OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 25 Desember 2016


07

Anehnya Negeri Berdinding Kertas

Oleh : Adithia Rachman Sastradinata

10Berita-PENDUDUK terbanyaknya adalah muslim, begitulah realitas

Namun aneh, negaranya jarang sekali memperhatikan perasaan penduduk mayoritas

Sebaliknya sangat peduli pada minoritas

Malah lebih peduli pada minoritasnya dan akhirnya menyebabkan yang mayoritas jadi terindas

Oh negeri berdinding kertas, realitas tirani minoritas atas mayoritas

Benturan keras di tiap tiang negeri ini membuat penduduk mayoritas lemas, perlukah memelas?

Berbeda boleh namun tak perlu mengaburkan yang sudah jelas

Dan tak perlu pula kau robek akal kami dengan pecahan gelas toleransi yang bablas

Seakan akan kami tak mengucapkan selamat hari raya mereka, tak bersih bersih rumah ibadah mereka, dan tak memakai atribut keagamaan mereka adalah sikap kriminalitas

Bagaimana bisa, katanya harus hormat menghormati perbedaan tapi kami diminta sama memakai topi sinterklas?

Bagaimana bisa, katanya harus hormat menghormati perbedaan tapi kami yang dikondisikan aqidahnya bisa lepas?

Bagaimana bisa, katanya harus hormat menghormati perbedaan tapi kami yang dibuat layaknya kaum tertindas?

Saat adil dianggap sama rata, saat bukan bagian dari suatu ummat tidak ikut merayakan dianggap tak toleran, ini sungguh sungguh bablas… Ini sungguh sungguh tak cerdas

Ulama-ulama kami jelas memiliki kapasitas yang paham betul suatu batas

Mereka tahu betul sesama manusia harus saling menghormati meskipun berbeda kelas

Karena tak ada paksaan dalam agama islam kepada umat yang lain, lakum diinukum wa liya diin, itu sudah jelas

Ada apa ini? Untuk apa ini? Tanpa muslim bersih bersih gereja pun sejak dulu sudah selaras

Menaikan pamoritas tak perlu menggadaikan aqidah islam hingga terlepas

Meninggikan popularitas tak perlu mengorbankan identitas mayoritas

Ini toleransi bablas, yang apabila dibiasakan akan membekas bagi generasi terlintas

Jangan rusak akidah kami, perlukah kami memelas?

Lindungi akidah kami, perlukah kami perjelas?

Karena kami merindukan syurga sebagai

Kami takut pertanggungan jawaban akidah kami dihadapan Alloh ditolak karena toleransi bablas

Kami takut kami ditolak syurga karena cara berfikir bebas dipaksa meretas

Oh, ini toleransi bablas di negeri berdinding kertas

Semua ini ada karena hukum Alloh selalu diperas hingga aturan dan kebutuhan saling berlepas

Dengan semua ini kawan, cukuplah islam, syariah, dan khilafah menjadi metode yang pas

Menerapkan jalan hidup yang saling selaras

Menapaki jalan kemuliaan yang berkualitas

Berdampingan dengan perbedaan tanpa toleransi bablas

By Irah Wati Mur

Sumber; Islampos

Related Posts: