OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 24 April 2018

Mengapa Sebaiknya Tidak Gunakan Pengering Tangan di Toilet Umum?

Mengapa Sebaiknya Tidak Gunakan Pengering Tangan di Toilet Umum?


10Berita – Saat pergi ke toilet umum, entah kamu hanya mencuci tangan atau baru saja buang air kecil, kamu bisa memanfaatkan tisu dan mesin pengering agar tangan segera kering. Tapi tahukah kamu bahwa sebaiknya kamu tidak menggunakan pengering tangan di toilet umum?

Dikutip News.com.au, penelitian yang dilakukan ilmuwan dari University of Connecticut, menemukan bahwa mesin pengering tangan ternyata bisa menjadi tempat berkumpulnya banyak bakteri dan kuman dari berbagai tangan manusia. Sedangkan udara yang keluar dari mesin pengering tangan ini akan semakin menyebarkan lebih banyak kuman atau partikel kotoran ke seluruh ruangan.

Dengan kata lain, tangan akan kembali kotor dan tidak steril padahal kamu telah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Applied And Environmental Microbiology ini mengungkapkan bahwa udara panas mesin akan menembakkan partikel kotoran yang sangat kecil ke telapak tangan sehingga tidak ada gunanya kamu mencuci tangan.

Salah satu bakteri yang bisa ditemukan pada alat pengering tangan di toilet umum adalah bakteri E coli, yang dapat memicu diare dan muntaber bahkan penyakit yang lebih berbahaya lainnya.

Bukan hanya pada telapak tangan, peneliti juga melihat ke mana saja udara dengan bakteri ini menyebar. Setelah menyalakan mesin pengering tangan di tiga toilet berbeda, para ilmuwan menempatkan piringan khusus di bawah memancarkan udara panas selama kurang lebih 30 detik. Hasilnya, terdapat sekitar 18 hingga 60 koloni bakteri di lempeng tersebut.

“Hasil ini membuktikan bahwa banyak jenis bakteri, termasuk patogen dan spora, yang bisa menempel di tangan. Bakteri-bakteri ini muncul akibat paparan mesin pengering tangan,” jelas para peneliti.

Sebagai pembanding hasil penelitian, tim penguji telah menyiapkan lempeng atau piringan yang terpapar udara toilet melalui kipas angin. Uji coba ini dilakukan selama 20 menit. Hasilnya, ada sekitar 15 hingga 20 koloni kuman pada piringan tersebut.

Peneliti menyarankan memasang penyaring HEPA pada mesin pengering tangan di toilet umum, karena bisa mengurangi jumlah bakteri dari udara panas yang dikeluarkannya. Atau kalau kamu tidak yakin apakah pengering tangan di toilet bersih atau tidak, tidak perlu menggunakannya setelah mencuci tangan.

Jadi, jika ingin tangan bersih bebas kuman dan bakteri setelah mencuci tangan di toilet, lebih baik cukup mengelap dengan tisu, akan lebih baik lagi jika membawa tisu sendiri ke mana-mana.(kl/lp6)

Sumber : Liputan6.com, EM 

NANCEP BANGET!! Sudjiwo Tedjo: #2019GantiPresiden Kok Dilawan Dengan #2019TetapJokowi, Nggak Ketemu!

NANCEP BANGET!! Sudjiwo Tedjo: #2019GantiPresiden Kok Dilawan Dengan #2019TetapJokowi, Nggak Ketemu!


10Berita,   Kehebohan tagar #2019GantiPresiden yang digagas oleh Mardani Ali Sera dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi viral dan booming di media sosial jelang tahun politik 2019.

Berbondong-bondong warganet pun turut memviralkan tagar tersebut.

Melihat kesuksesan tagar #2019GantiPresiden, kubu relawan Jokowi pun panas. Tak tinggal diam, relawan Jokowi membalas tagar #2019GantiPresiden dengan tagar #2019TetapJokowi.

Pertarungan kedua tagar itu akhirnya membuat Budayawan Sudjiwo Tedjo berkomentar. Melalui akun twitternya, beliau berkicau tentang logika dan matematika.

Dalam kicauannya tersebut Sudjiwo Tedjo menyinggung tentang penggunaan tagar #2019GantiPresiden dan tagar #2019TetapJokowi.

Menurutnya tagar tersebut tidak cocok secara matematis.

Sudjiwo Tedjo mengatakan jika tagar #2019GantiPresiden harusnya dilawan dengan #2019TetapPresiden.

"#2019GantiPresiden kok dilawan dgn #2019TetapJokowi ? Secara #Math ini nggak ketemu. Mestinya #2019GantiPresiden lawannya #2019TetapPresiden .. Kecuali kalau #2019GantiJokowi .. Baru vs-nya #2019TetapJokowi ... Kurikulum pendidikan #Math bangsamu perlu agak dianu," kicau Sudjiwo Tedjo, Selasa 24 April 2018 di akun @Sudjiwotedjo

— Jack Separo Gendeng (@sudjiwotedjo) April 24, 2018

Seperti sudah bisa ditebak, kicauan Sudijiwo Tedjo ini pun menjadi pusat perhatian para warganet.

