OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 30 April 2018

Cawapres Prabowo dari PKS Atau PAN? Ini Jawaban Fadli Zon

Cawapres Prabowo dari PKS Atau PAN? Ini Jawaban Fadli Zon

10Berita , PKS dan PAN berlomba merebut kursi cawapres Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Waketum Gerindra Fadli Zon menyebut, posisi cawapres itu akan disepakati bersama.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) bersiap menghadiri acara Rapat Kerja Nasional Bidang Advokasi dan Hukum DPP Gerindra di Jakarta, Kamis (5/4).Jitunews/Latiko Aldilla Dirga

JAKARTA, JITUNEWS.COM - Siapa yang akan mendampingi Ketum Gerindra Prabowo Subianto pada perhelatan Pilpres 2019 memang masih menjadi rahasia. Karena itu, PKS dan PAN berlomba merebut kursi cawapres tersebut.

Tersiar kabar bahwa PKS dan PAN pun telah menyodorkan daftar nama pilihan mereka.

Menanggapi hal itu, Waketum Gerindra Fadli Zon menyebut, posisi cawapres itu akan dikompromikan bersama.

"Semua bisa diatur," kata Fadli di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (27/4) seperti dilansir detik.com.

Fadli meyakini partainya bersama PKS dan PAN akan menemui kesepakatan yang mufakat soal posisi pendampung Prabowo dalam Pilpres 2019. Saat ini, PKS dan PAN masih merundingkan lagi nama bakal cawapres pilihannya masing-masing secara internal.

"Saya kira nanti pada waktunya kita akan mencari mufakat. Insyaallah akan ada mufakat," ucap Fadli.

Seperti yang telah diketahui, PKS punya 9 nama yang didorong jadi cawapres. Nama-nama itu adalah Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, eks Presiden PKS Anis Matta, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Presiden PKS Sohibul Iman, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, eks Menkominfo Tifatul Sembiring, Muzammil Yusuf, dan Mardani Ali Sera.

Sementara itu, PAN juga siap menduetkan sang ketua umum, Zulkifli Hasan untuk jadi cawapres Prabowo.

Sumber :Jitu

Quo Vadis Kebijakan Student Loan di Indonesia, Masihkah Relevan?

Quo Vadis Kebijakan Student Loan di Indonesia, Masihkah Relevan?

Oleh: Muhammad Rijal Wahid Muharram

(Pemerhati Pendidikan, Ketua PP KAMMI Bidang Pendidikan dan Pemuda)

10Berita, Wacana program yang akan digulirkan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, berupa kredit Pendidikan atau yang dikenal dengan istilah Student Loan kembali ramai diperbincangkan. Kredit Pendidikan kembali mencuat setelah terjadinya pertemuan Kepala Negara dengan para direksi bank umum pada hari Kamis (15/3) lalu di Istana Negara.

Perlu diketahui, sejatinya program Kredit Pendidikan bukanlah hal yang baru diterapkan di Indonesia. Pada masa orde baru dahulu, tepatnya pada tahun 1980-an, Kredit Pendidikan dengan nomenklatur Kredit Mahasiswa Indonesia (KMI) pernah diterapkan. Skemanya, mahasiswa yang telah lulus kuliah, Ijazah ditahan dahulu hingga akhirnya kredit dapat dilunasi. Namun, alih-alih berjalan dengan baik, program KMI pun terhenti begitu saja. Alasannya? Karena cukup banyak kasus pengguna program KMI yang kesulitan untuk melunasi pinjamannya yang diistilahkan dengan Non-Performing Loan (NPL) atau kredit macet.

Berkaca dari Amerika Serikat, Student Loan masih relevan?

Ide student loan memang terinspirasi dari negara Amerika Serikat. Negara ini dapat dikatakan negara yang paling serius dalam penyelenggaraan student loan. Amerika Serikat melalui kementerian pendidikannya, bahkan sampai menyediakan tiga jenis, yakni yang diperuntukkan untuk orangtua dari mahasiswa (PLUS Loans), mahasiswa perguruan tinggi negeri (Stafford and Perkins Loans), dan orangtua atau mahasiswa dari Perguruan Tinggi Swasta (Private Student Loans).

Bahkan, di Amerika Serikat sebanyak 70 persen mahasiswanya lulus dengan student loan. Bila dikalkulasi dengan lebih dari 44 juta warga negara AS yang mengakses program ini, total pinjaman pendidikan senilai 1,4 Triliun Dolar Amerika (Rp 19.258 triliun).

Berdasarkan hasil riset yang diterima dari Citizens Financial Group, dilansir dari CNBC Make It, dari keseluruhan peminjam student loan di Amerika Serikat, 60 persen mampu melunasi hutangnya pada usia 40an tahun. Hal ini pun dikuatkan oleh data dari pemerintah setempat. Penelitian lain yang dilakukan oleh OneWisconsin Institute bahkan menemukan rata-rata mahasiswa lulusan universitas di Wisconsin membutuhkan waktu 19,7 tahun untuk melunasi pinjaman jenjang S1 dan 23 tahun untuk melunasi pinjaman jenjang S2.

Kaji ulang, pemerintah perlu berkaca dari pengalaman

Pengalaman yang terjadi dalam penerapan program serupa di Indonesia maupun di Amerika Serikat dapat menjadi pembelajaran bagi pemerintah dalam penerapan program ini. Kredit macet yang terjadi baik di Indonesia pada 1980 silam dan di Amerika Serikat, seharusnya menjadi pertimbangan yang sangat serius dari pemerintah. Apalagi, literasi finansial masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Pada tahun 2016, hanya terdapat 29,7 persen masyarakat yang berkategori well literate dari 67,8 persen masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan.

Artinya, sebelum pemerintah mencoba menggulirkan program yang menuntut masyarakat melek literasi finansial, terlebih dahulu edukasi perlu banyak dilakukan. Sehingga, program yang digulirkan benar-benar menjadi program yang tepat guna dan dibutuhkan oleh masyarakat. Jangan sampai karena pertimbangan yang kurang matang, atau bahkan tercetus ide yang tanpa hitungan resiko, lantas program bergulir begitu saja.

Bila implementasi student loan adalah untuk menggenjot banyaknya masyarakat yang melanjutkan studi di Perguruan Tinggi, setidaknya pemerintah perlu mempertimbangkan bahwa animo masyarakat untuk mengambil studi di Perguruan Tinggi masih berada pada tingkat yang tinggi. Tanpa sistem student loan pun, berdasarkan data Organization for Economic Co-operation Development (OECD) pada tahun 2012, Indonesia diprediksi akan menjadi negara dengan jumlah sarjana terbanyak kelima di dunia pada tahun 2020. Melihat data tersebut, sebenarnya tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan berkenaan dengan ketersediaan sarjana di Indonesia.

Student Loan berpotensi bertentangan undang-undang

Setiap program yang digulirkan pemerintah perlu menyimak dasar hukum penyelenggaraan program tersebut. Dalam hal ini, merujuk pada Undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, pada paragraf 2 Pemenuhan Hak Mahasiswa, pasal 76 poin (1) dan (2), disana jelas pihak yang berkewajiban untuk memenuhi hak mahasiswa ada Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Perguruan Tinggi. Berikut isi poin tersebut.

Pasal 76

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Perguruan Tinggi berkewajiban memenuhi hak Mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi untuk dapat menyelesaikan studinya sesuai dengan peraturan akademik.

(2) Pemenuhan hak Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara memberikan:

a. beasiswa kepada Mahasiswa berprestasi;

b. bantuan atau membebaskan biaya Pendidikan; dan/atau

c. pinjaman dana tanpa bunga yang wajib dilunasi setelah lulus dan/atau memperoleh pekerjaan.

(3) Perguruan Tinggi atau penyelenggara Perguruan Tinggi menerima pembayaran yang ikut ditanggung oleh Mahasiswa untuk membiayai studinya sesuai dengan kemampuan Mahasiswa, orang tua Mahasiswa, atau pihak yang membiayainya.

Berdasarkan pasal tersebut, pihak perbankan tidak tercantum sebagai pihak yang menyediakan bantuan pendidikan. Selain itu, regulasi kredit pendidikan yang melibatkan bank dengan bunga yang ada dalam pinjamannya, tidak sesuai dengan pasal 76 poin (1) c dimana isi pasal tersebut menyebutkan bilamana pinjaman dana yang diberikan adalah tanpa bunga. Seandainya student loan tetap dilaksanakan, undang-undang mana yang dijadikan dasar hukumnya?

Student Loan "memaksa" Golongan Menengah ke Bawah Berhutang, lantas dibayar darimana bila lapangan kerja masih minim?

Cita-cita untuk meraih kehidupan yang lebih layak dan memutus mata rantai kemiskinan adalah harapan ketika orangtua menyekolahkan lebih tinggi anak-anaknya. Begitupun dengan mereka yang melanjutkan kuliah, lingkungan yang lebih baik serta gengsi pun menjadi alasan mengenyam pendidikan tinggi. Jangan sampai harapan yang tinggi tersebut, pada akhirnya menjadi pepes kosong belaka. Kredit pendidikan mau tidak mau akan memaksa golongan menengah ke bawah untuk berhutang. Memang, dalam waktu dekat tuntutan kredit pendidikan tersebut tidak terasa berat, namun lama kelamaan hal itu justru akan memberatkan. Alih-alih mendapatkan kesejahteraan pasca kelulusan, seseorang malah akan terus disibukkan untuk melunasi hutangnya yang cukup besar.

Selain itu, keterlaksanaan kredit pendidikan bisa menjadi alasan mengenai tingginya biaya pendidikan. Hal ini dikarenakan sudut pandang keterjaminan pembiayaan pendidikan yang dibayarkan oleh bank ketika seseorang mengakses kredit pendidikan. Pihak perguruan tinggi tidak lagi berpikir dua kali saat menaikkan UKT karena kesiapan mahasiswa membayar biaya pendidikan seolah-olah telah terjamin Bank. Bila seperti itu, golongan yang masuk dalam kategori kurang mampu, pada akhirnya menanggung sendiri biaya kuliah yang terakumulasi hingga nominal yang cukup besar.

Setelah lulus, seorang mahasiswa yang mengambil program student loan ini pun akan menghadapi sisi dilematis, yakni ketersediaan lapangan kerja. Sampai saat ini daya serap lulusan perguruan tinggi masih berkisar pada angka yang cukup rendah, yakni 17,5 persen. Bisa dibayangkan bila pada akhirnya mahasiswa yang mengambil program student loan lulus dan kesulitan mencari pekerjaan karena kepastian kerja selepas kuliah masih minim. Apalagi isu pekerja asing yang menambah daftar ancaman bagi ketersediaan lapangan kerja.

Pengembangan program bantuan biaya pendidikan yang ramah masa depan

Dorongan yang kuat dari Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) patut diacungi jempol. Beberapa kali kesempatan, Menristekdikti selalu mendorong bahwa lulusan pendidikan menengah perlu melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Sebagai informasi, pada tahun 2017, ada sekitar 2,4 juta lulusan pendidikan menengah dan baru sekitar 1,5 juta yang melanjutkan untuk kuliah.

Kesadaran masyarakat pun semakin tinggi dengan peningkatan persentase angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi yang meningkat setiap tahunnya. APK pendidikan tinggi saat ini berada pada angka 31 persen. Meski memang masih jauh dari Malaysia (38 persen) dan Singapura (78 persen), optimisme menristekdikti bahwa pada tahun 2023 ditargetkan mencapai 40 persen patut diapresiasi.

Salah satu upaya untuk meningkatkan APK tersebut adalah melalui bantuan biaya pendidikan berbentuk beasiswa. Bila dibandingkan dengan masa sebelumnya, bantuan biaya pendidikan dewasa ini sudah jauh lebih baik. Beasiswa yang dapat diakses oleh masyarakat lebih bervariasi.

Ada beasiswa bidikmisi, beasiswa unggulan, hingga beasiswa LPDP yang sangat membantu masyarakat dalam meraih pendidikan hingga perguruan tinggi. Program pemerintah yang sangat baik ini sudah sepatutnya untuk ditingkatkan. Alih-alih membuat program baru bernama Kredit Pendidikan, revitalisasi terhadap program beasiswa yang sudah ada dipandang jauh lebih baik. 

Revitalisasi yang dimaksud adalah penguatan akses informasi dalam meraih kesempatan untuk mendapatkan beasiswa yang ditawarkan pemerintah. Akses informasi ini bertujuan agar masyarakat Indonesia yang memiliki keinginan untuk mengakses perguruan tinggi dapat lebih banyak dijangkau.

Tidak hanya itu, kolaborasi dengan berbagai pihak terus ditingkatkan. Misalnya, pemerintah dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah hingga ke tingkat desa untuk merumuskan kebijakan yang sangat relevan untuk mendorong masyarakat, terutama yang di desa, melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Sehingga, bisa saja ketika kebijakan ini dirumuskan, setiap desa dapat mendorong satu atau beberapa masyarakat terbaiknya untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dan setelah lulus, dapat membangun desanya menjadi lebih baik.

