OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 02 Mei 2018

Politisi PSI Bela Korban Persekusi Di CFD, Jangan Lupa Yang Ini Juga, Bung!

Politisi PSI Bela Korban Persekusi Di CFD, Jangan Lupa Yang Ini Juga, Bung!

Referensi pihak ketiga

10Berita, Tiba-tiba Susi Ferawati jadi selebritis dadakan. Gara-gara kasus dugaan persekusi di Car Free Day pada Minggu (29/04/2018) lalu, ia laris manis dicari para pewarta.

Beberapa tokoh terkenal di tanah air bahkan memuji-muji tindakannya. Sebut saja misalnya caleg PSI, politisi PDI-P, Mahfud MD, Ruhut Sitompul, atau seorang redaktur majalah ibukota.

Referensi pihak ketiga

Semua mereka sepakat, tindakan Susi luar biasa melawan persekusi. Dan disaat yang sama semua juga satu suara mengutuk habis pelaku persekusi. Kata-kata biadab, kaum bar-bar, radikal disematkan membabi buta.

Yah, persekusi memang tak bisa dibenarkan. Kita setuju.

Persekusi menurut KBBI adalah pemburuan sewenang-wenang terhadap seseorang atau sejumlah warga, disakiti, dipersusah.

Referensi pihak ketiga

Nah, sekarang masihkah Anda ingat dengan Muhammad Zainul Majdi? Nama populernya TGB (Tuan Guru Bajang). Ketika itu Minggu (09/04/2017), TGB bersama istri sedang berada di antrian counter Batik Air Bandara Changi Singapura saat hendak bertolak ke Jakarta. Karena ada keperluan, ia meninggalkan istrinya sekejap diantrian lalu kembali ke barisan.

Tiba-tiba, seorang mahasiswa Indonesia asal Jakarta bernama Steven Hadisurya Sulistyo memaki-makinya dengan sangat kasar. “Dasar Indon, dasar Indonesia. Dasar pribumi tiko,” bentaknya penuh kebencian. Di tengah keramaian pula. Gara-gara ia mengira TGB memotong antrian, padahal tidak (tribunnews/14/04/2018).

Sebuah persekusi.

Referensi pihak ketiga

Itu hanya satu contoh. Lalu lihatlah apa yang terjadi pada seorang ibu rumah tangga kritis bernama Asma Nadia yang dipersekusi pihak berwajib, pada Ustadz Abdul Somad, pada Ustadz Tengku Zulkarnain, pada warga yang dipersekusi Iwan Bopeng saat Pilkada DKI lalu, atau banyak lainnya.

Adakah yang tau bagaimana reaksi para tokoh-tokoh pengutuk persekusi tadi? Bersuarakah mereka? Tidak.

Kenapa? Bukankah contoh yang saya sebutkan juga persekusi?

Referensi pihak ketiga

Saya khawatir, sesungguhnya kutukan itu bukan tentang persekusi. Melainkan cuma tentang kaumku dan kaummu. Sebuah pembatas norak berdasarkan perbedaan pilihan politik semata. Lihatlah dengan saksama siapa yang dibela siapa yang membela. Tidakkah semuanya nyata?

Ternyata benarlah kata orang bijak, kebencian menuntunmu pada ketidakadilan.

 

Sumber : UC News

MUI Minta Umat Islam Sukseskan Aksi Bela Al Aqsha 11 Mei

MUI Minta Umat Islam Sukseskan Aksi Bela Al Aqsha 11 Mei

10Berita – Koalisi Indonesia Bela Baitul Maqdis (KIBBM) akan menggelar aksi damai menolak pemindahan Kedubes Amerika Serikat ke Al-Quds (Yerusalem) pada 11 Mei 2018. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, KH. Ma’ruf Amin menyatakan dukungan terhadap aksi tersebut.

“Saya setuju dengan aksi tersebut, dan saya dukung supaya ada dukungan lagi bagi Palestina dan kita harus berikan dukungan menolak Yerusalem dijadikan ibu kota Israel,” ungkapnya kepada Kiblat.net di Gedung MUI, Jakarta, Senin (30/0).

Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Ustadz Zaitun Rasmin menambahkan, aksi 11 Mei sangat penting untuk menolak secara tegas keputusan Donald Trump yang akan memindahkan kedutaan besar Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem.

“Aksi itu sangat penting karena menyambut keputusan yang sangat zalim dari Trump untuk memindahkan kedutaan dari Tel Aviv, padahal seluruh dunia protes dan kita ingin melanjutkan protes kita,” ungkapnya di tempat yang sama.

“Kita tidak diam atas keputusan Trump itu. Selain itu, 11 Mei bukan hanya Indonesia yang melakukan aksi besar, namun kompak seluruh dunia,” lanjutnya.

Zaitun mengungkapkan bahwa Ketua MUI setuju dan mengimbau kepada seluruh ormas Islam di Indonesia untuk mengikutinya.

“Saya juga sudah lapor ke ketua MUI dan beliau juga setuju dengan adanya aksi ini dan mendukung untuk dilakukan seluruh ormas dan elemen masyarakat di Indonesia,” tegasnya.

Diketahui, KIBBM akan menggelar aksi damai menolak pemindahan Kedubes Amerika Serikat ke Al-Quds (Yerusalem) pada 11 Mei 2018. Ketua KIBBM Ustadz Bachtiar Nasir mengatakan aksi tersebut sebagai bentuk keberpihakan umat Islam Indonesia terhadap Palestina. Titik kumpul akan berada di Kedutaan Besar Amerika Serikat Jl. Merdeka Selatan, Jakarta Pusat dimulai pukul 10.00 WIB hingga shalat Jumat. (ki)

Sumber : Eramuslim

Aksi 115, Jutaan Umat Islam Indonesia Akan Kembali Sholat Jum'at di Monas

Aksi 115, Jutaan Umat Islam Indonesia Akan Kembali Sholat Jum'at di Monas

10Berita - Untuk merespon ambisi Amerika yang ingin memindahkan Ibukota Israel ke Yerusalem, Umat Islam Indonesia akan kembali menggelar Aksi besar-besaran dengan tema "Indonesia Bebaskan Al-Quds".
Aksi akan dilaksanakan di lapangan Monumen Nasional (Monas) pada hari Jum'at, 11 Mei 2018, pukul 04:00 WIB hingga 13:00 WIB dengan menunaikan Sholat Jum'at Berjamaah di Monas.
Kegiatan ini telah mendapatkan dukungan dari sejumlah pihak seperti : MIUMI, MUI, Muhammadiyah, NU, AL-IRSYAD, PERSIS, ALWASILIYAH, BKMT/Seluruh Majlis ta'lim, BKSPP/seluruh PONPES, seluruh ULAMA dan umat Islam dari seluruh wilayah Indinesia.
Adapun rangkaian acaranya adalah sebagai berikut :
1. Shalat Subuh berjama'ah di Monas imam Ust Mahdi
2. Zikir (Ust Arifin Ilham)
3. Tilawah Al-Qur'an surat Al-Isro dipandu oleh 1.000 hufafz
4. Pembacaan ayat suci Al-Qur'an
5. Sambutan panitia
6. Orasi pembuka
7. Nasyid Al-Aqsho
8. Orasi-orasi oleh para tokoh Ulama
9. Pembacaan pernyataan sikap
10.Shalat Jum'at Berjamaah di Monas

Sejumlah Ulama dan Ustadz yang akan ikut hadir dalam Aksi ini adalah KH Ma'ruf Amin, KH Bachtiar Nasir, KH Ahmad Shobro Lubis, KH Abdullah Gymnastyar, KH Abu Jibril, Ustadz Felix Siauw, Ustadz Abdul Somad, Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Oemar Mitta, Bang Onim, Bunda Neno Warisman, Peggy Khadijah, Ustadzah Oki Setiana Dewi dan Melly Goeslaw.


Sumber :islamedia

Pledoi Alfian Tanjung: PKI Terus Bergerak, Simpatisannya Tak Kenal Bubar

Pledoi Alfian Tanjung: PKI Terus Bergerak, Simpatisannya Tak Kenal Bubar

10Berita , Jakarta – Sidang lanjutan perkara pencemaran nama baik yang melibatkan Alfian Tanjung mengagendakan pembacaan nota pembelaan atau pledoi. Ketua Taruna Muslim itu menegaskan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) tak mengenal kata bubar.

Alfian Tanjung menyampaikan nota pembelaan atau pledoi dalam persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (05/02/2018). Di hadapan majelis hakim dia membacakan pledoi bejudul Indonesia Tanpa PKI, Menihilkan Komunisme.

Alfian Tanjung dalam paparanya menyebut bahwa kehidupan PKI setelah gagalnya G30S/PKI telah mengalami perubahan besar, yang dikenal sebagai “Tiga Peralihan”. Hal itu mencakup garis-garis strategi yaitu Pekerjaan legal beralih menjadi illegal, dari jalan damai menjadi perjuangan bersenjata (Perjuta), dan Pekerjaan Kota beralih menjadi pekerjaan Desa (Mao Zedong, Desa mengepung Kota). Hal itu dikutipnya dari pidato Yusuf Adjitorop dalam Kongres ke-V Partai Buruh Albania pada November 1966, atas nama PKI.

Selain itu, ia juga mengutip pernyataan tokoh tua PKI, Sudisman, dalam sidang Mahmillub 1967. Alfian mengatakan, tokoh CC-PKI itu mengatakan, “Jika saya mati, sudah tentu bukan berarti PKI mati bersama kematian saya, tidak sama sekali tidak, walaupun PKI sudah rusak berkeping-keping, saya tetap yakin ini hanya bersifat sementara dan dalam proses sejarah, nanti PKI akan tumbuh kembali, sebab PKI adalah anak zaman yang dilahirkan oleh zaman’.

Alfian kemudian mengutip isi buku Bahaya Komunisme karya A.Z. Abidin & Baharuddin Lopa. Dalam pparannya dia menyebut kekalahan kaum komunis di Madiun tahun 1948 dianggap latihan permulaan (Repetitie), kekalahan G30S/PKI tahun 1965 dianggap sebagai “Generale Repetitie” untuk memulai pemberontakan yang ketiga nanti.

Dalam pledoinya, Alfian kemudian mengutip tulisan dari Buku Harian Dita Indah Sari 16 April 1996, halaman 12. Tulisan itu dinilainya sebagai ekspresi pemahaman misi perjuangan PKI muda. Kutipan itu berabunyi, “Partai sudah berdiri, well 31 tahun terkubur, dibantai, dihina, dibunuh, dilarang, diawasi, dikhianati, sekarang dibangun kembali”.

Sejak dinyatakan bubar pada tahun 1966 dan diperkuat oleh UU Nomor 27/1999, tidak ada alasan yang bisa dibenarkan eksisnya gerakan komunisme di Indonesia, baik PKI termasuk dengan PKI berwajah lain. Alfian menyebut pernyataan generasi pengurus PKI yakni Sudisman, sebagai pengganti DN Aidit, dan Dita Indah Sari, kader PRD sebagai penjabat publik sebagaia gambaran regenerasi.

“Dengan ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa telah terjadi regenerasi, kaderisasi dan reproduksi kader PKI secara terprogram. Hal ini berjalan efektif sejak tahun 2004,” ungkap Alfian.

“Bisa kita pahami bahwa memang PKI terus bergerak, karena kader PKI, warga PKI dan simpatisan tidak menggenal bubar atau mati, yang mereka pahami adalah pasang naik dan pasang surut,” lanjutnya.

Alfian mengklaim PKI akan memastikan eksistensinya kembali pada HUT PKI ke-100 dalam bentuk PKI pada tahun 2020. Dia tak menyebutkan referensi pernyataan tersebut. “Semoga Allah menggagalkannya,” tandasnya.