Banyak yang memuji kicauan Sudjiwo Tedjo, namun ada juga yang mencaci.

Sumber :Portal Islam 

Keluargaku Dulu Cina Kafir, Seperti Kau Sering Teriakkan!

Keluargaku Dulu Cina Kafir, Seperti Kau Sering Teriakkan!

10Berita, TAK ada yang bisa memilih, kita akan lahir di rahim siapa, berkulit apa, dan dimana. Saya, 7 bersaudara:

6 Muslim, 1 Nasrani.

5 orang menikah dengan ‘pribumi’.

Ayah masuk Islam di usia 73 tahun, setahun sebelum meninggal.

Ibu masuk Islam tahun lalu, di usia 79 tahun.

Ayah dan Ibu suku Tionghoa atau Anda sering menyebut dengan ‘Cina’.

Saya dan keluarga tak pernah teriak, “Si Kafir itu…” kepada siapapun. Kenapa?

Mau nyimak cerita Ayah saya?

Ayah saya adalah sosok nasionalis dan idealis tulen yang saya kenal. Cita-citanya menjadi ABRI tak terpenuhi, karena orang tua tak mengijinkan. Kakak pertama saya melanjutkan cita-cita itu sebagai ABRI. Kakak ketiga gagal menjadi ABRI, karena mata sedikit minus. Jika ditanya, “Papah gak pengin jalan-jalan keluar negeri?” Jawabnya, “Ngapain? Indonesia aja bagus, gak habis keliling Indonesia”.

18 tahun kerja di bank swasta, dengan prestasi terakhir menaikkan revenue perusahaan 20 kali lipat dalam 5 tahun menjabat, ‘dipaksa’ mengundurkan diri karena membela seorang karyawan baru ‘pribumi’, yang akan digeser oleh titipan direksi (tionghoa) yang rasialis.

Kemudian beliau melanjutkan kerja di usia 50 an, sebagai manajer keuangan di suatu perkebunan di Lampung. Percakapan yang paling saya ingat saat berkunjung kesana, “Ya’ (panggilan saya), coba lihat, orang-orang (buruh) itu dibayar dibawah angka kebutuhannya (UMR). Kalau mereka punya anak 3 atau lebih, gak akan cukup untuk hidup, maka mereka akan ‘maling’. Suatu saat, kalau kamu jadi bos, jangan pernah bayar karyawanmu dibawah angka kebutuhannya.”

5 tahun bekerja sebagai manajer keuangan, membuat ayah saya dikeluarkan, karena membongkar sindikat koruptor yang melibatkan adik pemilik perusahaan. Saat malam terakhir di Lampung, saya mendampingi dan mendengar ta’mir (pengurus) masjid setempat berkata, “Kami sangat kehilangan Pak Untung (ayah saya). Selama Pak Untung disini, ibadah kami, Bapak permudah. Pak Untung sudah seperti orang tua kami.”, air mata saya pun berlinang. Saat itu ayah saya belum memiliki agama, masih Kong Hu Cu (tradisi).

Di usia 55 tahun lebih, ayah melanjutkan bekerja di Purbalingga. Memilih tinggal di rumah penduduk dan mengembalikan fasilitas mobil sedan. Saya pun bertanya, “Kenapa papah balikin mobil itu? Kan bisa dipakai buat transportasi?”. Beliau menjawab, “Gak ahh, malu. Lha wong mereka (buruh) masih dibayar dibawah UMR, koq papah orang baru, udah pakai mobil mewah. Gimana omongan papah akan didengar mereka?”.

Akankah Anda mengatakan “Cina Kafir” kepada ayah saya?

Sekarang kisah saya.

Di usia 7 tahun (1980), sejak pindah ke rumah yang ketiga, kami tinggal di lokasi yang berdekatan dengan kampung di kota Semarang. Sungguh kaget, saat keluar rumah, anak kampung setempat berteriak, “Cino..!!”, dan langsung mengejar kemudian memukuli saya bertubi-tubi. Bosan melarikan diri terus, saya mulai melawan. Mau gak mau belajar berkelahi. Saat SD, kami sekeluarga disekolahkan di SD Katholik, alasan ayah saya, karena disiplinnya bagus.

Namun ayah saya ingin anak-anaknya berbaur, maka saat SMP, kami semua masuk ke SMP negeri, dimana saat itu hanya 2 orang ‘keturunan’ satu angkatan. Kami tak pernah merasa sebagai seorang ‘keturunan’. Ayah kami mendidik kami anti rasialis. Hal itu dibuktikan, ayah saya mengasuh seorang suku Bali, bernama I Gusti Made Gede, kuliah dan tinggal bersama kami selama 8 tahun.

Sungguh kaget, saat kawan-kawan di SMP berteriak, “Cino..!”. Dan saya pun balas berteriak, “Cino matamuuu..!”. Perkelahian pun sering terjadi.

Sejarah masuk Islam

Karena di sekolah negeri, pelajaran ‘default’ agama adalah Islam, kakak pertama saya mempelajari dan tertarik untuk memeluk Islam saat kelas 2 SMP. Kami, adiknya, satu-persatu masuk Islam saat masuk SMP, kecuali kakak perempuan saya. Tentu saja ayah dan ibu saya belum Islam saat itu.

Lulus kuliah, saya merantau ke Batam dan berjumpa dengan istri saya, yang saat itu beragama nasrani. Kenapa istri saya mau mengikuti saya masuk Islam? Inilah perkataannya, “Aku dulu (saat kuliah di Jakarta) sama sekali antipati dengan orang Islam, karena orang-orang Islam yang kukenal, kasar dan rasialis. Waktu ketemu kamu dan kenal kawan-kawanmu (yang muslim), baru aku melihat bahwa Islam itu damai”.

Kakak kami tertua tak pernah meminta kami mengikutinya masuk Islam. Saya pun tertarik masuk Islam di usia 11 tahun, saat SD, karena melihat kakak-kakak saya sholat. Begitu juga, ayah dan ibu saya, tak ada keterpaksaan masuk Islam. Saya meyakini, agama itu adalah akhlaq yang harus ditunjukkan, bukan dalil yang digemborkan. Seandainya, ayah saya mencalonkan menjadi gubernur, saat sebelum masuk Islam, maka saya akan tetap memilih beliau, karena saya tahu, beliau adalah sosok pemimpin yang bijak.

Anda mungkin sudah menebak arah saya kemana. Ya, benar dan mungkin salah. Saya tak memihak Ahok, karena saya tak mengenal beliau dan saya tahu politik terlalu rumit untuk dipahami. Jika pun saya ber KTP Jakarta, maka saya akan memilih Bang Sandiaga Uno, karena beliau adalah mentor saya dan saya ‘lebih’ mengenal beliau. Tidak ada jaminan akan lebih baik dari Ahok.

Poin saya adalah.

Saya pernah kafir dan saya tak suka disebut kafir, juga Cina. Ayah, ibu, kakak, istri saya pernah kafir, dan mereka tak suka disebut kafir, juga Cina. Maka saya tak akan menggunakan kata-kata itu untuk Ahok atau siapapun.

Memaki dan menghujat tak membuat Islam lebih tinggi, justru Anda telah merendahkan Islam dan memecah belah bangsa ini. Kalau Anda yakin Islam “rahmatan lil ‘alamiin”, tunjukkan saja dengan akhlaq, bukan dengan beribu dalil. Hewan dan tumbuhan saja harus kita sayangi, apalagi manusia. Kalau Anda yakin (dan saya yakin), masih banyak pemimpin muslim yang pantas, tunjukkan saja siapa mereka dan apa prestasinya untuk umat.

Bagi Anda suku Tionghoa.

Kita sudah belajar pahitnya jaman rasialis. Jangan Anda mempertahankan rasialis Anda, dengan memilih Ahok karena suku atau agama. Pilihlah pemimpin yang adil, siapapun itu. Terbukti yang membebaskan kita dari rasialisme bukanlah Soeharto, namun seorang Kyai bernama Gusdur.

Bagi yang tak setuju.

Saya tahu perdamaian adalah hal yang mustahil, karena selalu akan ada yang berdalih dengan dalil untuk menyangkal. Benar dan salah itu nisbi di dunia ini, sampai kita tahu kebenaran hakiki di akhirat kelak. Andaikan kelahiran Anda bertukar rahim dengan saya, apakah sikap Anda akan seperti sekarang?

Bukan dalilmu yang membuatku berubah,

tapi kesantunan akhlaqmu yang ingin kutiru.

Kau tarik aku, maka aku melawan.

Kau rangkul aku, maka aku mengikutimu.

foto: keluarga Setiabudi, 1983 []

Sumber: Jaya Setiabudi, http://juraganforum.com/keluargaku-dulu-china-kafir-seperti-kau-sering-teriakkan/#sthash.LurlJp7Q.dpuf, Islampos.

Ketika Maut Intai Anies dan Sandi, Ada Apa Ini?

Ketika Maut Intai Anies dan Sandi, Ada Apa Ini?


10Berita – Bagi yang jeli dan kritis, dalam waktu yang tak begitu lama, ada dua peristiwa yang hampir merenggut nyawa Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Inilah dua peristiwa yang tak biasa:

ANIES SELAMAT DARI KECELAKAAN LIFT YANG HAMPIR DIMASUKINYA

Maret 2017, Anies hampir saja menjadi salah satu korban lift jatuh di blok M. Beruntung beliau masih selamat, karena memilih jalur eskalator. Padahal pihak panitia sudah mengarahkan utk menggunakan lift tersebut. Tapi karena liftnya tetiba sudah terisi penuh oleh pengunjung lain, Anies memilih jalur lain. Cara Allah selamatkan beliau.

https://news.okezone.com/read/2017/03/17/338/1645837/ketika-anies-baswedan-selamat-dari-insiden-lift-jatuh-di-blok-m-square

SANDIAGA SELAMAT DARI PERAHU YANG HAMPIR DINAIKINYA

April 2018, Sandiaga Uno hampir saja menjadi salah satu korban kapal Dishub yang meledak di kepulauan Seribu. Tapi Allah masih selamatkan, padahal hampir saja Sandi dkk menaiki kapal tersebut, tapi ‘digerakkan’ kemudian oleh Allah utk naik kapal yang disebelahnya. Allahu Akbar!

https://www.viva.co.id/berita/metro/1029251-sandiaga-nyaris-jadi-korban-kapal-meledak-di-pulau-seribu

Doa dan simpati kita kepada para korban. Semoga segera pulih seperti sediakala. Tabah dalam musibah ini.

Utk pihak berwenang, diharapkan mampu melakukan investigasi yang mendalam dan tuntas terkait peristiwa di atas, sehingga tak ada tanya yg tersisa di tengah masyarakat.

Akhirnya, hanya kepada Allah sajalah kita berserah diri.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Aamiin [rd]

Sumber :Portal Islam 

NGAKAK! Metro TV TERCYDUK Tampilkan Grafik Terbalik Hasil Survei Litbang Kompas

NGAKAK! Metro TV TERCYDUK Tampilkan Grafik Terbalik Hasil Survei Litbang Kompas


10Berita, Rilis survei Litbang KOMPAS Senin 23 April 2018 mengenai kepuasan publik terhadap kinerja Joko Widodo-Jusuf Kalla menjadi sorotan warganet.

Dalam Litbang Kompas, tampak kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK meningkat dalam 3,5 tahun pemerintahan. Empat bulan jelang pendaftaran Pilpres 2019, sebanyak 72,2% publik puas terhadap Jokowi-JK.

Survei tersebut dilakukan pada 21 Maret hingga 1 April 2018 kepada 1.200 responden secara periodik.

Populasi survei adalah warga Indonesia berusia di atas 17 tahun. Responden dipilih secara acak bertingkat di 32 provinsi dan jumlahnya ditentukan secara proporsional. Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen dengan margin of error plus minus 2,8 persen.

Hasilnya, apresiasi publik terhadap kinerja keseluruhan pemerintahan Jokowi mencapai angka 72,2%. Tingkat kepuasan ini naik dari hasil survei Litbang Kompas sebelumnya pada 2015, 2016, dan 2017.

Sebaliknya, hasil survei menyebutkan mereka yang merasa tidak puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi cenderung menurun. Pada survei terbaru di 2018 ini, hanya 27,8% responden yang tidak puas terhadap pemerintahan Jokowi-JK.

Namun anehnya, dalam sebuah tayangan berita di sebuah stasiun TV, meski narasi sama dengan rilis litbang Kompas, grafis hasil survei tersebut justru menunjukkan kondisi yang terbalik.

Alhasil, grafik hasil survei tersebut pun ditertawakan warganet.

"Ha ha ha ha  ha. Ada tangan lain yg bermain," cuit akun @RestyCayah.

"Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri... *katabiawak," cuit @ZAEffendy.

"aslinya yg grafis nya jujur tuh res 😂...," sahut @nindoexo.

Hasil survei Litbang Kompas tersebut memang diragukan oleh beberapa kalangan mengingat kenyataan ada banyak ketidakpuasan rakyat dalam berbagai bidang.

Warganet juga mempertanyakan lokasi survei dan responden, karena kedua hal tersebut sangat berpengaruh pada hasil survei.

"Survei Kompas tidak mungkin abal-abal.

Hanya saja perlu diperdalam dengan beberapa pertanyaan seperti:
1. Di mana survei dilakukan?
2. Siapa peserta survei?

Jika dijawab lokasi di Istana dan peserta adalah pendukung Jokowi, hasilnya tidak mungkin seburuk itu. He he he," tulis akun @wartapolitik.

Berikut cuplikan video berita yang menampilkan grafik hasil survei yang terbalik.

— agus sriyanto (@swputra) April 24, 2018


Sumber : PORTAL ISLAM

5 Fenomena Aneh yang Pernah Muncul di Bumi, Salah Satunya di Indonesia

5 Fenomena Aneh yang Pernah Muncul di Bumi, Salah Satunya di Indonesia

Awan aneh yang menggulung di langit Richmond, Virginia. (Twitter/@amandacreger)

10Berita, Banyak orang berpendapat bahwa planet yang kita huni, Bumi, menyimpan sejuta misteri.

Ada banyak fenomena yang sejatinya lebih aneh dari apa yang manusia bisa bayangkan. Terkadang bahkan terasa tak masuk akal.

Meski demikian, fenomena tersebut tetap memiliki sisi menakjubkan, membuat orang-orang percaya bahwa Bumi punya kekuatan ajaib.