Disadari memang, sumber beasiswa tidak mungkin hanya mengandalkan satu sumber saja, yakni APBN. Sumber lain yang berpotensi untuk mendorong dan meningkatkan APK Pendidikan Tinggi adalah bekerjasama dengan pihak swasta. Baru-baru ini, kerjasama Pemerintah dengan Tanoto Foundation ihwal pengadaan bantuan biaya pendidikan sudah sangat bagus.

Merujuk kepada kondisi tersebut, tidak menutup kemungkinan kerjasama dengan pihak swasta lain bisa lebih ditingkatkan. Hal ini dinilai lebih positif ketimbang membuat program yang membebani masyarakat baik saat ini maupun di kemudian hari.

Penutup

Tidak ada yang salah berkaitan dengan niat pemerintah untuk mendorong APK Pendidikan Tinggi agar terus meningkat. Namun, program yang digulirkan tentu harus tepat guna sehingga dapat dirasakan masyarakat dan tidak membebani di kemudian hari. Bantuan biaya pendidikan berupa beasiswa sudah sangat baik dan sepatutnya perlu lebih ditingkatkan, baik dalam kuota penerima beasiswa, anggaran, hingga program yang didesain agar para penerima beasiswa dapat berkontribusi penuh untuk kemajuan bangsa.

Digulirkannya wacana student loan hanya akan membuat publik menganggap pemerintah mulai lepas tangan untuk membantu biaya melanjutkan studi ke pendidikan tinggi. Bila anggapan ini terbukti, tentu menjadi suatu hal yang sangat disayangkan.Oleh karena itu, wacana student loan sebaiknya dikaji kembali. Kebijakan ini sejatinya sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. Daripada mengurusi hal tersebut, sebaiknya pemerintah lebih serius untuk menyediakan beasiswa pendidikan sebanyak-banyaknya.

Alih-alih menjadikan Amerika Serikat sebagai kiblat dalam merumuskan kebijakan, lebih baik melihat ke swedia, jerman, austria, norwegia, dan finlandia yang bahkan sudah mampu menggratiskan kuliah.

Apalagi hari ini mata dunia sedang tertuju ke Indonesia karena di masa yang akan datang Indonesia akan menikmati apa yang dinamakan bonus demografi. Kita perlu optimis bahwa suatu saat Indonesia akan benar-benar menjadi negara yang hebat dan kuat di tengah persaingan dan perubahan yang begitu pesat.

Dalam upaya meraih itu, kebijakan kebijakan pemerintah yang pro-rakyat sangat diharapkan. Setidaknya, negara perlu dirasakan kehadirannya dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat, baik saat ini maupun di masa yang akan datang.

Bila pemerintah berhasil membuat kebijakan yang benar-benar pro-rakyat, hal tersebut akan menjadi nilai positif yang tentu tidak akan pernah dilupakan oleh masyarakat. Dan pada akhirnya, semoga semakin banyak insan-insan terdidik dan juga tercerahkan yang bersemangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. [syahid/]

Sumber :voa-islam.com

Keistimewaan Teknik Pertanian di Andalusia

Keistimewaan Teknik Pertanian di Andalusia

Saluran irigrasi merupakan kunci dari pembukaan lahan pertanian.

10Berita ,  JAKARTA -- Lois Olson dan Hellen L Eddy lewat karyanya, A Soil Scientist of Moorish Spain, menyatakan, pada awalnya, buku Ibnu al-Awwam ini tak diketahui keberadaannya dan dianggap hilang. Berbeda dengan literatur sains milik ilmuwan Romawi atau Yunani yang tersimpan rapi. Sebagian pemikiran ilmuwan Muslim Spanyol seolah terabaikan.

Pada akhirnya, salinan buku itu ditemukan di Royal Spanish Library di San Lorenzo del Escorial. Menurut SP Scott dalam History of the Moorish Empire in Europe, buku hasil pemikiran Ibnu al-Awwam itu sebagai karya besar yang pada masa selanjutnya dijadikan rujukan para ahli pertanian.

Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol oleh Banqueri dan dicetak di Madrid pada 1802. Sementara itu, terjemahan bahasa Prancis dikerjakan oleh Clement-Mullet yang dicetak di Paris pada 1865. Pada dasarnya, seperti penjelasan sejarawan Thomas F Glick dan Steven John Livesey, peradaban Islam melahirkan ilmuwan di bidang pertanian.

