OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 27 April 2018

Politik Ramadhan, Strategi Jokowi Tarik Simpati Umat Islam ?

Politik Ramadhan, Strategi Jokowi Tarik Simpati Umat Islam ?



10Berita, Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan ulama dinilai akan lebih intensif terjadi pada bulan puasa mendatang.

Pengamat Politik Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf menilai Jokowi akan memainkan strategi politik “Bulan Ramadhan” agar mendapat simpatik umat.

Menurut Asep langkah akan dilakukan mengingat waktu pendaftaran capres dan cawapres hanya tersisa empat bulan lagi.

“Nanti dukungan dari partai-partai akan turun juga, karena Agustus sudah dekat dalam kaitannya dengan pendaftaran,” ujarnya.

Lebih lanjut, Asep menilai selain menarik dukungan dari para ulama, dalam pertemuan nanti juga sebagai momentum Jokowi untuk memperkenalkan cawapres yang dipilih sekaligus melihat respon dari para ulama. Jika mendapat restu maka langkah selanjutnya adalah fase penjajakan.

“fase berikutnya mengenalkan pasangannya siapa, berikutnya adalah bagaimana memenangkan,” tutupnya. 

Sumber : rmol,

Kalau Harga Beras Masih Mahal, Impor Beras Kemarin Untuk Apa?

Kalau Harga Beras Masih Mahal, Impor Beras Kemarin Untuk Apa?


10Berita, Politisi Partai Gerindra Iwan Sumule mengaku bingung dengan pernyataan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang menyarankan masyarakat menawar harga beras yang mahal.

Iwan pun mempertanyakan soal impor 500 ribu ton beras dari Thailand beberapa waktu lalu. Dimana impor dilakukan dengan dalil untuk mengamankan pasokan dan mengendalikan harga beras di tingkat konsumen.

"Kalau harga beras masih mahal, artinya impor beras kemarin untuk apa?" kata dia kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (26/4).

Jika ternyata harga beras masih tinggi di tingkat konsumen, sambung Iwan, maka ada yang janggal dengan kebijakan impor tempo hari.

"KPK mesti turun tangan periksa menteri tersebut dan semua orang yang terkait dalam impor beras tersebut," seru Iwan.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sebelumnya mengatakan, seharusnya masyarakat menawar jika pedagang memberikan harga di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditentukan Pemerintah yakni untuk beras jenis medium di Pulau Jawa, Lampung, Sumatera Selatan yaitu Rp 9.450/kg dan Rp 12.800/kg untuk premium.

Sumber : b-islam24h.com

Rendra Hadi Kurniawan Penghina Nabi Muhammad Ternyata Kader Partai Demokrat

Rendra Hadi Kurniawan Penghina Nabi Muhammad Ternyata Kader Partai Demokrat

10Berita Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Jawa Timur, telah menetapkan Rendra Hadi Kurniawan sebagai tersangka penghina Nabi Muhammad dan langsung menahannya. Rendra Hadi Kurniawan (39 tahun), ternyata merupakan kader dan pengurus Partai Demokrat cabang Sidoarjo, Jawa Timur.

Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera, Rendra ditetapkan sebagai tersangka karena penyidik sudah mendapatkan alat bukti kuat ujaran kebencian yang dilakukan Rendra melalui media sosial, Facebook.

Begitu video ujaran kebencian itu viral di medsos, partai Demokrat langsung melakukan pemecatan terhadap Rendra. Terbongkarnya Rendra sebagai kader Demokrat diketahui dari foto surat permohonan pencabutan KTA atas nama Rendra Hadikurniawan oleh DPC Demokrat Sidoarjo bernomor 35.0/Prmh/DPC.PD/SDA/VI/2018. Tertanggal 26 April 2018, surat berkop resmi itu ditujukan kepada Ketua Umum DPP Demokrat.

Baca juga: Polisi Medan Kembali Bekuk Pelaku Penghina Nabi Muhammad Lewat Media Sosial

Surat permohonan pencabutan KTA Rendra Hadi Kurniawan diajukan sebagai respons atas viralnya video yang berkonten hinaan kepada Nabi Muhammad. Surat juga menyebutkan keterangan dari keluarga yang menjelaskan bahwa Rendra mengalami gangguan kejiwaan sejak lama.