Meski terkadang indah, namun tak jarang juga ada fenomena alam yang menyeramkan, bahkan terbilang membahayakan kehidupan makhluk hidup di sekitarnya. Dikutip dari Brightside, Jumat (6/4/2018), inilah 5 fenomena aneh yang pernah terjadi di Bumi.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

1. Mata Raksasa di Sahara

The Eye of Sahara

Juga dikenal sebagai Richat Structure, "The Eye of Sahara" terlihat bagaikan mata raksasa yang muncul di Sahara, dekat Ouadane, Mauritania barat-tengah.

Setelah dilakukan penelitian, "The Eye of Sahara" berdiameter 40 km. Strukturnya seperti kubah (dome) yang terkikis. Pertama kali diketahui keberadaannya, fenomena ini ditafsirkan sebagai dampak asteroid.

Ahli geologi menyimpulkan, "The Eye of Sahara" terbentuk karena proses geologis. Sedangkan pusat kubah terdiri dari breksi silika.

2. Gunung Pelangi di China

Zhangye Danxia National Geological Park

Inilah lukisan alam yang dinilai luar biasa oleh sebagian besar orang di dunia: The Rainbow Mountains atau Pegunungan Pelangi. Terletak di Zhangye National Geopark, provinsi Zhangye Danxia, China, pemandangan di sana benar-benar menakjubkan.

Zhangye Danxia dikenal karena warna batu yang tidak biasa, halus, tajam dan menjulang beberapa ratus meter. Bebatuan ini adalah hasil dari endapan batu pasir, oksida besi, dan mineral lainnya yang terjadi selama 24 juta tahun. Hasilnya, mirip dengan kue lapis.

Seluruh batu-batu itu terhubung ke lempeng tektonik yang sama yang membentuk bagian-bagian pegunungan Himalaya. Angin, hujan, dan waktu menciptakan permukaan yang indah, termasuk menara, pilar, dan jurang, dengan berbagai warna, pola, dan ukuran.

3. Air Terjun Darah di Antartika

Air Terjun Darah

Banyak yang berpendapat bahwa Antartika adalah pusat dari kejadian misterius.

Ditemukan pada tahun 1911 oleh ahli geologi Australia, Griffith Taylor, warna merah Blood Falls atau Air Terjun Darah berasal dari besi yang teroksidasi di air laut. Besi menjadi merah ketika memiliki kontak dengan oksigen di udara.

Mulanya, warna merah pekat dianggap berasal dari ganggang merah. Tapi kemudian dikonfirmasi sebagai hasil dari oksidasi besi.

4. Api Biru Kawah Ijen di Indonesia

Menikmati Pagi di Kawasan Kawah Gunung Ijen

Kawah Ijen adalah sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen, dengan tinggi 2.443 meter di atas permukaan laut (mdpl), kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5.466 hektar.

Danau kawah Ijen merupakan danau air asam terbesar di dunia. Kawah Ijen berada dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Setiap dini hari, sekitar pukul 02.00 hingga 04.00, di sekitar kawah dapat dijumpai fenomena blue fire atau api biru (dikenal juga sebagai api abadi), yang menjadi ciri khas Kawah Ijen.

Warna biru cerah api adalah hasil pembakaran gas sulfur pada suhu yang sangat tinggi, di atas 360 derajat Celcius. Ketika gas-gas ini bersentuhan dengan oksigen, partikel ini menjadi biru.

Pemandangan alami tersebut hanya terjadi di dua tempat di dunia, yaitu Islandia dan Ijen.

5. Air Terjun Bawah Laut di Mauritius

Air Terjun Bawah Laut

Mauritius adalah sebuah negara pulau yang terletak di Samudera Hindia, 2.000 kilometer dari bagian tenggara benua Afrika. Di ujung pulau ini, tepatnya di barat daya, Anda bisa menemukan fenomena ilusi optik yang mengagumkan.

Jika dilihat dari atas, terlihat seperti ada pusaran bawah laut yang muncul di pesisir pantai. Pemandangan "air terjun" ini diambil dari satelit Google Map.

Pola air terjun ini disebabkan karena ombak yang menerjang pasir pantai, mengakibatkan pasir-pasir tersebut membentuk alur dan garis yang menyerupai curahan air terjun.

Meskipun bukan air terjun bawah laut sungguhan, tetapi pemandangan tersebut sangat menakjubkan.

Sumber :Liputan6

Kuda Hitam Anies Baswedan

Kuda Hitam Anies Baswedan


Oleh: Hersubeno Arief
(Jurnalis senior, konsultan media)

10Berita, Hiruk pikuk bocoran dari Romahurmuzy (Romy) soal Prabowo ingin menjadi cawapres Jokowi, pertemuan dan telfon-telfonan antara Luhut Panjaitan dengan Prabowo, pertemuan Wiranto dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan berbagai pernik politik lainnya mengkonfirmasi pada satu hal penting : Bagaimana membuat peta jalan yang mulus bagi Jokowi untuk kembali menjadi presiden.

Ini memang merupakan permainan dan adu strategi yang pelik, rumit, dan penuh kalkulasi politik. Ada strategi pukul, dan rangkul. Tarik, dan dorong. Sandera politik, ada juga gerakan tanpa bola. Namun secara sederhana kita dapat membaca, bahwa tim di belakang Jokowi membuat beberapa skenario.

Pertama, Jokowi menjadi calon tunggal. Kedua, Jokowi berhadapan dengan Prabowo. Ketiga, jangan sampai muncul poros ketiga. Keempat, menutup peluang munculnya calon alternatif dalam hal ini Gatot Nurmantyo, atau Anies Baswedan.

Skenario pertama calon tunggal, bisa terlaksana bila Prabowo bersedia menjadi cawapres Jokowi. Namun kalau toh Prabowo bersedia menjadi cawapres, bukan berarti skenario tersebut bisa berjalan mulus. Para mitra koalisi yang lebih dahulu menyatakan mendukung Jokowi, belum tentu bersedia mengalah dan memberikan tempat kepada Prabowo.

Mereka pasti menginginkan ketua umum, atau setidaknya kader yang diusungnya yang akan dipilih menjadi cawapres. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PPP Romy, atau Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar jelas sangat menginginkan posisi tersebut.

Muhaimin secara terbuka menyatakan keinginan tersebut disertai sedikit ancaman. Balihonya juga tersebar dimana-mana. Romy selain berbagai manuvernya, balihonya juga sudah terpasang di berbagai penjuru tanah air. Sementara Airlangga juga melakukan branding “salam empat jari” dan memasang iklan setengah halaman penuh di media. Sementara Nasdem, dan Hanura cukup tahu diri.

Bagaimana dengan PDIP? Sebagai “pemilik” sah Jokowi dan pemilik suara terbesar, PDIP pasti juga menginginkan kadernya menjadi cawapres. Pilihannya antara Sang Putri Mahkota Puan Maharani, atau Kepala BIN Budi Gunawan.

Skenario calon tunggal ini juga hanya bisa tewujud bila Demokrat bersedia bergabung dalam poros Jokowi.

Jadi kesimpulannya skenario calon tunggal ini walaupun “sangat ideal” bagi Jokowi, namun dari kalkulasi secara politik tidak mungkin, atau setidaknya sangat sulit diwujudkan.

Skenario kedua melawan Prabowo. Opsi ini paling logis diwujudkan, dan sejauh ini sudah mulai terwujud. Prabowo sudah menerima mandat pencapresan dari Gerindra. Dalam pertemuan dengan pimpinan PKS di kantor DPP PKS, Sabtu (21/4) tampaknya juga sudah terdapat kesepakatan Prabowo akan menggandeng cawapres dari PKS.

Setelah pertemuan, Sekjen DPP Gerindra Ahmad Muzani dengan wajah berbinar menyatakan Prabowo “pasti” maju sebagai capres. “Soal tiket, saya bisa tegaskan 99.9% sudah tersedia,” tegasnya. Sementara Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyebutnya “sudah 95%.”

Skenario ketiga, terbentuknya poros ketiga hanya mungkin terwujud bila Demokrat, PKB, dan PAN sepakat, dan berani. Pertemuan Wiranto dengan SBY, merebaknya kembali kasus Bank Century, merupakan langkah antisipasi dari kubu Jokowi agar poros ketiga tidak terwujud. Kendati secara kalkulasi poros ini sulit terwujud, namun bagi kubu Jokowi tetap saja harus diantisipasi.

Skenario keempat, tampilnya figur alternatif ini hanya dapat terwujud bila Prabowo urung maju, atau poros ketiga terbentuk. Hal itu harus dicegah.

Dari berbagai skenario tersebut sangat terlihat bahwa Prabowo menjadi peran kunci. Dia bisa menjadi faktor yang sangat menentukan, apakah skenario tim pendukung Jokowi bisa terwujud atau tidak. Tanpa disadari Prabowo bisa menjadi “king maker” bagi Jokowi.

Jokowi belum aman

Mengapa Jokowi dan timnya harus melakukan berbagai manuver dan rekayasa politik tersebut? Jawabannya cukup jelas. Elektabilitas Jokowi tidak aman.

Jangan terlalu serius dan percaya begitu saja dengan berbagai publikasi survei yang menunjukkan bahwa elektabilitas Jokowi masih tinggi. Sebab sejumlah survei juga menunjukkan data sebaliknya.

Sejauh ini publikasi survei yang masih selalu mengunggulkan Jokowi bisa dilihat sebagai usaha meyakinkan Jokowi, menumbuhkan kepercayaan diri yang tinggi, dan mempengaruhi publik opini.

Bila elektabilitas Jokowi tinggi, dan tidak ada calon yang bisa menandinginya, Jokowi dan timnya tidak perlu lagi melakukan berbagai manuver. Cukup duduk manis. Mereka tidak perlu repot-repot merayu Prabowo menjadi cawapres, atau bila tidak berhasil, maka mendorong dan memastikan Prabowo maju sebagai capres seperti yang dilakukan Luhut.

Mereka juga tidak perlu bersusah payah melobi SBY, atau bahkan harus menyanderanya dengan kasus Bank Century seperti diduga oleh Waketum Gerindra Ferry Juliantono. Toh dengan dukungan Golkar, PDIP, PPP, Nasdem, Hanura, dan PKB tiket Jokowi sudah jauh lebih dari cukup.

