususnya Polri dalam penanganan kasus publik seperti ini,” terangnya.

Sebagaimana diketahui, polisi belum memeriksa Sukmawati karena ingin memeriksa semua pelapor. “Ya nunggu 18 (pelapor) ini, apakah sudah diperiksa semua apa belum. Pertama, (pemeriksaan terhadap) pelapor,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto seperti dilansir Tribunnews.

Sumber : kiblat.net

  

Tanpa Busana Muslim Luncurkan Program Antipolitisasi Masjid, Relawan Jokowi Dikritik

Tanpa Busana Muslim Luncurkan Program Antipolitisasi Masjid, Relawan Jokowi Dikritik

10Berita, Gerakan Nasional Jutaan Relawan Dukung Joko Widodo atau Jokowi membuat program antipolitisasi masjid. Program itu dilakukan melalui ceramah dan pengajian yang digelar relawan.

“Kami melakukan ceramah soal itu tiap ada pengajian relawan,” kata koordinator gerakan, Sylver Matutina di Sarinah, Jakarta Pusat, Ahad, 22 April 2018. Relawan menggagas program ini untuk mengembalikan fungsi masjid sebagai tempat ibadah.

Para ustad dan takmir akan berbicara mengenai Islam yang benar. “Bukan Islam yang dipakai untuk tujuan tertentu yang tidak baik.”

Mereka yang melakukan ceramah itu, kata dia, tidak melulu para pendukung Jokowi. “Yang pasti ustaznya nasionalis dan benar-benar paham agama.”

Pengajian relawan juga berupaya menepis berbagai tudingan miring terhadap Jokowi. Misalnya soal Jokowi yang dikaitkan dengan paham komunisme.

Dia mengatakan Jokowi lahir pada 1961, sedangkan Gerakan 30 September yang sering dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) terjadi pada 1965. Karena itu, menurut dia tidak mungkin Jokowi yang saat itu baru berumur empat tahun masuk PKI. “Maka kami kasih pencerahan bahwa tuduhan itu tidak berdasar.”

Relawan, kata dia, juga berupaya menepis isu Jokowi antiislam. Menurut dia Jokowi adalah sosok yang sangat Islami. Jokowi, kata dia, sering membantu acara-acara keagamaan dan tidak pernah lepas salat lima waktu. “Beliau juga jadi sering menjadi imam salat yang baik.”

Peluncuran program antipolitisasi masjid oleh relawan Jokowi ini mendapat kritik pedas dari Politisi Muda Mustofa Nahrawardaya dalam akun IG nya.

Dalam akun IG nya Mustofa Nahrawardaya memposting screenshot dari berita salah satu media online dan ditambahkan teks “NGURUSI MASJID, GA ADA YANG BERBAJU MUSLIM” dalam caption nya dituliskan pula

“Astaghfirullah, segerakan datang 2019 ya Allah. Rindu Presiden asli Indonesia”

Source: https://nasional.tempo.co/read/1082066/relawan-jokowi-luncurkan-program-antipolitisasi-masjid

Hamas Bersumpah Balas Dendam atas Pembunuhan Ilmuan Mereka di Malaysia

Hamas Bersumpah Balas Dendam atas Pembunuhan Ilmuan Mereka di Malaysia


10Berita, JALUR GAZA, PALESTINA  - Hamas mengatakan pada hari Sabtu (21/4/2018) bahwa seorang pria yang ditembak mati di Malaysia adalah anggota penting organisasi itu, mengatakan Zionis Israel berada di balik pembunuhan kurang ajar tersebut dan bersumpah membalas dendam.

Otoritas Malaysia mengatakan Fadi al-Bathasy, 35, dibunuh oleh dua tersangka yang diyakini memiliki hubungan dengan agen intelijen asing dalam sebuah penembakan di Kuala Lumpur dalam perjalanannya untuk melakukan sholat subuh.

Polisi mengatakan rekaman CCTV menunjukkan bahwa dia menjadi target para pembunuh yang telah menunggunya selama hampir 20 menit sebelum menembaknya setidaknya delapan kali dari sepeda motor.

Hamas mengatakan, insinyur Palestina, Fadi al-Bathas, adalah anggota "setia" dan "ilmuwan muda Palestina."

Kelompok ini tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang prestasi ilmiahnya tetapi mengatakan dia telah membuat "kontribusi penting" dan berpartisipasi dalam forum internasional di bidang energi.

Al-Bathash khusus di bidang teknik elektro dan elektronik dan bekerja di universitas Malaysia. Dia telah tinggal di sana bersama keluarganya selama delapan tahun terakhir dan menjadi imam di sebuah masjid lokal.

Pemimpin politik senior Hamas Ismail Haniyeh mengatakan kepada The Associated Press bahwa berdasarkan pembunuhan sebelumnya, "Mossad tidak jauh dari kejahatan tercela dan mengerikan ini."

"Akan ada satu perhitungan yang belum diselesaikan antara kami dan itu," kata Haniyeh di tenda berkabung Gaza, mengacu pada Mossad. "Kami tidak bisa menyerah pada darah putra, remaja dan cendekiawan kita."

Pemerintah Israel tidak berkomentar. Israel memiliki sejarah panjang yang diduga menargetkan orang Palestina yang dicari dalam operasi di luar negeri di seluruh dunia dan telah dikaitkan dengan pembunuhan lain juga, meskipun jarang secara terbuka mengakui hal itu.

Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan pemerintah sedang mencari kemungkinan keterlibatan "agen asing" dalam pembunuhannya.

Dia mengatakan kepada media lokal bahwa penyelidikan awal menunjukkan para penyerang adalah "orang kulit putih" mengendarai motor BMW 1100cc.

Al-Bathas adalah sepupu Khaled al-Bathas, seorang pejabat senior di kelompok perlawanan Palestina Jihad Islam, yang juga mengatakan Mossad di balik pembunuhan itu.

Hamas mengatakan Mossad telah membunuh salah satu ahli drone - Mohamed Zouari - di Tunisia pada tahun 2016, dan agen mata-mata itu juga diyakini berada di balik pembunuhan 2010 atas anggota senior Hamas, Mahmud al-Mabhuh di sebuah hotel di Dubai. (st/TNA)

Sumber :Voa-islam.com 

Sering Baca Al-Qur’an bisa Bikin Rumah Wangi dan Sejuk

Sering Baca Al-Qur’an bisa Bikin Rumah Wangi dan Sejuk

10Berita, SERING membaca Al-Quran di rumah ternyata dapat mewangikan, menyejukkan, memesonakan rumah dan mengusir setan dari dalam rumah.

Al-Quran merupakan salah satu mukjizat terbesar dari Allah SWT yang diberikan kepada Rasulullah ﷺ. Sampai saat ini, mukjizat tersebut begitu berarti bagi kita, Muslimah. Sebab, Al-Quran menjadi salah satu suara utama bagi kita di dalam kehidupan ini. Di kala susah, senang, bimbang, dapat teratasi dengan Al-Quran.

Itulah hebatnya Al-Quran. Maka, sungguh merugi orang-orang yang tidak membacanya. Dan alangkah bahagianya orang-orang yang memperbanyak membaca Al-Quran di dalam rumah. Mengapa begitu?

Hal itu karena Al-Quran mewangikan rumah dan sejuk mempesona dan mengusir setan dari dalam rumah. Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Perumpamaan orang yang beriman yang membaca Al-Quran laksana pohon utrujjah (beraroma semerbak wangi); aromanya wangi dan rasanya enak.

Dan perumpamaan orang yang beriman yang tidak membaca Al-Quran laksana buah kurma; aromanya tidak terasa, tapi rasanya enak. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Quran laksana tumbuh-tumbuhan raihanah (yang melibatkan harum); aromanya wangi tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Quran laksana hanzalah; aromanya tidak ada dan terasa pahit, ”(HR. Bukhari dan Muslim).

Orang yang membaca Al-Quran di rumah dengan khusyuk, akan menjadikan malaikat mendekat.

Alangkah nikmatnya jika kita mampu mencetak banyak-banyak membaca Al-Quran di rumah. Selain mendapat ganjaran yang tak ternilai dari Allah SWT, kita akan merasakan nikmatnya di dalam rumah. Wangi dan sejuknya keadaan rumah yang dibacakan Al-Quran akan terasa. Ditambah dengan kekhsyuan membaca Al-Quran, menggabung rumah kita menjadi lebih berkah dengan datangnya malaikat menemani keluarga kita.

Wangi dan sejuknya keadaan rumah ini, bukan hal yang dapat dirasakan oleh panca indera. Melainkan, keadaan di rumah akan lebih terasa begitu tenang dan menentramkan. Baik itu, karena anggota keluarga menjadi pribadi yang baik. Maupun ketidak adaan masalah yang begitu rumit di dalam rumah yang bisa menganggu pikiran kita. Wallahu ‘alam []

Referensi: Ruqyah Jin, Sihir dan Terapinya / Karya: Syaikh Wahid Abdussalam Bali / Penerbit: Ummul Qura,  .