Renville menjelaskan, yang berhak mencabut KTA adalah DPP Demokrat. Begitu menerima surat itu, DPP langsung memutuskan pemberhentian terhadap Rendra.

“Selain karena sudah viral, DPP memberikan alasan tambahan, kalau sudah menghina dan menistakan agama, dia harus dipecat,” ujar Renville.

Renville mengungkapkan bahwa sebenarnya DPD meminta DPC Demokrat Sidoarjo melakukan klarifikasi terkait video menghebohkan itu sejak kemarin, Rabu, 25 April 2018, di antaranya kepada keluarga Rendra. Berdasarkan hasil klarifikasi Demokrat Sidoarjo, terang Renville, Rendra mengalami gangguan kejiwaan.

“Kesimpulannya, yang bersangkutan gangguan jiwa,” ujar Renville.

Dikonfirmasi soal itu, Sekretaris DPD Demokrat Jatim, Renville Antonio, membenarkan ihwal surat tersebut. Surat permohonan pencabutan KTA dari Demokrat Sidoarjo diterima DPD Demokrat Jatim, lalu diteruskan ke DPP.

Namun perlu diketahui, polisi menegaskan bahwa Rendra tidak gila. Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera, menuturkan, penyidik untuk sementara ini memastikan Rendra dalam kondisi normal alias tidak mengalami gangguan kejiwaan. Bahkan, dipastikan dia dalam kondisi sadar dan sehat saat merekam kata-kata penghinaan.

Sumber : Ngelmu.co

Diam-Diam, Perusahaan Swiss Ekspor Bahan Gas Sarin ke Suriah

Diam-Diam, Perusahaan Swiss Ekspor Bahan Gas Sarin ke Suriah

10Berita, SWISS—Sebuah perusahaan Swiss telah mengekspor zat kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku gas sarin ke Suriah pada 2014, kata media Swiss, Rabu (25/4/2018).

Menurut Swiss Radio and Televisi (RTS), perusahaan itu telah mengekspor sebanyak lima metrik ton isopropanol ke Suriah. Pada Mei 2014, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengatakan, bahwa Suriah telah menghancurkan 120 metrik ton isopropanol.

“Namun, enam bulan kemudian, sebuah perusahaan Swiss bisa mengekspor lima metrik ton isopropanol tanpa larangan dari pemerintah Swiss,” ujar RTS.

Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) mengatakan bahwa perusahaan tersebut adalah “Perusahaan farmasi swasta Suriah” dan “Tidak ada indikasi bahwa mereka memiliki keterkaitan dengan rezim Bashar al-Assad di Suriah pada saat itu ataupun sekarang.”

Uni Eropa telah memberlakukan sanksi atas rezim Assad, salah satunya larangan ekspor beberapa bahan kimia, termasuk Isopropanol. Sementara itu, otoritas Swiss, yang bukan anggota UE, tidak memasukkan Isopropanol ke daftar produk terlarang untuk Suriah.

Kelompok Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR) mengungkapkan bahwa pasukan rezim Assad telah melancarkan 214 serangan kimia ke pihak oposisi sejak 2011, yang telah menewaskan sedikitnya 1.421 orang. []

SUMBER: Anadolu, Islampos.

Kronologis Lengkap Pertemuan Tim 11 Ulama Alumni 212 dengan Jokowi

Kronologis Lengkap Pertemuan Tim 11 Ulama Alumni 212 dengan Jokowi



10Berita, JAKARTA - Simpang siurnya agenda pertemuan hingga sifat pertemuan antara Tim 11 Ulama Alumni 212 dengan Jokowi pada Ahad lalu sebetulnya sudah terjawab. Hal ini misalkan saja dapat diamati dari beberapa pernyataan dari tokoh terkait kala bertemu Jokowi melalui konferensi pers.

Berikut pernyataan lengkap tokoh-tokoh tersebut ketika mengadakan konferensi pers pada hari Rabu (25/4/2018), di Tebet, Jakarta Selatan.