Berbagai manuver kubu Jokowi bisa dilihat sebagai upaya menutup peluang terbentuknya poros ketiga, dan yang paling utama mencegah figur alternatif Gatot atau Anies mendapatkan tiket.

Benar bahwa Gatot dan Anies dari berbagai survei, elektabilitasnya masih sangat jauh dibandingkan Jokowi, bahkan Prabowo. Namun melihat mood publik yang sangat antusias menyambut gerakan #2019GantiPresiden, dan elektabilitas Prabowo yang stagnan dan cenderung menurun, hal itu mengkonfirmasi adanya keinginan publik akan munculnya figur baru. Bukan Jokowi, dan bukan juga Prabowo.

Prabowo adalah known devil. Secara politik dan finansial kekuatannya sudah bisa diukur. Sebaliknya Gatot dan Anies adalah unknown angel. Kekuatan sesungguhnya belum bisa diukur.

Gatot Nurmantyo kendati elektabilitasnya masih rendah, tapi trendnya terus naik. Rendahnya elektabilitas Gatot bisa dipahami karena sampai saat ini dia belum mendapat kepastian tiket. Jadi dapat dikatakan secara politik, dia belum bekerja. Mesin politiknya belum bergerak penuh.

Banyak simpul-simpul masyarakat dan keumatan yang menggadang-gadang Gatot. Dalam tubuh Gerindra dan PKS juga ada faksi yang mendukung Gatot dan menginginkannya sebagai capres.

Kelemahan Gatot adalah isu kedekatannya dengan taipan Tommy Winata yang juga diakuinya dalam sebuah wawancara dengan Tempo.

Sebagai kandidat potensial, operasi memotong Gatot sudah mulai berjalan. Kelemahannya karena.dekat dengan taipan Tommy Winata sudah mulai diekspose.

Isu ini sangat sensitif bagi umat, dan dipastikan akan dieksploitasi oleh para lawan-lawan politiknya. Banyak foto dan meme yang beredar di medsos.

Kuda Hitam Anies Baswedan

Bagaimana dengan Anies Baswedan? Elektabiltasnya juga masih sangat rendah, hal itu disebabkan karena tidak ada kepastian apakah dia akan maju atau tidak. Namun dengan posisinya sebagai Gubernur DKI, Anies merupakan figur yang dari sisi pemunculan di media (media appearance), dan pencitraan bisa menandingi Jokowi.

Di Pilkada DKI Anies yang berpasangan dengan Sandi bisa membuktikan bahwa dengan dukungan umat, elektabiltas yang rendah bisa didongkrak dalam waktu yang pendek. Lembaga survei banyak yang salah memprediksi Anies-Sandi.

Peluang Anies untuk memperoleh tiket capres dari Gerindra dan PKS juga cukup besar. Anies bagaimanapun menjadi Gubernur DKI karena dukungan kedua partai tersebut. Dengan begitu Anies bagi Gerindra dan PKS bisa disebut “orang dalam.” Untuk kembali membangun kerjasama, tentu tidak sulit.

Semuanya kini tampaknya sangat bergantung pada kepastian jadi atau tidaknya Prabowo maju sebagai capres. Pasca penerimaan mandat, dan adanya kepastian dukungan dari PKS, maka Prabowo akan bekerja keras mendongkrak elektabilitasnya.

Mampukah dia mengkonversi semangat #2019GantiPresiden menjadi dukungan yang massif kepadanya?

Bila elektabilitas Prabowo terus naik, dapat dipastikan dia akan percaya diri untuk maju menantang Jokowi. Sebaliknya bila tetap stagnan, bahkan cenderung turun, saat itulah waktunya untuk melakukan evaluasi. Gatot dan Anies menjadi pilihan dan alternatif yang menarik.

Sumber : PORTAL ISLAM

Soal Tas Sembako Jokowi, Fadli: Itu Kampanye yang Dibiayai Negara…

Soal Tas Sembako Jokowi, Fadli: Itu Kampanye yang Dibiayai Negara…

 


10Berita -Pengadaan tas bantuan sembako Presiden Joko Widodo senilai Rp 3 miliar ramai dibahas. Wakil Ketua DPR Fadli Zon menuding Jokowi menggunakan uang negara untuk kampanye Pilpres 2019.

“Dia melakukan kampanye terselubung menggunakan uang negara. Jadi enggak boleh lah itu, dan harus dihentikan,” kata Fadli di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/4/2018).

Menurut Fadli, Jokowi saat ini justru fokus sebagai capres untuk Pemilu 2019. “Harus dievaluasi dong. Saya katakan ini presiden rasa capres ya. Jadi jangan sampai presiden tapi bertindak sebagai capres,” imbuh Fadli.

Ia kemudian mengaitkan hal ini dengan bagi-bagi sembako Jokowi di Sukabumi, Jawa Barat yang sempat viral beberapa waktu lalu. Fadli juga mengaitkan dengan program sertifikasi tanah Jokowi.