Sumber : Islampos

Minggu, 22 April 2018

TELAK! Polling Instagram: 69,3% Ingin Ganti Presiden

TELAK! Polling Instagram: 69,3% Ingin Ganti Presiden


10Berita, Pilpres 2019 masih setahun lagi. Namun sepertinya masyarakat sudah sangat menginginkan untuk secepatnya ganti presiden.

Dalam polling-polling di media sosial hasilnya selalu mayoritas menginginkan 2019 ganti presiden.

Kali ini hasil polling di instagram.

Hasil polling di instagram yang dilakukan akun @Pinterpolitik memunculkan hasil yang cukup mengejutkan.

Sebesar 69,3% ingin Ganti Presiden.

Hanya 30,7% yang tetap memilih Jokowi.

Hasil yang mengejutkan. Bisa saja menggambarkan keinginan warganet. Bisa jadi gambaran keinginan masyarakat usia 18-24 tahun.

Polling ini berasal dari 23.722 pengikut. 8111 orang melihat polling. 67% laki-laki, 33% perempuan.

Sumber: IG, PORTAL-ISLAM.ID

[Video] CSR Telkom 3,5 M untuk Gereja, Nasehat Ustadz Abdul Somad Ini Perlu Dicamkan Umat

[Video] CSR Telkom 3,5 M untuk Gereja, Nasehat Ustadz Abdul Somad Ini Perlu Dicamkan Umat


10Berita, Beredarnya kabar PT Telkom membagikan CSR sebesar Rp 3,5 miliar untuk gereja dan Rp 100 juta untuk masjid menuai tanggapan banyak pihak. Mulai dari PBNU, Muhammadiyah, MUI, hingga Wakil Ketua MPR RI mempertanyakannya.

Baca Juga: CSR Telkom 3,5 Miliar untuk Gereja dan 100 Juta untuk Masjid, Ini Respon MUI

Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat KH Cholil Nafis mempertanyakan logika apa yang dipakai oleh orang-orang Telkom. Ia pun meminta Menteri BUMN mengevaluasi Direktur Utama PT Telkom dan jajaran pengelola CSR-nya.

“Logika apa yg digunakan oleh orang2 di telkom ya. Berapa prosentasi pengguna dan jumlah umat muslim di Indonesia. Tlg Bu Menteri dievaluasi dirutnya dan jajaran pengelola CSR-nya,” kata Cholil Nafis melalui akun Twitter pribadinya, @cholilnafis, Sabtu (21/4/2018), sembari melampirkan berita berjudul Dana CSR Telkom 3,5 M untuk Gereja, 100 Juta untuk Masjid, Umat Islam Protes!

Wakil ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid juga mempermasalahkan pembagian CSR itu. Ia mengingatkan, mayoritas mutlak pelanggan Telkom adalah pengguna masjid. Ia juga meminta Menteri BUMN dan Menkominfo untuk merespon hal itu.



Baca juga: Soal CSR Telkom 3,5 M untuk Gereja, Ini Pertanyaan Hidayat Nur Wahid ke Menteri BUMN dan Menkominfo

“Setelah PBNU dan Muhammadiyah mempermasalahkan ketidakadilan dan ketidakbijakan Telkom bagikan CSRnya: 3,5M untuk Gereja dan 100 juta untuk Masjid, sekarang MUI juga mempermasalahkan. Karena memang Telkom diuntungkn oleh pelanggannya yang mayoritas mutlaknya pengguna Masjid. MenBUMN dan Menkominfo, respons anda?!” kata Hidayat Nur Wahid melalui akun Twitter pribadinya, @hnurwahid, Ahad (22/4/2018).

Masalah CSR dan kasus-kasus kontroversial yang terjadi belakangan ini menegaskan pentingnya kekuasaan. 

Ustadz Abdul Somad menasehatkan, segenggam kekuasaan bisa menolong agama Allah. Contohnya dengan membuat peraturan yang sesuai syariat.



Pengingat lain datang dari Yusril Ihza Mahendra. Ia mengingatkan, seribu kepintaran dengan mudah akan digilas oleh segenggam kekuasaan.

Sumber :Tarbiyah 

Tukang Sablon Kaos #2019GantiPresiden Didatangi Polisi

Tukang Sablon Kaos #2019GantiPresiden Didatangi Polisi


10Berita, Bapak-bapak Polisi yang baik hati, mohon penjelasannya ya:
Apakah pembuatan kaos #2019GantiPresiden melanggar hukum hingga harus disertakan No KTP dan No telp?
Bila ya, apa dasar UU-nya? No berapa dan tahun berapa?
Biar kami faham. Kasihan rakyat kecil yang ingin mengais rejeki. .

sumber: beritaterkinionline

20 Tahun PK/PKS: Mendaki Jalan Terjal

20 Tahun PK/PKS: Mendaki Jalan Terjal

 

Oleh: Sapto Waluyo
Direktur Center for Indonesian Reform

10Berita, BAGAIMANA partai politik merayakan hari kelahirannya? Biasanya, partai melakukan apel akbar yang diisi parade orasi atau pagelaran budaya, diselingi bakti sosial dan donor darah. Itu seremoni lazim, tapi tidak cukup bagi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Dalam rangka memperingati mIlad ke-20, kader PKS melakukan konvoi sepeda balap (road bike) dari Semarang ke Jakarta menempuh jarak 508 kilometer. Tak tanggung-tanggung, Ketua Komisi I DPR RI, Abdul Kharis Almasyhari memimpin rombongan Tour de Jakarta itu. Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid dan Calon Gubernur Provinsi Jawa Tengah Sudirman Said melepas 45 penggowes sepeda beragam usia. Sebelumnya, kader PKS di wilayah Sumatera telah menaklukkan 8 gunung tertinggi di beberapa provinsi.

PKS ingin mendidik kader dan simpatisannya, bahwa perjuangan politik adalah perjalanan panjang yang membutuhkan stamina dan kerjasama tim untuk menyusurinya sampai ke tujuan. Politik bukan jalan pintas untuk meraih popularitas atau kursi kuasa, lalu mengakumulasi kekayaan dengan jalan haram. Seperti para pendaki gunung, kaum politisi sejati terlatih melewati jalan terjal penuh onak dan duri, demi mencapai puncak.

Puncak perjuangan bagi seorang politisi adalah ketika telah mampu menaklukkan egonya, lalu menyadari betapa kecil dirinya di batas cakrawala. Seluruh otoritas dan fasilitas yang dinikmatinya suatu hari akan fana, karena kekuasaan memang dipergilirkan menurut konstitusi manusia dan sunnah Tuhan.

PKS telah berkiprah selama dua dasawarsa, jika dihitung dari tanggal berdiri Partai Keadilan (PK) pada 20 Juli 1998. Karena PKS adalah kelanjutan dari PK yang tidak lolos electoral threshold pada pemilu tahun 1999. Sebenarnya tanggal berdiri PKS tercatat 20 April 2002. Dua entitas itu memberi warna unik dalam jagad politik Indonesia.

Terlalu mewah untuk menyebut kontribusi PKS dalam pembangunan bangsa (nation building), karena usia PKS masih tergolong muda dan belum tampil sebagai partai berkuasa seperti PDI Perjuangan, Golongan Karya atau Partai Demokrat. PKS juga tak memiliki tokoh flamboyan yang berpeluang besar untuk menjadi Presiden RI semisal Prabowo Subianto dari Gerindra. Tetapi, sangat tak adil untuk mengabaikan sumbangsih PKS dalam pembentukan karakter politik Indonesia kontemporer. Dirk Tomsa (2011) menyatakan proses demokrasi telah membuat kekuatan radikal Islam menjadi lebih moderat dan itu membentuk kualitas demokrasi Indonesia lebih matang.

Pandangan itu terkesan mencurigai kekuatan politik Islam adalah ancaman bagi eksistensi Indonesia sebagai bangsa multietnik. Padahal, kenyataannya sejak masa kemerdekaan Indonesia, tokoh Islam melalui organisasi massa dan partai politik Islam menjadi aktor terdepan dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). PKS selalu menisbatkan diri sebagai penyambung rantai sejarah nasional sebagaimana diungkapkan Ketua Majelis Syura PKS, Salim Segaf al-Jufri.

Pada tahun 2009, mantan PM Singapura Lee Kuan Yew berkunjung ke Indonesia dan berdialog dengan Hidayat Nur Wahid yang saat itu menjabat Ketua MPR RI. Lee bertanya tentang perkara tak terduga, “Bagaimana masa depan Indonesia dan Asia Tenggara jika PKS kelak memenangi pemilu di Indonesia?”. Hidayat tak langsung menjawab karena mafhum arah pertanyaan tokoh senior seangkatan dengan mantan Presiden Soeharto.

Hidayat memberikan contoh kongkrit kemenangan PKS di Provinsi DKI Jakarta pada pemilu tahun 2004 ternyata tidak melahirkan gerakan talibanisme seperti dipropagandakan sebagian orang. Contoh lain di wilayah timur Indonesia, kader PKS yang menjadi Bupati Halmahera Selatan (Muhammad Kasuba) tak mengubah kabupaten di Provinsi Maluku Utara itu menjadi zona intoleran dan penuh kebijakan diskriminasi. Semua wilayah yang dipimpin kader PKS relatif stabil dan lebih maju, seperti Provinsi Jawa Barat (Gubernur Ahmad Heryawan) dan Sumatera Barat (Gubernur Irwan Prayitno).

Setahun sebelumnya Hidayat diundang ke Singapura untuk berdiskusi bersama akademisi dan mahasiswa berbagai bangsa di kampusNational University of Singapore (NUS). Hidayat berbicara tentang masa depan politik Islam di Indonesia dan kontribusinya bagi stabilitas kawasan Asia Tenggara. Sebagai pengantar tampil tokoh pemikir Kishore Mahbubani yang memuji perkembangan demokrasi di Indonesia, bahkan dinilainya lebih maju dari Amerika Serikat.

Perbincangan intelektual semoga menepis segala kecurigaan tidak hanya terhadap PKS, melainkan juga kepada semua kekuatan politik Islam. Hidayat juga pernah menjadi pembicara dalam konperensi di Madrid, Spanyol (2008) tentang dialog antaragama dan menjadi penasehat untuk King Abdullah bin Abdulaziz International Centre for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) yang berkantor di Wina, Austria.

Tokoh lain seperti KH Hasyim Muzadi dan Prof. Din Syamsuddin menduduki pimpinan International Conference of Islamic Sholars (ICIS) dan Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations(CDCC). Kebetulan Kiai Hasyim, Profesor Din dan Doktor Hidayat adalah alumni Pondok Pesantren Darussalam Gontor. Fakta itu semestinya menempatkan PKS dalam satu barisan dengan gerakan Islam arus utama di Indonesia, sebagaimana Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan ormas atau parpol berbasis Islam lainnya.

Namun, persepsi publik bisa jungkir-balik, apalagi di zaman informasi internet; tatkala fakta, opini atau provokasi bercampur-baur. Masih ada segelintir orang yang berinsinuasi bahwa PKS adalah agen asing membawa ideologi Wahabisme. Pekan lalu (14/4) Hidayat berbicara di depan forum internasional di Istanbul, Turki tentang pengalaman Indonesia mengelola masa transisi demokrasi. Di antara tokoh yang hadir: Rashid Gannouchi (Tunisia), Tawakkul Kharman (penerima hadiah Nobel dari Yaman), Mahathir Mohammad (Malaysia), Sami Uryan (Palestina), M. Hasan Walad Dedew (Mauritania) dan lainya. Hidayat menjelaskan peran ormas dan partai Islam –termasuk PKS– dalam mengawal proses demokratisasi sejak reformasi 1998 hingga pemerintahan Joko Widodo.

Bila kini PKS dipersepsikan sebagai kekuatan oposisi kritis yang lantang menyuarakan #2019GantiPresiden, maka perlu dipahami sebagai bagian dari dinamika politik nasional. PKS adalah partai yang lahir dari rahim reformasi, dalam dirinya tertanam DNA perubahan yang fundamental. PKS melihat gejala stagnansi dalam kepemimpinan nasional di tengah populisme yang semakin menguat. Untuk itu, rakyat harus disodorkan alternatif agar pemilihan umum sebagai sarana demokrasi benar-benar berkualitasmenjadi alat uji pembuktian janji dan komitmen para elite politik. Jangan sampai kaum politisi berubah menjadi pemberi harapan palsu.

Platform Kebijakan Pembangunan PKS (2017) secara komprehensif membahas problem nasional dan menawarkan solusi. Regenerasi kepemimpinan nasional merupakan salah satu topik serius yang ditekuni PKS dengan membangun sistem pembinaan sumber daya manusia yang tangguh, bukan semata sistem kaderisasi yang tertutup dan terbatas. Mantan Menristek RI, Suharna Surapranata, adalah sosok paling bertanggung-jawab dalam perumusan platform PKS dan menawarkan gagasan terbuka tentang agenda transformasi bangsa.