Selain Ibnu al-Awwam, nama lainnya adalah Ibnu Wasyiyya, ahli  pertanian dari Irak pada 904 Masehi. Bukunya yang berjudul Al-Filaha al-Nabatiyya merupakan buku petunjuk pertanian terkemuka pada masanya. Wasyiyya menggambarkan tradisi bercocok tanam orang Nabatiya di Irak. Fuat Sezgin menerjemahkannya ke dalam bahasa Jerman.

Di Barat, buku yang lebih dikenal dengan judul Nabatean Agriculture menjadi salah satu rujukan Ibnu al-Awwam saat menuliskan karyanya. Thomas F Glick dan John Livesey mengungkapkannya melalui Medieval Science, Technology and Medicine: an Encyclopedia.

Menurut mereka, Ibnu al-Awwam mengutip sebanyak 540 bagian dari kitab tadi. Ini karena ada kemiripan kondisi alam dan lahan pertanian antara Irak dan Andalusia sehingga metode bercocok tanam yang digunakan juga serupa, papar kedua ilmuwan tersebut.

Namun, teknik pertanian di Andalusia memiliki keistimewaan pada kemampuan sistem irigasi atau qanat yang terintegrasi dan teknik pengangkatan air. Keunggulan itu dipaparkan juga oleh Ibnu al-Awwam. Dia menekankan perlu dibangun terlebih dahulu saliran air sebelum pembukaan lahan pertanian.

Selain itu, seperti penjelasan Ehsan Masood dalam Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern, para ilmuwan Spanyol termasuk Ibnu al-Awwam berhasil mengembangkan metode rotasi tanaman. Inovasi ini diadopsi di Irak dan negara-negara Islam lain serta berhasil meningkatkan hasil produksi pertanian.

Sumber : Republika.co.id

Aher Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Kyungwoon di Korea Selatan

Aher Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Kyungwoon di Korea Selatan

10Berita, GYEONGSANGBUK-DO –Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (Aher), mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Kyungwoon, di Gumi, Gyeongsangbuk-Do, Korea Selatan. Pemberian gelar tersebut dipimpin oleh Presiden Universitas Kyungwoon, Han Sung Wok dalam upacara khusus yang dihadiri Aher, di Prime Hall, Universitas Kyungwoon, Gumi, Jumat (27/4/2018) waktu setempat.

Rektor Han Seong Wook mengatakan, pemberian gelar oleh perguruan swasta bergengsi di Korea Selatan ini lahir dari sejumlah alasan dan upaya Aher merintis kerja sama dengan Provinsi Gyeongsangbuk-Do, terutama terkait pembinaan olahraga Jabar sejak 2010, sehingga Jabar meraih prestasi gemilang pada PON 2016.

“Gubernur Ahmad Heryawan memprakarsai MoU antara Jawa Barat dengan Gyeongsangbuk-Do. Sejal 2010, lalu pada 2011, kerja sama ini berlanjut dengan pengiriman pelatih asal Korea Selatan untuk melatih atlet di Jawa Barat,” kata Han Seong Wook.

Sebelumnya, Gubernur Gyeongsangbuk-Do, Mr Kim Kwan Yong juga memperoleh gelar honoris causa dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat.

“Gelar Doktor Honoris Causa ini adalah simbol persahabatan dua provinsi,” tuturnya.

Gubernur Kim Kwan, yang juga pernah mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Kyungwoon kemudian mendorong universitas tersebut memberikan gelar yang sama pada Aher.

“Kini kedua gubernur ini berasal dari almameter yang sama,” paparnya.

Dalam pemberian gelar yang penuh dengan penerimaan dan sambutan yang hangat tersebut, Aher menerima gelar “Doctor of Philosophyin Safety Science Honoris Causa.”

Kim Kwan hadir langsung untuk turut menyaksikan dan memberikan sambutan khusus pada pemberian gelar untuk Aher, yang disebutnya sahabat lama dari Indonesia. Sebagai ketua komite olahraga, Kim menilai, kerja sama antara provinsinya dengan Jabar sebagai hal penting dan saling menguntungkan.

Gubernur Aher sendiri mengaku sangat terharu dan mengapresiasi  gelar bergengsi yang diberikan Universitas Kyungwoon. Menurutnya, Doktor Honoris Causa Bidang Olahraga ini sangat bermakna, karena kerja sama kedua belah pihak melahirkan kesan mendalam dan persahabatan yang kuat.

“Saya tidak menyangka, karena penghormatan tidak hanya berhubungan antar provinsi, tapi diperdalam dengan pemberian gelar honoris causa pada saya,” tuturnya.

Dia memuji Gubernur Kim yang pandai memelihara persahabatan. Pada kesempatan itu, Aher memastikan, kerja sama yang sudah dibangun selama ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan.