Sumber : kiblat.net

Jokowi Kenapa Selalu Kabur Setiap Didemo Buruh?

Jokowi Kenapa Selalu Kabur Setiap Didemo Buruh?

10Berita , Jakarta - Dalam memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) 2018, para buruh Indonesia menggelar aksi demonstrasi di beberapa titik wilayah Ibu Kota Jakarta seperti Gedung MPR/DPR, Istana Negara dan Istora Senayan, Selasa (1/5/2018).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) - (Foto: inilahcom)

Namun, sebagian buruh mengaku kecewa karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak ada di Istana Negara, Jakarta Pusat ketika mereka berunjuk rasa. Akhirnya, digalang oleh netizen dengan hastage #BuruhTidakPilihJokowi.

Netizen mempertanyakan sikap Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia yang tidak pernah hadir di tengah-tengah kerumunan buruh saat berunjuk rasa, padahal Jokowi pernah mengaku ingin dan rindu dengan demonstrasi.

"Kenapa Jokowi setiap di demo pasti kabur ya? #BuruhTidakPilihJokowi," tanya Restu Prasetyo melalui akun twitternya @restu_propert58 yang dikutip pada Selasa.

Kemudian, akun #INDONESIA @NKRI_NTBSasambo menyindir pernyataan Jokowi yang rindu untuk didemo. Akan tetapi, ketika didemo malah tidak ada di Istana Merdeka.

"Saya Rindu Didemo, kata Jokowi. Bagaimana kenyataannya? Buruh demo, orasi di depan Istana Jakarta, Jokowi tak ada. Dia di Bogor. Masih mau dipimpin beliau lagi? Kalau buruh tegas. #BuruhTidakPilihJokowi. Ini artinya ada 80 juta rakyat Indonesia tak pilih Jokowi," katanya.

Selain itu, Mahendra Gunawan melalui akunnya @MAHENDRA_GNW juga bertanya-tanya kemana perginya Jokowi ketika buruh ingin datang ke Istana Merdeka.

"Pak JOKOWI tidak mau menemui BURUH yang saat ini sudah di area ISTANA...??? Kemana Pak Presiden sih, mana mungkin gak tau BURUH akan ke ISTANA. Rakyatnya datang malah menghindar, tapi kalau pendukungnya yang datang langsung ditemui. Begini sikap seorang PEMIMPIN? #BuruhTidakPilihJokowi," ujarnya.

Akun #2019GANTIPRESIDEN @Al_Fatih1453__ sepertinya geram juga dengan sikap Presiden Jokowi yang menghindar dari Istana Negara tak mau menemui buruh, malah menerima tokoh dari luar negeri.

"Di saat ribuan buruh dari area Jadebotabek turun ke jalan untuk memperingati hari buruh internasional atau yang disebut juga May Day dan menyampaikan aspirasi di depan Istana Merdeka dan DPR Jakarta. Jokowi malah menerima delegasi Iran di Istana Bogor. #BuruhTidakPilihJokowi," katanya.

Sedangkan, Eko Widodo @ekowBoy malah menyindir Jokowi yang berani pergi ke Afghanistan tapi malah takut menemui buruh saat memperingati Hari Buruh Internasional.

"Katanya kebal ke Afganistan gak pake rompi anti peluru kok sama buruh kabur.#BuruhTidakPilihJokowi," tandasnya.[ris]

 Sumber : INILAHCOM

5 Fakta Tersembunyi Mohamed Salah

5 Fakta Tersembunyi Mohamed Salah


10Berita – Winger Liverpool, Mohamed Salah tengah menjadi sorotan dunia. Berawal dari musim pertamanya di Liverpool, bintang sepak bola asal Mesir ini sukses mencetak 42 gol dari seluruh kompetisi musim ini, dan kemungkinan masih akan terus berlanjut.