Khusus dalam pasal pemberdayaan SDM, platform PKS menggambarkan kurva pembelajaran terdiri dari empat tahap penting, yakni: pematangan diri, pematangan kemampuan, pematangan peran dan kearifan filosofis. Pada tahap awal pembinaan SDM diarahkan untuk mengenal jatidiri dan mengembangkan integritas serta kompetensi teknis. Tahap selanjutnya menerapkan ilmu dan kompetensi serta membangun lobi untuk mempengaruhi kebijakan. Tahap ketiga memantapkan peran di level nasional dan internasional serta merakit jaringan kolaborasi. Dan tahap terakhir, menjadi rujukan dalam pemecahan masalah di tingkat nasional maupun internasional. PKS tidak hanya berdiskusi tentang bonus demografi, tetapi memulai langkah kongkrit untuk menghadapinya.

Satu contoh kecil tentang perhatian PKS dalam pembinaan SDM ialah seorang kadernya, Faris Jihady, yang menempuh ujian tesis magister bidang Tafsir al-Qur’an di King Saud University, dua hari menjelang milad PKS (18/2). Judul tesisnya: “Al-Istidlal bil Ayat al-Qur’aniyah fi Kutub as-Siyasah as-Syar’iyah, Dirasah Tahliliyah” (Studi Analitis Penggunaan Dalil Ayat al-Qur’an dalam Literatur Politik Islam). Penelitian itu tentang dalalah ushul fiqh dan qawaid tafsir dari tiga buku utama politik Islam: al-Ahkam al-Sulthaniyah (al Mawardi), Tahrir al-Ahkam fi Tadbiri Ahli al-Islam (Ibn Jamaah), danSiyasah Syar’iyah fi Islah al-Ra’i wa al-Ri’ayah (Ibn Taimiyah). Kajian kitab klasik dikomparasikan dengan 20 kitab tafsir dari era salaf hingga kontemporer. Hasilnya: cum laude. Dengan penguji: Dr. Shalih bin Nashir an-Nashir, Prof. Dr. Nashir bin Muhammad al-Mani’, dan Dr. Muhsin bin Hamid al-Muthiri.

Faris adalah putra kedua dari Mutammimul Ula (mantan anggota DPR RI dari Fraksi PKS) dan Wirianingsih (Ketua DPP PKS Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Ketahanan Keluarga). Ia mewakili generasi baru PKS, disamping PKS Muda yang vokal dan kritis. Mas Tamim dan Mbak Wiwik adalah tipikal keluarga PKS yang beranak banyak (10 orang) dan semuanya penghafal al-Qur’an. Faris tidak hanya menekuni karir akademis, tetapi juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan peduli dengan permasalahan nasional/global.

Bayangkan, ada ribuan (bahkan jutaan) anak muda yang menempuh jalan sunyi akademisi dan profesi, menggagas karya seni-budaya dan inovasi teknologi, atau menggerakkan swadaya masyarakat dan wirausaha. Mereka tidak disorot publik dan tidak pula terlalu eksis di media sosial. Tetapi, inisiatif dan karya mereka akan menentukan masa depan Indonesia. Mereka itulah yang menuntut perubahan dan memastikan regenerasi kepemimpinan nasional.

Menyambut milad ke-20, PKS membuka diri kepada seluruh lapisan masyarakat yang ingin berpartisipasi memperbaiki kondisi negeri ini. Tidak guna saling menghujat, menghabiskan energi untuk mempertahankan posisi dan klaim justifikasi. Sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, PKS terbuka bagi seluruh Warga Negara Indonesia. Tapi, orang yang ingin bergabung ke PKS untuk menikmati jabatan empuk, dia keliru. Karena PKS, mengajak kader dan simpatisannya untuk mendaki jalan terjal (al-aqabah) demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. []

Sumber :Islampos.

Dibungkam SBY, Roy Suryo Mohon Pamit dan Tenangkan Diri di Luar Negeri

Dibungkam SBY, Roy Suryo Mohon Pamit dan Tenangkan Diri di Luar Negeri

 




10Berita  - Teguran Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono kepada Roy Suryo lewat Whats App (WA) ternyata hanya dikirim kepada tiga orang. Lalu, siapa yang membocorkannya?

Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu menyebut, pesan WA tersebut hanya dikirimkan kepada Sekretaris Jenderal Hinca IP Pandjaitan, Kadiv Komunikasi Politik Imelda Sari, dan dirinya.