“Tidak ada kata lain selain harus dilanjutkan. Saat pertama kali kerja sama, pada 2010, kini atlet Jawa Barat bisa jauh lebih maju dibanding provinsi lain,” paparnya.

Bahkan Aher menunjuk salah satu sukses PON 2016, yang diyakininya turut ditopang oleh hasil kerja sama kedua provinsi.

“Akibat persahabatan ini, Jabar keluar sebagai juara umum PON 2016. Kerja sama ini ke depan tidak bisa dihentikan. Bukan di bidang olahraga saja, bidang pendidikan, seni budaya, teknologi dan lainnya,” tegasnya.

Aher juga memastikan, sepulang dari Korea, ia akan meminta salah satu kampus di Jabar untuk bekerjasama dengan Universitas Kyungwoon.

Gelar honoris causa dari kampus di Korea Selatan bagi Aher merupakan gelar kedua. Sevelumnya, ia menerima gelar yang sama dari Universitas Yongsan, Ulsanpada 2011 lalu.

Pada kesempatan itu Aher didampingi istri, Netty Heryawan, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jabar, Eddy M Nasution, Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda Jabar, Yudha Munajat Saputra, dan Ketua KONI Jabar, Brigjen TNI Ahmad Saefuddin. []

SUMBER: JABARNEWS

6 Desain Ini Nyeleneh Abis

6 Desain Ini Nyeleneh Abis

10Berita, Mendesain merupakan salah satu hal yang terbilang gampang-gampang susah, bukan? Sebab bila tanpa perencanaan yang baik, hasil desain bisa jadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ada banyak sekali objek yang kita desain, misalnya pada beberapa kendaraan seperti mobil dan motor.

Nah, kali ini akan saya bagikan beberapa desain yang mungkin belum pernah kamu lihat sebelumnya. Selain nyeleneh, 6 desain ini juga kocak lho. Daripada kamu penasaran, yuk kita simak beberapa desain yang nyeleneh abis berikut ini.

1. Meski hanya sebuah mobil bekas, kalau desainnya seperti ini masih terlihat keren kan

Instagram.com/basismicin

2. Sepertinya ada yang aneh dengan eskalator yang satu ini

Instagram.com/basismicin

3. Kran tempat wudhu terlihat beda, bukan? Pernah menemui desain yang seperti ini?

Instagram.com/basismicin

4. Kalau desain alas kakinya dibuat banyak lubang begini, sepertinya gak bakalan tertukar lagi deh

Instagram.com/situs.humor

5. Naik motor serasa lagi duduk di sebuah taman aja ya. Banyak tanaman dan bunga di sana-sini

Instagram.com/basismicin

6. Begini jadinya kalau jendela mobil didesain dengan sebuah stiker. Saat kaca jendelanya terbuka, stikernya jadi terpisah deh

Instagram.com/receh.id

Demikianlah beberapa desain yang nyeleneh dan juga kocak.

Sumber :UC News 

Gerakan #2019GantiPresiden Tak Terbendung, Elektabilitas Jokowi Semakin Tergerus

Gerakan #2019GantiPresiden Tak Terbendung, Elektabilitas Jokowi Semakin Tergerus


10Berita, Disebutkan oleh Ketua Presidium Musyawarah Rakyat Indonesia (MRI) Yudi Syamhudi Suyuti, elektabilitas Presiden RI Joko Widodo (Jokowi),  terjun bebas dan hanya tinggal 11 persen saja.

“Saya membaca sebaran WA, elektabilitas Jokowi saat di survei internal, tinggal 11 persen,” ujar Yudi melalui akun Facebooknya, Ahad 29 April 2018.

Yudi mengatakan, dirinya sedang berada di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, dan di sana dirinya menemukan bahwa gerakan #2019GantiPresiden juga booming. Hal tersebut, tulis Yudi, semakin memperkuat gerakan Ganti Presiden 2019.

“Saya sedang di Sumatera Selatan, tepatnya di Kabupaten Lahat. Surprise .... Di sini #2019GantiPresiden ternyata juga boominglho. Arus ini sudah gak terbendung lagi,” tuturnya.

Sumber :Portal Islam 

KPK Diminta Proaktif Usut Isi Rekaman Telepon antara Menteri BUMN dengan Dirut PLN

KPK Diminta Proaktif Usut Isi Rekaman Telepon antara Menteri BUMN dengan Dirut PLN


Dirut PLN Sofyan Basyir dan Menteri BUMN Rini Soemarno

10Berita, JAKARTA  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta untuk proaktif mengusut isi rekaman suara telepon antara Menteri BUMN Rini Soemarno dengan Direktur Utama PLN, Sofyan Basyir.

Direktur Center For Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi yang mengaku kaget mendengar isi rekaman tersebut meminta KPK untuk mengusutnya.

“Rekaman Sofyan dengan Rini, sungguh membuat publik kaget sekali,” ujarnya seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL.co, Selasa (30/4/2018).

Menurut Uchok, jika rekaman itu telah diedi, bukan berarti KPK berdiam diri. Komisi anti rasuah, kata dia, harus tetap mengusut rekaman tersebut.

Apalagi dalam rekaman yang beredar ada dugaan pembagian saham proyek-proyek storage LNG di beberapa daerah yang melibatkan kakak kandung Rini, Arie Hernanto Soemarno. KPK, kata Uchok, harus menjadikan hal itu sebagai petunjuk.

“Biarpun bentuknya editan, seharusnya rekaman ini membuat penasaran pihak KPK untuk melakukan penelusuran atas isi atau pembicaraan tersebut,” tandasya. (*)

Sumber: RMOL.co

Ditanya Tantangan Debat Rizal Ramli, Menkeu Terbaik Jokowi Diam Seribu Bahasa

Ditanya Tantangan Debat Rizal Ramli, Menkeu Terbaik Jokowi Diam Seribu Bahasa

10Berita – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bergeming menanggapi tantangan debat terbuka tentang utang luar negeri yang dilayangkan ekonom senior Dr. Rizal Ramli.

Menteri terbaik dunia ini diam seribu bahasa tidak mengeluarkan sepatah kata pun saat awak media bertanya tentang tantangan debat terbuka Rizal Ramli.

Sri Mulyani yang ditemui usai mendampingi Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Musyawarah Rembukan Nasional (Mustembangnas) di Grand Sahid Hotel Jaya, Gatot Subroto, Jakarta, Senin (30/4) hanya bisa melempar senyum. Tidak ada satu kata pun yang dilontarkan dari mulut Sri Mulyani kepada pewarta.

Debat tentang utang luar negeri dan ekonomi makro ini sudah dipersilakan oleh Presiden Joko Widodo. Dengan catatan, pihak-pihak yang ingin berdebat memiliki data seputar utang luar negeri untuk diadu dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Bak gayung bersambut, Menteri Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid, Rizal Ramli langsung menyatakan diri bersedia menerima tantangan tersebut. Dia juga sudah mengaku memiliki banyak data untuk diadu dengan Sri Mulyani.

Bahkan sejumlah organisasi non-pemerintah dan media telah siap menjadi pihak penyelenggara debat menteri terbaik versi lembag asing dengan mantan menteri era Presiden Gus Dur yang terkenal dengan ‘kepretan rajawali’nya. ()

Sumber :rmol,

Terciduk! Peserta #DiaSibukKerja di CFD Jakarta, Korbankan Anak-anak

Terciduk! Peserta #DiaSibukKerja di CFD Jakarta, Korbankan Anak-anak

10Berita  Pada kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) terlihat sejumlah anak-anak dilibatkan dalam acara mendukung Jokowi di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Ahad (29/4). Anak-anak baik laki-laki dan wanita memakai kaus bertuliskan #DiaSibukKerja. Kegiatan ini merupakan usaha untuk meng-counter aksi massa #2019GantiPresiden.

Anak-anak yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan memakai kaus bertuliskan #DiaSibukKerja itu raut mukanya terlihat seperti orang bingung berjalan memutari Bundaran HI. Mereka hanya tampak berbincang-bincang dengan sesama temannya sambil masih terlihat kebingungan.

Sebelumnya mereka dikumpulkan oleh panitia dibagikan kaus itu dan disuruh memakainya serta diperintahkan berjalan menyusuri kawasan Thamrin, Bundaran HI dan Hotel Indonesia.

Dilansir oleh Suaranasional yang berhasil mendapat informasi dari beberapa anak yang dilibatkan pada acara mendukung Jokowi di CFD.

Rangga (12) kelas 2 SMP di Jakarta Utara mengaku diajak seseorang untuk mengikuti CFD karena dijanjikan ada group musik.

“Saya sih ikut saja, katanya ada acara musik dan dikasih makan,” ungkapnya seperti dilansir Suaranasional, Ahad (29/4).

Rangga pun mengaku tidak tahu, acara CFD yang diikutinya untuk mendukung Jokowi.

