OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label REUNI 212. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label REUNI 212. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 Desember 2018

Ditanya Karni Ilyas Kenapa Tak Hadiri Reuni 212, Begini Jawaban Ustad Abdul Somad

Ditanya Karni Ilyas Kenapa Tak Hadiri Reuni 212, Begini Jawaban Ustad Abdul Somad 

Referensi pihak ketiga
10Berita, Pada tanggal 2 Desember 2018 lalu, jutaan umat Islam dari berbagai pelosok di Indonesia menghadiri acara reuni 212 di sekitaran Monunen Nasional atau Monas.
Dalam acara itu hadir banyak tokoh dari berbagai kalangan. Mulai dari tokoh politik, tokoh agama atau ustad, masyarakat biasa, hingga para selebriti.
Referensi pihak ketiga
Namun dalam acara tersebut, Ustad Abdul Somad yang tengah naik daun justru tidak hadir. Lalu apa alasan sang ustad kenapa dirinya tidak hadir di Jakarta pada tanggal 2 Desember lalu?
Ketika diwawancara secara eksklusif oleh Karni Ilyas di kantor Tv One, Ustad Abdul Somad pun mengungkapkan alasan ketidakhadirannya di reuni 212.
Referensi pihak ketiga
Menurut ustad kelahiran 18 Mei 1977 itu, dirinya tak menghadiri reuni 212 karena ada agenda pengajian yang sudah ia teken jauh-jauh hari. Dirinya mengungkapkan, setiap kali membuat jadwal pengajian, kerap kali tidak memperhatikan tanggal tersebut bertepatan dengan momen apa.
Referensi pihak ketiga
Dalam kesempatan berbincang dengan Karni Ilyas itu, Ustad Abdul Somad juga bercerita tentang kenapa dirinya tidak terjun ke politik. Menurut sang ustad ia bercita-cita menjadi dai sejak masih kecil. Dan hal itu akan terus ia lakukan selama hidupnya.
Referensi:
makassar.tribunnews.com/amp/2018/12/07/ini-ungkapan-rasa-syukur-bos-tvone-saat-dikunjungi-ustadz-abdul-somad-uas-ini-foto-fotonya

Rabu, 05 Desember 2018

Dedi ‘Miing’ Gumelar Bungkam Boni Hargens Soal Martabat Reuni 212

Dedi ‘Miing’ Gumelar Bungkam Boni Hargens Soal Martabat Reuni 212







10Berita, Di panggung ILC, Boni Hargens menyebut Reuni 212 mempolitisasi simbol-simbol identitas kelompok. Politik yang ideal, menurutnya adalah politik martabat.

“Politisasi identitas ini ada kesan pemaksaan untuk mempolitisasi simbol-simbol identitas-identitas kelompok dan itu yang terjadi di level melihat tadi pada Reuni 212,” kata Boni Hargens.

Miing yang juga menjadi MC Reuni 212 mengatakan tidak mengerti ketika Boni mengatakan mencari martabat. Menurut Miing, Reuni 212 itu cukup bermartabat.

“Saya menyaksikan peristiwa peradaban manusia. Salah satu indikator sederhanaya, Gubernur DKI mengatakan, tahun baru, tamu yang datang ke Monas tidak sebanyak 212. Tapi sampahnya jauh lebih banyak. Itu saja dalam konteks budaya sudah kelihatan indikatornya bahwa masyarakat yang datang ke 212 sangat berbudaya, sangat bermartabat,” kata Miing disambut tepuk tangan.dua, lanjut Miing, saat ada orang yang menginjak rumput diingatkan. 

Ketiga, semua peserta Reuni 212 ingin berbuat baik dan menyumbangkan apa yang ia punya.

“Sampai ada anak muda, tertulis di belakangnya, ‘saya tidak bisa membantu apa-apa kecuali menerima sampah,” ujarnya. 

Miing juga melihat ibu dan dua anaknya tidur dengan HP tergeletak di sampingnya. Ibu itu tampak tenang tanpa khawatir akan terjadi kehilangan.

Ia juga menyaksikan laskar berpakaian putih-putih yang ramah, tersenyum dan menawarkan bantuan kepada peserta yang lelah menggendong anaknya.

“Inilah peradaban. Inilah martabat,” tandasnya. [Ibnu K/Tarbiyah]


Sumber : Tarbiyah 

Senin, 03 Desember 2018

TERCYDUK! Nyamar Pakai Jilbab, Jokower Beragama Nasrani NYUSUP di Reuni 212

TERCYDUK! Nyamar Pakai Jilbab, Jokower Beragama Nasrani NYUSUP di Reuni 212



10Berita  Acara Reuni 212 yang digelari di Monas, Jakarta Pusat, Ahad, 2 Desember 2018 lalu ternyata tidak lepas dari kegiatan penyusupan.