Mungkinkah pesan itu dibocorkan Hinca atau Imelda? "Saya bukan tipe orang yang suka mencari kesalahan orang lain. Apalagi kalau itu sebenarnya sahabat sendiri dan mengumbarnya keluar," kata Roy seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (22/4/2018).

Dalam pesan WA tersebut, SBY meminta Roy Suryo untuk sementara tidak lagi tampil di acara talk show televisi atau media lain. Roy dinilai banyak menyampaikan pernyataan yang tak sesuai dengan posisi dan kebijakan partai.

Roy menilai, oknum pembocor informasi di internal Demokrat sangat berbahaya. Sebab pesan internal dari ketua umum saja bisa bocor kemana-mana.

Meski begitu, Menteri Pemuda dan Olahraga pada Kabinet Indonesia Bersatu II itu mengaku akan mematuhi pesan ketua umum tersebut. Roy langsung pamit untuk menjauh dari hiruk pikuk media seperti perintah SBY.

Roy dijadwalkan berangkat ke luar negeri dalam sepekan ke depan. Kepergiannya itu terkait tugasnya sebagai anggota Komisi I DPR RI.

Sumber : Rakyatku.com

Pemimpin Tanpa Rasa Bersalah: Refleksi Cak Nun atas Kepemimpinan Jokowi

Pemimpin Tanpa Rasa Bersalah: Refleksi Cak Nun atas Kepemimpinan Jokowi

Oleh: Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

10Berita, Di tengah Bapak kami bercerita tentang “Kenapa Bukan Sunan Kalijaga saja yang jadi Sultan”, “Kenapa pendiri Jombang tidak duduk memimpin Jombang”, “Amanah Cincin dari Mbah Kholil Bangkalan”, “Aliran Pencak Silat Ki Tebuireng” — Kakak lagi-lagi mengejar soal rasa bersalah sebagai modal utama pada jiwa seorang pemimpin.

Karena di tengah kisah-kisah itu Bapak nyeletuk: Rakyat yang paling sial di suatu desa, atau yang paling celaka di suatu Negara, adalah kalau pemimpinnya tidak punya rasa bersalah.

“Apa ada pemimpin yang seperti itu”, Kakak nyeletuk.

“Kenapa tidak”, jawab Bapak, “Banyak faktor yang bisa menjadi sebab seorang pemimpin tak punya rasa bersalah”

“Contohnya, Pak”

“Banyak sekali. Umpamanya: orang menjadi pemimpin karena ambisi pribadi. Menjadi pemimpin karena karier. Menjadi pemimpin karena direkayasa oleh sindikat penjudi dan penjahat. Menjadi pemimpin untuk menumpuk kekayaan…”

“Kok mengerikan begitu”, kata Kakak.

“Ada juga karena ia memang tidak paham bahwa menjadi pemimpin adalah menjadi buruhnya rakyat. Sehingga ia tidak sungguh-sungguh dan tidak lengkap menguasai peta permasalahan yang ditanganinya, sehingga ia tidak punya ukuran untuk menilai apakah ia sedang melakukan kebenaran atau kesalahan”

“Tapi benar atau salah kan tergantung pijakan pandangnya”, Kakak membantah, “Seorang Kepala Negara bisa merasa benar menurut kepentingan kekuasaannya, tapi bisa salah kalau dilihat dari kedaulatan rakyat atas kesejahteraannya”

Bapak menjelaskan: “Justru yang saya maksud adalah pemimpin yang tidak mampu mengurai beda antara kepentingannya untuk melestarikan kekuasaannya, dengan hak-hak rakyat untuk mendapatkan keadilan”

“Apa mungkin suatu bangsa atau rakyat memilih pemimpin yang tidak memiliki tata logika untuk memilah dua konteks itu, bahkan tidak menguasai peta permasalahan?”

“Kenapa tidak”

“Apa sedemikian terbelakangnya rakyat Negara itu sehingga memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin?”

“Kalau rakyatnya memiliki hak pilih yang otentik, seharusnya hal itu tidak terjadi”, jawab Bapak, “tetapi kalau dalam demokrasi yang berlangsung rakyat tidak punya peluang untuk benar-benar memilih pemimpin dengan nurani dan perhitungan akal sehatnya, bisa saja yang terpilih adalah Presiden yang lebih parah dibanding yang kau tanyakan itu”

“Kok bisa rakyat tidak punya peluang untuk memilih pemimpinnya?”