Usamah Hisyam, Anggota Tim 11 sekaligus Ketum Parmusi:

"Siapa yang mengundang dan diundang ini berawal dari rapat jelang kepulangan habib Rizieq pada 21 Februari yang direncanakan kembali ke Indonesia. Satu minggu sebelumnya, sekitar tanggal 12 Februari kita mengadakan rapat bagaimana agar kepulangan habib Rizieq ini bisa menjadi lancar, aman, tertib dan bisa terlaksana dengan baik maka kita sepakat perlu segera memberikan penjelasan yang utuh kepada Bapak Presiden tentang masalah kriminalisasi ini.

Dan pada saaat itu, kita ulama, atas inisiasi Abitam dan mendapat persetujuan habib Rizieq di Mekkah, kita laporkan untuk bisa menemui Bapak Presiden. Dan saya sebagai Ketum Parmusi diamanatkan  oleh Tim untuk menghubungi istana. Kenapa? Karena saya tahun lalu, saya hampir setiap bulan ketemu presiden, ya, walaupun melakukan aksi 212 untuk Aksi Bela Islam, karena saya punya hubungan silaturahim dengan beliau, dan itu dilakukan namun pada saat itu karena beberapa kesibukan akhirnya pertemuan itu gagal. Dijanjikan nanti.

Mungkin setelah 212. Tidak ada kabar, baru kemudian pada tanggal sekitar 14 April kami mendapatkan informasi dari pihak istana bahwa beliau meminta saya hadir di istana. Oleh sebab itu saya pribadi pada tanggal 19 April diterima Bapak Presiden empat mata pukul 15.30. Kemudian Pak Presiden menanyakan: 'Pak Usamah,  rencana pertemuan dengan Tim 11 materinya apa kontennya?' Saya menjawab, tunggal, Pak Presiden kontennya. Berlama silaturahmi, kontennya bagaimana agar kriminalisasi ulama ini dapat dihentikan.

Itu konten yang ingin disampaikan oleh ulama. Dan saya menyampaikan pertemuan ini menjadi penting agar miskomunikasi yang terjadi antara Presiden dengan ulama selama ini bisa cair. Menjadi sangat penting bagi upaya untuk menuntaskan kriminalisasi, karena bagaimanapun juga penanggungjawab tertinggi di negara ini adalah Presiden RI. Jadi langkah apapun yang dilakukan aparat, dampaknya terhadap presiden.

Oleh sebab itu, saya sampaikan ketika itu harus ada politicalweel terhadap permasalahan ulama ini, kriminalisasi karena masih banyak aktivis yang terbelenggu dengan kriminalisasi termasuk ustaz al-Khaththath, walaupu sudah posisi bebas, ya, tetapi kasusnya masih tersangkut. Beluk di-SP3-kan. 

Oleh sebab itu kemudian dalam pertemuan itu, presiden menyatakan, 'Baik kalau begitu, Pak Usamah. Saya akan kaji dulu dengan tim kecil. Malam hari akan saya kabari, Pak Usamah.' Dan tim kecil itu sudah mengkaji kemudian saya mendapat kontak dari pihak istana untuk disiapkan waktu hari Minggu. Tadinya kita mengharapkan salat Subuh berjamaah di istama Bogor.

Tapi Presiden karena ada kesibukan lain maka dilakukan di istana Bogor, kita minta salat Zuhur berjamaah. Dan kemudian itulah berlangsung. Jadi tidak ada yang mengundang dan tidak ada yang diundang, ya. Ini kesepakatan saja."

Ustaz al-Khaththath, Tim 11:

"Kita tidak mengenal suhu politik. Yang pasti adalah kita fokus untuk memberikan informasi yang akurat ke presiden tentang fakta kriminalisasi, karena kita sebelumnya mendengar bahwa presiden itu saat di istana, dulu ketika kawan-kawan dari GNPF datang, presiden mengatakan tidak melakukan kriminalisasi dan tidak punya niat melakukan kriminalisasi.

Nah, kemarin dalam pertemuan itu kita sampaikan fakta-fakta tentang bahwa kriminalisasi itu ada. Sampai di situ saja. Kita tidak tahu. Yang buat kebijakan siapa. Yang pasti kita minta ke presiden agar kebijakan kriminalisasi itu dihentikan. Dan ini tidak terkait dengan suhu politik.

Harapan kita presiden mengusut siapa yang membocorkan pertemuan tersebut.  Kita sebenarnya posisinya mau tertutup boleh, mau terbuka boleh. Tapi kita memandang, karena semua HP kita diminta, tidak boleh dibawa, pemahaman kita berarti itu tertutup. Kalau sudah tertutup berarti kan tidak boleh terbuka.