Atas raihan fenomenal ini, ia dianugerahi pemain terbaik Liga Inggris PFA Awards musim ini. Nah, berbicara soal penampilan apik Salah, mungkin banyak yang bertanya-tanya, apa rahasia Salah? Apa yang membuat dirinya tampil begitu spektakuler musim ini?

Ternyata, semua tak terlepas dari ibadah yang ia lakukan. Salah adalah seorang muslim yang taat menjalankan kewajiban agamanya.

Mau tahu kebiasaan-kebiasaan saleh yang sering dilakukan Salah?

Rajin ke Masjid

Salah satu penyebab moncernya penampilan Salah adalah kesadarannya sebagai muslim. Ia dikenal selalu melaksanakan dan tidak pernah meninggalkan ibadah shalat 5 waktu.

Salah seorang fans Liverpool pun pernah membuat chants atau yel-yel spesial untuk Salah.

“Jika dia (Salah) terus mencetak gol, saya juga akan menjadi Muslim. Dia sering ke masjid, di situlah saya ingin berada.” Salah pun dikenal suka menunaikan salat di Masjid Al-Rahma di dekat markas Liverpool.  

Mengaji

Dikala senggang, Salah selalu menyempatkan waktunya untuk mengaji, bahkan dalam bus menuju perjalan untuk bertanding.

Ia sendiri pun mengakui kalau Al-Quran adalah pedoman hidupnya. “Al-Quran adalah pedoman hidupku. Itu adalah penuntunku selama berada di negeri orang, maupun di negeri sendiri.” ujar Salah kepada media Mesir.

Pelihara Jenggot

Salah juga mengikuti salah satu sunah rasul, yaitu memelihara jenggot.

Sujud Syukur

Ini adalah selebrasi yang menjadi tradisi Salah ketika mencetak gol.

Ia selalu bersyukur atas segala kesuksesan yang ia raih kepada Yang Maha Kuasa. Bahkan, sebelum dan sesudah pertandingan ia selalu memanjatkan doa meminta ridho Allah. 

Umrah

Dalam akun media sosialnya, Salah pernah mengunggah fotonya yang sedang menjalankan ibadah umrah di Masjidil Haram. Ia tak hanya sendiri, melainkan bersama para keluarga dan sanak saudaranya. (kmpr)

Sumber : Kumparan, Eramuslim.com

Rawan Penculikan, KPAI Imbau Orang Tua Tingkatkan Pengawasan

Rawan Penculikan, KPAI Imbau Orang Tua Tingkatkan Pengawasan

Ilustrasi Penculikan anak

Motif penculikan anak sangat beragam, semuanya harus diwaspadai.

10Berita , JAKARTA -- Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (Susanto) mengimbau kepada semua orang tua, masyarakat dan sekolah agar memastikan anak terpantau dengan baik. Hal ini terkait penculikan bayi di Depok, Jawa Barat beberapa saat lalu.

Susanto mengatakan, motif penculikan bayi sangat beragam. Sedikitnya, menurut dia, ada lima motif seseorang melakukan penculikan pada anak, termasuk di antaranya motif coba-coba karena melihat anak tanpa pengawasan orang tua dan akhirnya terpikir untuk menculik anak tersebut.

"Modus seperti ini ada sejumlah kasus. Kepentingannya untuk mendapatkan imbalan uang," kata Susanto, dalam keterangan tertulis, Selasa (1/5).

Kedua, tambah Susanto, motif perdagangan manusia berjejaring. Seseorang menculik anak untuk dijual melalui jaringan yang sudah rapi dan sistematis. Kasus demikian banyak dan tak mudah membongkarnya karena sudah menjadi sindikat.

Ketiga, motif memiliki anak. Susanto menilai, pasangan yang kesulitan memiliki anak bisa jadi membuat mereka tidak berpikir panjang. Gagalnya pasangan memiliki anak membuat nekat melakukan penculikan. Namun, kata Susanto, kasus seperti ini relatif sedikit.