“Saya sih sudah melihat bahwa ada kesan seperti itu. Masa presiden misalnya membagi-bagi sembako, masa presiden membagi-bagi langsung ke rakyat. Bahkan patut diduga pembagian sertifikat yang secara hampir di setiap tempat itu, menurut saya juga bukan cara yang sesuai dengan protap yang pada umumnya,” jelas Waketum Gerindra itu.

Pembahasan soal tas sembako Jokowi ini ramai di media sosial Twitter dan Facebook. Informasi soal tas sembako ini berasal dari situs LPSE Kemenkeu.

Di laman lpse.kemenkeu.go.id, tercantum informasi soal lelang ‘Pengadaan Tas Sembako Bantuan Presiden’ dengan kode lelang 23246011. Pengadaan ini ada di bawah Kementerian Sekretariat Negara, satuan kerja Istana Kepresidenan Jakarta.

Nilai pagu paket Rp 3.000.000.000 dengan nilai harga perkiraan sendiri (HPS) paket Rp 600.000.000. Anggaran ini bersumber dari APBN. []

Sumber :detik, Eramuslim

Viral, 29 April Bakal Jadi Gerakan Nasional #2019GantiPresiden dengan Aksi di Berbagai Kota

Viral, 29 April Bakal Jadi Gerakan Nasional #2019GantiPresiden dengan Aksi di Berbagai Kota


10Berita, Kaos #2019Ganti Presiden kembali membuat heboh jagat medsos. Kali ini, muncul seruan aksi memakai kaos tersebut menjadi gerakan nasional pada 29 April nanti saat car free day.

Saat dikonfirmasi, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga pencetus #2019GantiPresiden, Mardani Ali Sera mengaku mengetahui adanya aksi memakai kaos tersebut.

“Saya sendiri diundang oleh salah satu panitia untuk hadir pada aksi tersebut. Kalau Jakarta akan berkumpul di sepanjang jalur Thamrin-Sudirman,” ucap Mardani kepada INDOPOS, Senin (23/4/2018).

Namun, dirinya tidak mengetahui lebih jauh persiapan acara tersebut. “Sekali lagi ini bukan saya panitianya. Cuma saya sangat mendukung kegiatan ini agar bisa terwujud,” jelasnya.
Mardani menganggap viralnya tulisan #2019GantiPresiden yang disablon di kaos, mug, topi, dan lainnya, merupakan salah satu respons masyarakat atas kegagalan pemerintah saat ini.

“Itu respons kreatif pada pemerintah yang gagal memenuhi janjinya,” kata

Era keterbukaan saat ini, lanjut dia memungkinkan masyarakat menyampaikan kritik secara kreatif. Bagi Mardani, viral #2019GantiPresiden harus disikapi arif oleh pemerintah.

“Di era milenial dan kreativitas info yang terbuka, semua jadi alat kontrol bagi pemerintah. Itu jadi pelecut bagi pemerintah untuk bekerja dengan benar dan jujur. Bukan pencitraan,” kata dia.

Mardani tak melihat jika #2019GantiPresiden itu merupakan kampanye jelang Pilpres 2019. Menurutnya, fenomena itu merupakan suara rakyat, meski belum mewakili keseluruhan warga negara Indonesia. “Bukan kampanye karena tidak mengajak milih paslon. Wong paslonnya belum ada,” pungkasnya.

Catatan: Sebelumnya, hari Minggu kemarin para pendukung Jokowi menggelar aksi di acara car free day di Jakarta. Mereka membangi-bagikan kaos gratis ditukar dengan KTP untuk pengumpulan jutaan KTP dukung Jokowi.

Sumber: bito

Rusia: Kalau Israel Hantam Lokasi Rudal S-300 Hibah Kami Ke Suriah, Kiamat Untuk

Rusia: Kalau Israel Hantam Lokasi Rudal S-300 Hibah Kami Ke Suriah, Kiamat Untuk Kalian!

tass.com

10Berita, Diberitakan JPost (23/4) yang mengutip media Rusia Kommersant (23/4), seorang pejabat senior militer Rusia mengatakan bahwa Rusia sudah dalam tahap akhir persiapan pengiriman rudal S-300PMU-2 pesanan Suriah yang sempat tertunda.

tass.com

Pengiriman S-300PMU-2 itu akan dilakukan lewat udara dengan pesawat An-124 Ruslan, atau dengan kapal angkut AL Rusia, namun belum ditentukan.

Sang sumber di militer Rusia juga mengatakan sambil mengancam, “Kalau Israel memutuskan akan melaksanakan serangan rudal ke lokasi dimana S-300PMU-2 kami pasang, maka konsekuensinya akan setara kiamat untuk semua pihak!”

tass.com

Menurut Letnan Jenderal Aitech Bizhev yang pernah menjabat sebagai Deputi Panglima Pertahanan Udara Gabungan CIS, kurang lebih butuh waktu tiga bulan sampai prajurit pertahanan udara Suriah bisa mengoperasikan sistem S-300PMU-2.

Sumber : UC News