Makanya kita tidak memberitakan apapun. Seandainya terbuka, dan pertemuan itu tidak dimaksud tertutup maka ketika kita keluar dari ruangan pasti sudah disediakan wartawan untuk konferensi pers."

KH. Misbahul Anam:

"Tolong wartawan tanya pada presiden, ya? Sebab kami inginnya terbuka. Yuk kita dialog terbuka antara pemerintah dengan para tokoh ulama 212. Jadi sekali lagi silahkan tanyakan ke presiden. Kami siap terbuka. Tidak ada rahasia. Jika perlu kita buka forum terbuka antar pemerintah dengan tokoh ulama 212."

Yusuf M. Marta, Ketua Umum sekaligus Jubir GNPF:

"Di dalam pertemuan itu kita diundang dan di saat kita akan masuk semua handphone tidak diperkenankan dibawa masuk. Berarti sepakat secara tidak tersirat bahwa tidak ada foto dan tidak ada rekaman. Bahkan saat kita duduk bersama presiden, presiden menyampaikan keluhan-keluhan tentang hujatan-hujatan dan penghinaan terhadap beliau, beliau menginginkan agar fotographer yang ada di depan beliau yang sedang melakukan pengambilan gambar dihentikan agar pembicaraan lebih fokus.

Dan secara tidak langsung jelas bahwa pertemuan itu kita anggap adalah pertemuan tertutup. Jadi bukan kami yang meminta tertutup. Kami tidak pernah melakukan satu permintaan tertutup maupun terbuka, pertemuan bagi kami semuanya sama. 

Pertemuan kami juga tidak ada kaitannya dengan dukung mendukung dan lain sebagainya. Pertemuan kami secara khusus hanya membicarakan masalah ketidakadilan, kriminalisasi yang dialami oleh para ulama, habaib, adatidz dan lara tokoh-tokoh umat Islam.

Dan di dalam pertemuan itu kebetulan saya satu-satunya yang hadir di pertemuan di sembilan bulan lalu di istana negara, yang mana saya mendengar secara langsung setelah presiden mendengar keluhan-keluhan ulama yang hadir saat itu, presiden langsung instruksikan Menkopolhukam untuk menindaklanjuti permasalahan-permasalahan yang terkait dan menimpa, menerpa semua para ulama yang dikriminalisasi. 

Namun, setelah berjalannya waktu, sembilan bulan tidak ada satupun kasus-kasus yang menimpa ulama terselesaikan dengan baik. Bahkan laporan-laporan yang tidak jelas pun sudah ditindaklanjuti. Sedangkan laporan-laporan yang dibuat oleh para ulama tentang penistaan terhadap ulama, para asatidz, para habaib bahkan kitab suci umat Islam, rasul umat Islam, tuhan pun dihinakan tidak satupun yang mendapatkan suatu proses yang akurat.

Bahkan cenderung diolor-olor. Bahkan penista-penista itu dari beberapa partai bergiliran, bahkan saat ini mereka mencalonkan dirinya, ada yang menjadi Cagub, calon Wali Kota dan sebagainya. 

Itulah yang kita sampaikan, keluhan umat kepada presiden dalam pertemuan kemarin di istana Bogor. Jadi, kita para Tim 11 tidak pernah berpikir untuk bicara calon mencalonkan dan tidak ada keterkaitan dengan Pileg, Pilpres, maupun Pilkada.

Jadi kita fokus ke kriminalisasi, bahkan kami juga menyampaikan beberapa hal kepada presiden tentang kenapa ada satu proses yang tidak ada dasar, tidak memenuhi unsur hukum tapi dipaksa-paksakan. Itulah yang akhirnya presiden meminta pendapat dari kami 'Apa yang seharusnya saya lakukan? Apa yang harus saya sampaikan kepada aparat?

Dan saya selama ini benar mendapatkan informasi hanya sepihak. Tidak mendapat informasi dari kedua pihak.' Itulah yang mana bisa kita sampaikan isi dari pertemuan tersebut. Adapun bisa terjadi proses pertemuan, saya rasa akan ada secara khusus yang akan menjawab. Terima kasih." 