Keempat, dilatarbelakangi karena dendam. Adanya persoalan pribadi antara orang tua anak dengan pelaku, tidak sedikit menjadi pemicu melakukan kejahatan penculikan. Sedangkan yang kelima, motif untuk dijadikan objek seksual. Biasanya usia korban bukan balita. Rata-rata korban penculikan motif ini di bawah 16 tahun.

"Melihat motifnya beragam, kami mengimbau kepada semua orangtua, masyarakat dan sekolah agar memastikan anak terpantau dengan baik. Jangan berikan celah dan potensi orang lain melakukan penculikan terhadap anak," lanjut dia.

Sumber : Republika.co.id

Instagram Didominasi Tagar #2019GantiPresiden (88,2%), #2019TetapJokowi Hanya 11,8%

Instagram Didominasi Tagar #2019GantiPresiden (88,2%), #2019TetapJokowi Hanya 11,8%


10Berita, Peta sosial media menjelang Pilpres 2019 sangat jauh berbeda dengan saat Pilpres 2014.

Saat Pilpres 2014 lalu bisa dikatakan sosial media dikuasai oleh pendukung Jokowi. Bahkan pendukung Jokowi sudah menguasai sosmed sejak Pilkada DKI Jakarta 2012 sebelumnya, dengan munculnya JASMEV.

Namun saat ini, peta sosmed di semua platform dikuasai oleh kubu kontra Jokowi. Baik di Facebook, Twitter dan Instagram.

Di Instagram bahkan posisinya sangat njomplang. Kubu pro Jokowi betul-betul tak berkutik.

Dari penelusuran di Instagram dua tagar yang berlawanan, tagar #2019GantiPresiden VS #2019TetapJokowi didapat hasil yang mencengangkan... kubu pendukung Jokowi babak belur.

Sampai pagi ini, Rabu (2/5/2018), tagar #2019GantiPresiden mendominasi Instagram dengan 118k (118.000) postingan atau 88,2%.

Sedang tagar #2019TetapJokowi hanya 15,8k (15.800) atau 11,8%.

Silakan cek sendiri di kolom Searching, tuliskan tagar #2019GantiPresiden akan didapat hasilnya, lalu ketik #2019TetapJokowi ketahuan hasilnya.

Ada pula tagar #DiaSibukKerja, juga sangat kecil cuma 2850.

Sumber: IG

Insiden CFD Jauh Lebih Kecil dari Inkompetensi Pemimpin Negara

Insiden CFD Jauh Lebih Kecil dari Inkompetensi Pemimpin Negara


10Berita -Rekayasa atau murni, settingan atau tidak, insiden kecil yang terjadi di tengah aksi #2019GantiPresiden pada hari Car Free Day di Bundaran HI, Jakarta, tidak akan berdampak terhadap tekad kuat dan perjuangan konstitusional untuk mencukupkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) satu periode saja. Insiden itu menjadi berita yang dibesar-besarkan karena media-media raksasa yang korup pendukung penguasa tidak punya cara lagi untuk mengecilkan gerakan ganti presiden itu.

Sehingga, insiden yang sebetulnya bisa berlalu tanpa berita itu, menjadi seolah peristiwa besar. Seolah #2019GantiPresiden diisi oleh orang-orang yang ceroboh, diikuti oleh orang-orang yang tidak dewasa berdemokrasi, dlsb.

Secara psikologis, blow-up insiden kecil itu memang tak terelakkan. Sebab, pihak pendukung Jokowi sekarang kehabisan cara untuk menghadang laju gerakan ganti presiden 2019. Mereka tidak mampu lagi memikirkan strategi untuk melawan gerakan ini. Akhirnya, mereka hanya bisa mengintai dengan cermat kesalahan-kesalahan yang tak signifikan, yang tidak substantif. Pastilah akan selalu ada momen yang diintip-intip itu.

Sangat alami sekali bahwa tidak ada satu pun gerakan massa yang sempurna 100 persen tanpa noda. Dengan mengatakan seperti ini, saya tidak mengesampingkan kemungkinan adanya “pegaturan” insiden itu. Kalau pengaturan ini bisa dibutkikan, tentulah semakin menguatkan persepsi orang bahwa pihak penguasa selalu punya cara dan fasilitas untuk memercikkan noda ke pihak lain.

Tetapi, sekirannya insiden ibu yang bawa anak itu terjadi secara alamiah, tidak berarti #2019GantiPresiden telah ternoda. Sama sekali tidak!

Gerakan ini dilahirkan untuk berlangsung secara tertib dan damai. Dan sejauh ini telah berjalan tertib dan damai. Tidak pernah ada masalah. Jadi, tidak perlu ada “guilty feeling” yang berlebihan terkait insiden itu. Ibarat kain putih bersih yang memang sulit menjaganya dari percik-percik kotoran. Yang harus dilakukan oleh komunitas besar #2019GantiPresiden adalah introspeksi yang positif. Selain itu, perlu juga dilakukan peningkatan pemahaman tentang “crowd provocation and hostility”. Yaitu, trik-trik povokasi dan pemusuhan (bukan permusuhan) di tengah khalayak.

Provokasi dan pemusuhan bisa berkembang di tengah keyakinan bahwa keberkumpulan massa suatu gerakan tidak akan diganggu oleh keanehan yang dilakukan beberapa orang. Singkatnya, warga yang mengikuti gerakan #2019GantiPresiden tidak menduga bakal akan satu-dua yang berpenampilan lain di tengah mereka. Sehingga, sejumlah orang akan menunjukkan reaksi yang spontanitas. Menurut hemat saya, jalan cerita seperti inilah yang terjadi di perhelatan CFD yang didominasi oleh #2019GantiPresiden.

Warga pendukung gerakan ganti presiden 2019 pasti akan mencatat pelajaran dari insiden ibu-anak itu. Tampil dengan “self-refrain” (menahan diri) yang kuat bisa beperan untuk mengubah provokasi menjadi hiburan.

Yakinlah bahwa insiden CFD itu jauh, jauh lebih kecil dibandingkan pembahasan bagi-bagi fee proyek BUMN. Jauh lebih kecil dari ancaman hutang luar negeri Indonesia yang semakin menggunung. Jauh lebih kecil dari kerugian material dan korban jiwa akibat pengerjaan proyek infrastruktur yang dilakukan secara semberono. Jauh lebih kecil dibandingkan invasi tenaga kerja asing, khususnya tenaga kerja RRC.

Jauh lebih kecil dibandingkan kriminalisasi terhadap para ulama. Jauh lebih kecil dibandingkan pembohongan publik yang dilakukan oleh penguasa. Jauh lebih kecil dibandingkan korupsi e-KTP, dibandingkan skandal Bank Century, dibandingkan konspirasi penyeludupan narkoba, dlsb. Jauh lecih kecil dibandingkan pencolengan dan penggarongan kekayaan negara yang dilakukan oleh para konglomerat rakus dan culas.

Jauh lebih kecil dibandingkan kehidupan rakyat yang semakin sulit sekarang ini. Jauh, jauh lebih kecil dibandingkan dua korban tewas akibat sembako Monas plus penghinaan terhadap martabat bangsa karena bagi-bagi sembako itu. Jauh lebih kecil dari cara kasar melemparkan hadiah lewat jendela mobil.

Jauh lebih kecil dibandingkan pengelolaan negara yang semakin tidak jelas. Dan, insiden ibu-anak di CFD itu jauh, jauh lebih kecil dibandingkan inkompetensi pemimpin negara ini.

Karena itu, insiden CFD tidak akan mengganggu gerakan #2019GantiPresiden. (kk/swamedium)

Penulis: Asyari Usman, Jurnalis Senior.

Sumber : Eramuslim

Polisi Pilih Panggil Mustofa Nahra Bukan Pria Pengintimidasi Susi di CFD, Warganet: Takut Dramanya Terbongkar?

Polisi Pilih Panggil Mustofa Nahra Bukan Pria Pengintimidasi Susi di CFD, Warganet: Takut Dramanya Terbongkar?