Kali ini penyusupan dilakukan oleh perempuan bernama Sisca Rumondor. Diketahui, Sisca adalah seorang pendukung Jokowi dan Ahok. Bukan hanya itu, Sisca yang beragama nasrani juga tak segan mengenakan jilbab hanya demi penyamarannya kali ini.

Berikut videonya.

Menanggapi hal ini, warganet pun berkomentar. 

Sumber : PORTAL ISLAM  

Foto dari Udara: Massa Reuni 212 Penuhi Kawasan Monas hingga Sarinah

Foto dari Udara: Massa Reuni 212 Penuhi Kawasan Monas hingga Sarinah

Sejak pukul 03.00 WIB massa reuni 212 terus berdatangan hingga penuhi kawasan Monas sampai Sarinah
Massa Reuni 212, Monumen Nasional, Jakarta Pusat
Massa reuni 212 hingga pukul 09.30 WIB semakin memenuhi lingkungan Monumen Nasional, Jakarta. Pantauan kumparan kepadatan massa bahkan sampai kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta, Minggu (02/12).
Kegiatan massa reuini 212 yang berlangsung sejak pukul 03.00 WIB dan melaksanakan shalat Tahajud hingga saat ini massa terus berdatangan dari pelbagai daerah di Indonesia.
Massa reuni 212 yang menggunakan baju berwarna putih dan membawa sejumlah atribut bendera dan ikat kepala berlafazkan tauhid sangat antusias mendengar orasi sejumlah tokoh agama dan politik yang hadir di acara tersebut.
Pantauan udara dari helikopter milik polri terus lalu lalang di langit Monas untuk memantau kegiatan reuni 212.
Massa Reuni 212, Monumen Nasional, Jakarta Pusat
Massa Reuni 212, Monumen Nasional, Jakarta Pusat

Massa Reuni 212, Monumen Nasional, Jakarta Pusat
Peserta Reuni 212, Patung Kuda, Medan Merdeka Barat
Massa Reuni 212, Monumen Nasional, Jakarta Pusat
Reuni 212, Jalan Medan Barat, Jakarta Pusat
Helikopter milik Polisi, pengamanan aksi Reuni 212, kawasan Monas, Jakarta Pusat
Peserta Reuni 212, JPO Bank Indonesia, Jakarta
Gambar dari udara suasana Reuni 212, kawasan Monas
Gambar dari udara suasana Reuni 212, kawasan Monas
Gambar dari udara suasana Reuni 212, kawasan Monas
Gambar dari udara suasana Reuni 212, kawasan Monas

Sumber : kumparan.com 

True Story Penyedia LIVE STREAMING REUNI 212 yang Bikin MERINDING: Allah Maha Penolong

True Story Penyedia LIVE STREAMING REUNI 212 yang Bikin MERINDING: Allah Maha Penolong



True Story Penyedia LIVE STREAMING REUNI 212 yang Bikin MERINDING: Allah Maha Penolong

Saya hampir menyerah. Kali ini tidak mungkin sanggup mengerjakan siaran langsung dari Monas. Saat reuni alumni 212. "Tidak ada bandwidth," jelas saya, kepada panitia, dua pekan lalu.

Beberapa penyedia jaringan internet yang saya kenal sudah saya kontak. Tidak ada yang melayani klien di seputar Monas. Vendor² siaran langsung saya hubungi. Siapa tahu bisa membantu. Semua angkat tangan. Tidak punya bandwidth.

Memang ada alternatif lain. Siaran dipancarkan dengan jalur satelit. Tapi biayanya kelewat mahal. Proses pemesanannya pun lama. Live streaming melalui jaringan internet tetap paling ekonomis. Masalahnya, jalur kabelnya tidak ada.

Tiga tahun lalu, saya memasang hub di roof top sebuah gedung di Jalan Medan Merdeka Barat. Tapi tahun lalu sudah saya copot. Langganan berhenti.

Belajar dari pengalaman, dalam kerumunan massa yang besar, bandwidth selalu menjadi persoalan. Apalagi bandwidth dari operator telepon selular. Sudah pasti dut. Kapasitas dari BTS yang melayani kawasan itu sudah pasti habis. "Panitia menyediakan 5 mobil penguat sinyal. Apa belum cukup?" tanya panitia.