Demikian respon tokoh-tokoh tersebut yang sempat diabadikan oleh Tim Redaksi saat konferensi pers. (Robi/)

Sumber :voa-islam.com

Cerita Politisi kala Jokowi Tersudut Hadapi Aksi Besar Massa hingga Tawaran Cawapres untuk Prabowo

Cerita Politisi kala Jokowi Tersudut Hadapi Aksi Besar Massa hingga Tawaran Cawapres untuk Prabowo




10Berita, JAKARTA - Ada cerita menarik, yang ternyata nampaknya cerita ini dibelokkan kemudian dijadikan sebuah berita, seolah-olah Prabowo “mengemis” ke Joko Widodo untuk dijadikan Cawapres. Cerita ini disampaikan oleh kader Gerindra, Habiburokhman, yang kala itu bertepatan dengan rasa terdesaknya Jokowi akibat aksi besar massa, melalui akun media sosial, Twitter pribadi miliknya, Sabtu (14/4/2018). Berikut untaian ceritanya:

“Soal tawaran 08 (Prabowo, red) Cawapres Jokowi, gua pernah denger pasca  Jokowi ke Hambalang jelang 212. Saat itu Jokowi seperti tersudut  rangkaian aksi demo raksasa yang bisa saja merembet ke Istana. 


08 tidak tergiur manfaatkan aksi  212  untuk ganggu pemerinthan Jokowi. 08 justru nyatakan dukung Jokowi s/d 2019. Dukungan ikhlas sebagai negarawan, bukan pamrih mau Cawapres. 08 tidak minta dan tidak mendapat imbalan politik apapun dari kubu Jokowi atas sikap dukung Jokowi s/d 2019. Hanya menunjukkan evaluasi pemerintahan harus dilakukan secara konstitusional, lewat Pemilu. 

Soal Capres-Cawapres itu hampir mirip jodoh, terima kasih kalau memamg menawarkan. Tapi yang lebih penting jadikan Pemilu 2019 bermartabat, tanpa kecurangan, tanpa kriminalisasi lawan politik, tanpa politik uang. Mari bertarung secara ksatria.” (Robi/)

Sumber :voa-islam.com

‘Merasa Diri punya banyak Ilmu adalah Musibah Besar’

‘Merasa Diri punya banyak Ilmu adalah Musibah Besar’

10Berita, ILMU tidak akan pernah ada habisnya. Karena itu tak pantas bagi seseorang merasa sombong, merasa paling unggul sehingga merendahkan orang lain hanya merasa dirinya memiliki banyak ilmu.

Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata, “Suatu musibah yang besar adalah ketika seorang insan merasa ridha dengan keadaan dirinya dan merasa cukup dengan ilmunya, dan ini adalah ujian yang telah merata pada keadaan mayoritas orang.”

Maka engkau bisa lihat hal ini pada orang-orang Yahudi atau Nasrani yang memandang bahwa mereka adalah orang-orang yang berada di atas kebenaran, mereka tidak mau menelaah, tidak juga mau melihat kepada dalil nubuwah Nabi Muhammad SAW.

Jika mereka diperdengarkan dengan sesuatu yang bisa melembutkan hatinya semisal Al Quran yang mulia, mereka pun lari menghindar supaya tidak mendengarnya.

Demikian juga kepada orang yang telah memiliki hawa nafsu yang kuat, bisa berupa karena dia seorang yang mengikuti mazhab bapaknya dan keluarganya, atau bisa berupa adanya pendapat pribadi yang dia anggap benar.

Namun mereka melihat dalil lain yang bisa membantahnya dan tidak mau melihat bahasan ulama yang sesungguhnya akan memberikan kepadanya pencerahan akan kesalahannya.” []

SUMBER: https://www.atsar.id/2018/04/jangan-merasa-pede-cukup-dengan-ilmumu.html

Parmusi: #2019GantiPresiden Menunjukkan Pemimpin ke depan Tidak Bisa Sembarangan Beri Janji

Parmusi: #2019GantiPresiden Menunjukkan Pemimpin ke depan Tidak Bisa Sembarangan Beri Janji


10Berita, JAKARTA - Ketua Umum Parmusi, ustaz Usamah Hisyam menanggapi fenomena tagar 2019 Ganti Presiden yang viral belakangan ini di kalangan masyarakat umum. Misalnya, dalam penglihatan dia bahwa tagar tersebut salah satunya bisa diartikan ke depan calon pemimpin harus lebih berhati-hati dalam berjanji. 

"Jadi ini menarik, fenomena hastag ganti presiden karena adanya digitalisasi juga ya tentunya, proses digitalisasi di Indonesia yang berkembang. Dan ini juga menunjukkan bahwa seorang pemimpin ke depan tidak bisa sembarangan memberikan janji-janji politik, dan semua tingkatan selain presiden untuk itu harus memberikan kinerja-kinerja dalam program kerja yang mencerminkan capaian untuk wujudkan janji-janji politiknya," katanya, Rabu (25/4/2018), di Jakarta.


Selain itu, ia juga menganggap bahwa dengan munculnha fenomena tagar tersebut menandakan bahwa masyarakat Indonesia sudah kritis. "Dan ini terlihat masyarakat semakin kritis terhadap hastag tersebut," ia menambahkan.

Menurut dia lagi, bahwa tagar 2019 Ganti Presiden adalah fenomena yang menarik. "Yang menunjukkan bahwa sekarang ini sudah berbeda di antaranya ruang publik sudah terbuka. Begitu pula kebebasan yang sudah terbuka sehingga masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya secara terbuka.

Ini juga mencerminkan bahwa kita sudah memasuki era demokrasi. Dan era demokrasi ini harus kita jaga agar tetap santun, agar bermartabat sesuai dengan adat-adat ketimuran kita," tutupnya jelas. (Robi/)

Sumber : voa-islam.com

Inilah 2 Waktu Paling Mustajab di Hari Jum’at Untuk Berdoa

Inilah 2 Waktu Paling Mustajab di Hari Jum’at Untuk Berdoa

10Berita, Hari Jum’at adalah hari yang paling afdhol menurut agama islam, selain itu di hari jumat ada suatu waktu yang mana jika kita memanjatkan doa di waktu tersebut maka Allah SWT akan mengabulkannya.

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang hari Jumat, kemudian beliau bersabda,

فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

“Di hari Jumat terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat lantas dia memanjatkan suatu doa pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang dia minta.” (HR. Bukhari).

Kapan Waktu Mustajab Itu
Hadits di atas menyebutkan bahwa waktu mustajab itu jatuh di hari jumat. Dan itu hanya sesaat. Tanpa menyebutkan batasan, kapan tepatnya waktu itu terjadi.

Ada beberapa pendapat ulama tentang waktu mustajab tersebut. Dari sekian banyak pendapat, ada 2 pendapat yang dianggap lebih kuat (Fathul Bari),

1. Waktu Mustajab Itu Adalah Antara Duduknya Imam Sampai Selesainya Shalat Jumat
Pendapat ini berdalil dengan beberapa riwayat berikut,

Dari Abu Burdah bin Abi Musa Al Asy’ari. Ia berkata, “Abdullah bin  Umar bertanya padaku, ‘Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menyebut suatu hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai waktu mustajabnya doa di hari Jumat?”

Abu Burdah menjawab, “Iya betul, aku pernah mendengar dari ayahku (Abu Musa), ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هِىَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ

“Waktu tersebut adalah antara imam duduk ketika khutbah hingga imam menunaikan shalat Jumat.” (HR. Muslim 2012 dan Abu Daud 1051).

Kemudian disebutkan dalam riwayat lain,  dari Amr bin Auf al-Muzanni Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ سَاعَةً لَا يَسْأَلُ اللَّهَ الْعَبْدُ فِيهَا شَيْئًا إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ ) !قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَيَّةُ سَاعَةٍ هِيَ ؟ قَالَ : ( حِينَ تُقَامُ الصَّلَاةُ إِلَى الِانْصِرَافِ مِنْهَا ) 

Sesungguhnya pada hari jumat terdapat satu waktu, jika para hamba memohon kepada Allah, pasti akan dikabulkan oleh Allah.

Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, waktu kapankah itu?’

Jawab beliau, “Ketika shalat dimulai hingga selesai shalat.” (HR. Tirmidzi 490, Ibnu Majah 1138).

2. Waktu yang Mustajab Itu Jatuh Setelah Ashar
Yang kedua ini adalah pendapat Abdullah bin Salam, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Imam Ahmad dan beberapa ulama. Ada beberapa hadits yang mendukung pendapat ini,

Hadits dari Abu Said al-Khudri dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ سَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فِيهَا خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَهِيَ بَعْدَ الْعَصْرِ

“Di hari Jumat terdapat suatu waktu, dimana jika ada seorang hamba muslim yang memanjatkan doa kepada Allah bertepatan dengan waktu tersebut, Allah akan memberi apa yang dia minta. Waktu itu adalah seteah asar.” (HR. Ahmad).

Hadits dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً ، لَا يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلَّا آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

“Pada hari jumat ada 12 jam. (Diantaranya ada satu waktu, apabila ada seorang muslim yang memohon kepada Allah di waktu itu, niscaya akan Allah kabulkan. Carilah waktu itu di penghujung hari setelah asar.” (HR. Abu Daud 1048, Nasai 1389).

Hadits dari Abdullah bin Sallam Radhiyallahu ‘anhu, beliau pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Kami menjumpai adalam kitabullah, bahwa di hari jumat ada satu waktu, apabila ada seorang hamba beriman melakukan shalat bertepatan dengan waktu tersebut, kemudian memohon kepada Allah, maka Allah akan penuhi permohonannya.”

Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat kepadaku, ‘Itu hanya sebentar?’

‘Anda benar, hanya sebentar.’ Jawab Abdullah bin Sallam.

Lalu Abdullah bertanya, ‘Kapan waktu itu’

Jawab beliau,

هِيَ آخِرُ سَاعَاتِ النَّهَارِ

“Itu adalah waktu di penghujung hari.”

‘Bukankah itu waktu larangan shalat?’

Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

بَلَى ، إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا صَلَّى ثُمَّ جَلَسَ لَا يَحْبِسُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ ، فَهُوَ فِي الصَّلَاةِ

“Benar, namun ketika seorang hamba melakukan shalat (di awal asar), lalu dia duduk menunggu sholat berikutnya, dia terhitung sedang melakukan shalat.” (HR. Ibn Majah 1139)

Dari dua pendapat di atas, menunjukkan bahwa pendapat kedua inilah yang lebih mendekati kebenaran.

Wallahu a’lam.

Sumber: konsultasisyariah.com

Fadli Zon: Fondasi Terkuat Indonesia adalah Umat Islam, Tapi Rezim Tidak Mengerti Sejarah

Fadli Zon: Fondasi Terkuat Indonesia adalah Umat Islam, Tapi Rezim Tidak Mengerti Sejarah


Wakil Ketua DPR-RI Fadli Zon dalam acara Indonesia Leaders Forum

10Berita, JAKARTA  – Wakil Ketua DPR-RI Fadli Zon mengatakan, fondasi terkuat yang dimiliki bangsa Indonesia adalah umat Islam. Sebab, kata dia, kebangkitan nasionalisme di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari Islam dan umat Islam.

“Peran dari tokoh-tokoh Islam dalam mendirikan Republik ini sangat sentral. Mulai dari perjuangan merebut kemerdekaan hingga mosi integral Muhammad Natsir, dan seterusnya,” kata Fadli Zon dalam acara Indonesia Leader Forum, Kamis (27/4/2018) malam.

Oleh sebab itu, lanjutnya, jika saat ini ada penguasa yang melihat Islam sebagai ancaman terhadap keutuhan NKRI maka dapat dipastikan penguasa tersebut tidak mengerti sejarah.

Fadli menambahkan, ketidakpahaman rezim akan sejarah umat Islam di Indonesia juga yang membuat penguasa salah dalam memposisikan umat Islam.

“Sehingga terjadilah kriminalisasi, penistaan agama, perppu ormas, dll. Padahal fondasi terkuat dari Republik ini adalah umat Islam, tapi rezim tidak mengerti,” tegasnya.

Hal itulah yang menurut dia menyebabkan mayoritas umat Islam hari ini seolah-olah menjadi tertuduh sebagai pihak yang anti NKRI.

“Jadi orang kalau tidak mengerti masa lalu dia tidak mengerti saat ini, kalau dia tidak mengerti hari ini dia tidak akan bisa merancang masa depan,” pungkasnya.

Sumber :Jurnal Islam