“Karena rakyat hanya dipilihkan oleh partai-partai politik. Ibarat pasar, ada beribu, bahkan berjuta makanan, tetapi partai politik hanya mengambil satu atau dua atau tiga makanan saja. Dan rakyat hanya punya peluang untuk memilih satu di antara dua atau tiga itu”

“Apa partai politiknya sedemikian bodohnya sehingga memilihkan satu dua makanan busuk untuk dipilih oleh rakyatnya?”

“Tidak harus bodoh. Mungkin justru sangat pandai. Hanya saja kriteria yang mereka pakai bukan kualitas kepemimpinan. Calon pemimpin dipilih berdasarkan tawar-menawar harga, berdasarkan lalulintas keuangan. Mereka saling menghitung calon-calon mana saja yang paling bisa dipakai untuk mengeruk keuntungan. Bisa saja yang dipilih adalah boneka, patung atau berhala. Yang penting menguntungkan”

“Kenapa rakyat mau memilih boneka, patung atau berhala untuk menjadi pemimpinnya?”

“Karena partai politik memperkenalkan calonnya dengan mendustakan kenyataannya. Calon pemimpin ditampilkan dengan pencitraan, pembohongan, dimake-up sedemikian rupa, dibesar-besarkan, dibaik-baikkan, diindah-indahkan, dihebat-hebatkan”

“Itu bukan politik namanya, Pak, itu kriminal”

“Memang bukan politik, melainkan perdagangan. Bukan demokrasi, melainkan perjudian. Memang bukan kepemimpinan, tapi talbis. Kalau dipaksakan untuk disebut demokrasi, ya itu namanya Demokrasi Talbis”

“Talbis itu apa to Pak?”

“Talbis adalah Iblis menemui Adam di sorga dengan kostum dan make up Malaikat, sehingga Adam menyangka ia adalah Malaikat. Maka Adam tertipu. Rakyat adalah korban talbis di berbagai lapisan. Mereka dibohongi sehingga menyangka bahwa yang dipilihnya adalah pemimpin, padahal boneka. Boneka yang diberhalakan melalui pencitraan”

“Apakah pemimpin yang demikian bisa berkuasa?”

“Yang benar-benar berkuasa adalah botoh-botoh yang membiayainya. Setiap langkahnya dikendalikan oleh para botoh. Setiap keputusannya sudah dipaket oleh penguasa modal. Ia tidak bisa mandiri, karena dikepung oleh kelompok-kelompok yang juga saling berebut demi melaksanakan kepentingan masing-masing”

“Apa ia tidak merasa malu menjadi boneka?”

“Itu satu rangkaian: tidak merasa bersalah, tidak malu, tidak tahu diri, tak mengerti bahwa ia sedang menyakiti dan menyusahkan rakyatnya, tidak memahami posisinya di hati masyarakat, tidak punya cermin untuk melihat wajahnya”

“Sampai separah itu, Pak?”

“Tidak punya konsep tentang martabat manusia, harga diri Bangsa dan marwah Negara. Hanya mengerti perdagangan linier dan sepenggal, tidak paham perniagaan panjang yang ada lipatan dan rangkaian putarannya. Tidak memahami tanah dan akar kedaulatan, pertumbuhan pohon kemandirian, dengan timeline matangnya bunga dan bebuahannya. Pemimpin yang demikian membawa bangsanya berlaku sebagai pengemis yang melamar ke Rentenir…”

“Pemimpin yang seperti itu akhirnya pasti jatuh dan hancur”, kata Kakak.

“Belum tentu”, kata Bapak, “Jangan lupa bahwa kalau para botoh mampu mengangkat berhala ke kursi singgasana, berarti mereka juga menguasai seluruh perangkat dan modalnya untuk bikin apa saja semau mereka di Negara itu. Juga selalu sangat banyak orang dan kelompok yang mencari keuntungan darinya, bahkan menggantungkan hidupnya. Sehingga mereka membela boneka itu mati-matian. Mereka selalu mengumumkan betapa baik dan hebatnya pemimpin yang mereka mendapatkan keuntungan darinya, sampai-sampai akhirnya mereka yakin sendiri bahwa ia benar-benar baik dan hebat. Uang, kekuasaan dan media, sanggup mengumumkan sorga sebagai neraka, dan meyakinkan neraka adalah sorga”

_________________

Sumber: https://www.caknun.com/2017/pemimpin-tanpa-rasa-bersalah/