“Awalnya tidak tahu. saya diberitahu untuk acara musik anak muda dan disuruh naik kopaja. Semua sudah disiapkan panitia,” ungkap Rangga.

Selain itu, berdasarkan keterangan Sabila, remaja putri kelas 1 SMP di Jakarta Barat, yang mengungkapkan hal yang sama. Sabila mengaku bahwa dirinya diajak karena dijanjikan diberi uang sebagai penonton bayaran dalam acara musik.

“Saya mau saja sebagai penonton bayaran, ternyata di sini disuruh seperti ini, gimana lagi. Ini perintah dari panitia,” ungkapnya.

Anak-anak tersebut dikumpulkan oleh panitia dan dibagikan kaus putih bertuliskan #DiaSibukKerja dan diminta mengenakannya serta diperintahkan berjalan menyusuri kawasan Thamrin, Bundaran HI.

Semula, warga yang sebagian besar anak-anak itu dikerahkan untuk menandingi gerakan kaus #2019GantuPresiden. Namun, dari pengamatan, warga yang mengenakan kaus putih yang sama dengan anak-anak itu tidak sebanding dengan jumlah warga yang mengenakan kaus #2019GantiPresiden.

Sumber : Ngelmu.co

Ikhwanul Muslimin Siap Berunding dengan Rezim Kudeta Mesir, Asal…

Ikhwanul Muslimin Siap Berunding dengan Rezim Kudeta Mesir, Asal…


Ibrahim Munir, Wakil Mursyid ‘Aam Jamaah Ikhwanul Muslimin. (Aljazeera)

10Berita – Kairo. Jamaah Ikhwanul Muslimin menyatakan kesiapannya untuk berunding dengan rezim kudeta Mesir. Namun Ikhwan mengajukan tiga syarat yang harus dipenuhi Rezim agar perundingan benar terjadi.

Dilansir Aljazeera, Senin (30/04/2018), hal itu disampaikan oleh Ibrahim Munir, Wakil Mursyid ‘Aam Jamaah Ikhwan. Sebelumnya Kamal Helbawi, mantan petinggi Ikhwan, menyeru agar Jamaah melakukan rekonsiliasi dengan Rezim Mesir.

Munir yang diwawancara Aljazeera Mubashermenyebutkan, Ikhwan mengajukan tiga syarat kepada Rezim Mesir yang dipimpin Abdul Fatah As-Sisi. Jika ketiganya dipenuhi, maka Ikhwan siap menggelar perundingan.

Syarat pertama, kata Munir, perundingan harus dilakukan dengan pejabat yang bertanggung jawab, bukan perwakilan. Syarat kedua, perundingan harus melibatkan semua pihak yang menolak As-Sisi. Syarat ketiga, sebelum dilakukan perundingan pihak rezim harus membebaskan tahanan politik, termasuk Presiden Muhammad Mursi.

Sejauh ini pihak Rezim terus menyangkal adanya tahanan politik di ruang-ruang tahanannya. Mereka berdalih, semua tahanan sedang menunggu putusan pengadilan, atau dituntut dengan kasus kekerasan.

Lebih lanjut Munir juga mengungkapkan adanya pembicaraan antara Jamaah Ikhwan dengan Rezim pada 2014 dan 2016. Munir menyebutkan, pembicaraan saat itu dilakukan oleh seorang tokoh Rezim dan Youssef Nada, seorang pimpinan Ikhwan yang tinggal di Swiss.

Munir menjelaskan, Nada diminta untuk kembali ke Mesir atau bertemu dengan Dubes Mesir di Swiss. Inilah yang menghambat perundingan sejak awal, di samping pentingnya pengakuan kami terhadap legitimasi As-Sisi bagi mereka, imbuh Munir.

Selama lebih dari empat tahun, banyak pihak yang mengupayakan agar perpecahan sosial di Mesir segera berakhir. Namun upaya yang dilakukan sejumlah pemikir, diplomat dan politisi Mesir itu selalu menemui kegagalan.

Sementara itu, Abdul Fatah As-Sisi menyebut keputusan rekonsiliasi dengan Ikhwan ada di tangan rakyat.

Untuk diketahui, Rezim Kudeta Mesir memasukkan nama Jamaah Ikhwanul Muslimin ke dalam daftar teroris. Sejumlah besar anggota dan pimpinan Ikhwan juga telah dituntut dengan berbagai tuduhan yang diada-adakan. (whc/)

Sumber :dakwatuna