10Berita, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan polisi berencana memanggil pemilik akun Twitter @NetizenTofa, Mustofa Nahrawardaya terkait kicauannya tentang insiden intimidasi terhadap Susi Ferawati di acara Car Free Day, Ahad 29 April 2018.

Pemanggilan Mustofa itu untuk menindaklanjuti laporan Susi, Senin 30 April 2018, mengenai kicauan Mustofa di twitter yang disebut membuat Susi terancam dan mengalami perundungan di media sosial.

"Kami berencana memanggil terlapor (Mustafa). Kami terlebih dahulu harus menyelidiki kasus ini," kata Argo saat dihubungi Selasa 1 Mei 2018

Mustofa mengunggah sejumlah kalimat di twitternya menanggapi peristiwa intimidasi di Car Free Day.

"Ibunya harus paham situasinya. Kalau gak mau ribut, copot kaosnya. Biar anaknya tenang," tulis Mustofa lewat akun @NetizenTofa.

— Mustofa Nahrawardaya (@NetizenTofa) April 29, 2018


Susi melaporkan Mustofa ke polisi dan tercatat dalam Laporan nomor TBL/2376/IV/2018/PMJ/Dit.Reskrimsus tertanggal 30 April 2018. Perkara yang dilaporkan adalah pengancaman melalui media elektronik sesuai Pasal 27 (4) jo Pasal 45 (4) UU RI No 19 Tahun 2016 tentang ITE.

Sementara itu, Mustofa yakin laporan terhadapnya tidak akan ditindaklanjuti oleh polisi. Dia merasa kicauannya bukanlah ancaman, melainkan saran kepada Susi.

"Kalau mengancam itu seperti saya bilang saya akan membunuh, saya akan merampok. Mengancam itu hal yang belum terjadi, makanya itu ancaman. Saya berada di lokasi saat itu, jadi cuitan saya hanya memberi saran saja, sebab Susi memang berjalan melewati kami (kelompok #2019GantiPresiden)," kata Mustafa.

Mustofa menyebut Susi saat itu memakai baju lapis dua, karena itu Mustafa bilang lebih baik melepas kaus yang ada tulisan #DiaSibukKerja.

Dia justru balik menyebut bahwa kelompok #DiaSibukKerja melanggar imbauan Kapolres Jakarta Pusat, Komisaris Besar Roma Hutajulu yang mengimbau agar kedua kelompok tidak bertemu di CFD untuk menghindari konflik.

"Mereka (kelompok #DiaSibukKerja) juga melanggar, mereka melewati kelompok kami. Makanya terjadi seperti itu. Menurut saya hal tersebut wajar jika dua kelompok berlawanan bertemu," ujar Mustofa.

Intimidasi terhadap Susi dan anaknya viral di media sosial. Dalam video yang diunggah oleh akun Jakartanicus, di Youtube, sekelompok warga yang memakai kaus bertuliskan #2019GantiPresiden mengintimidasi Susi dan anaknya yang memakai kaus #DiaSibukKerja.

Keputusan pihak kepolisian untuk memanggil Mustofa Nahra, membuat banyak warganet heran.

Pasalnya, alih-alih memanggil orang yang pada berbagai foto dan video nampak jelas tengah mengintimidasi Susi, polisi justru lebih dahulu memproses laporan Susi dengan memanggil Mustofa Nahra.

Padahal, wajah para pelaku intimidasi sudah sangat jelas karena beberapa warganet sudah membeberkan jatidiri para pelakunya.

Kenapa ke sini? Knp tidak coba usut dan panggil orang2 yg fotonya beredar sbg pelaku "intimidasi"? Video ada, foto yg diduga pelaku ada.
Atau "khawatir" ketahuan skenario aslinya?

Polisi Akan Panggil Akun @NetizenTofa soal Cuitan Intimidasi https://t.co/jQdnGSrBRF

— ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤ (@MbahUyok) May 1, 2018



Sumber :Portal Islam