Saya hanya bisa menjawab dengan gelengan kepala. "Tidak menolong. Yang bermasalah bukan tidak ada sinyal. Tapi tidak ada bandwidth. Sinyal dan bandwidth dua hal yang berbeda," jelas saya.

Rabu petang, dua teman saya datang: Iwan, penyedia server disway dan Gepeng, developer aplikasi Disway. Setelah mendiskusikan beberapa proyek yang sedang berjalan, kami menuju rumah teman, di Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.

Di Cikini, diskusi melebar ke acara reuni alumni 212. "Pak Joko bikin siaran seperti tahun lalu?" tanya tuan rumah.

Saya kembali menggelengkan kepala. "Tidak ada bandwidth kabel. Tidak mungkin bisa siaran," jawab saya.

"Dulu kok bisa?" tanyanya.

"Dulu siaran langsungnya dari studio. Video dari lapangan disiarkan tunda sebagai insert," jawab saya.

"Lha ini ada Pak Iwan juragan bandwidth…," sahutnya.

Masya Allah !! Saya baru ingat kalau Iwan punya perusahaan internet service provider. Padahal setiap hari saya berkomunikasi di grup whatsapp dengan Iwan, sejak Iwan menyediakan server untuk website disway.

"Saya tidak punya klien di seputar Monas," jawab Iwan.

Jarum jam hampir menunjukkan pukul 23:00. Iwan sudah mau pamit pulang untuk mengejar jadwal commuterline jurusan Bogor. Tiba-tiba, ada kawan yang mengirim pesan pendek. "Saya bisa menyediakan bandwidthnya."

Mata saya yang sudah mulai berat, mendadak terang kembali. Meski belum jelas bagaimana skema penyaluran bandwidth-nya, saya tulis saja crew call. Memanggil semua crew Jagaters untuk hadir di kantor hari Jumat pukul 16:00. "Kita akan live dari lokasi reuni 212."

Jumat sore, sesuai jadwal, kami membahas skenario teknikalnya. Termasuk skenario live bila harus menggunakan kamera dari drone.

Selesai salat isya, saya berangkat ke Monas. Saya janji bertemu teknisi yang menyiapkan jaringan bandwidth itu di panggung utama. "Hub kami ada di Pecenongan," jelas teknisi itu.

Wow! Jauh juga. Pecenongan ada di belakang Istana Merdeka. Sedangkan panggung ada di depan Istana Merdeka. Bagaimana cara menghubungkannya? "Kami bikin jalur memutar ke arah Masjid Istiqlal, lanjut ke Jalan Pejambon, baru ke Monas," jelasnya.

Luar biasa. Jalur itu cukup panjang. Kalau diukur mungkin 5 atau 6 Km. Dalam kondisi normal, tidak akan ada yang mau menarik kabel sepanjang itu. Karena waktu tiga hari terlalu pendek. Logikanya perlu seminggu. "Sabtu siang bandwidth sudah siap. Silakan dites untuk live streaming jam berapa saja," kata teknisi itu, sesaat sebelum saya meninggalkan Taman Monas.

Sambil berjalan kaki menuju parkiran sepeda motor, saya kirim pesan pendek kepada teman yang menyediakan bandwidth itu.

"Berapa biaya untuk semua layanan ini?"

"Gratis..." jawabnya pendek.

Masya Allah. Saya tahu betul. Biaya memasang kabel dan menyediakan dedicated bandwidth 10 Mbps internasional tidak murah. Hitungan saya, paling murah Rp 30 juta.

Kejutan rupanya belum selesai. Staf saya mengirim laporan bahwa biaya pembelian seragam baju koko berikut pecinya mendapat diskon 50 persen.

Pedagang baju di Pasar Tebet itu semula bertanya, mengapa staf saya membeli baju koko dengan motif yang sama dengan berbagai ukuran dalam jumlah banyak. "Mau siaran di stasiun televisi apa?" tanya pedagang tersebut.

Setelah tahu baju itu untuk seragam crew siaran langsung reuni alumni 212, harga yang sudah melalui proses tawar-menawar itu dipangkas lagi menjadi separonya. Bahannya pun diganti dengan kualitas yang paling bagus. Dengan harga yang tidak berubah.

Subhanalloh. Allah selalu punya cara menggerakkan hati hamba-hambanya untuk tolong-menolong dalam kebaikan.😭😭😭 (jto)

Penulis adalah penyedia jasa live streaming di Jakarta.

Link streaming: http://portalislam123.blogspot.co.id/search?q=

*Foto: Salah satu crew live streaming Reuni 212 di Monas, 2 Desember 2018


Luar Biasa, Kawasan Monas Telah Langsung Bersih dari Sampah

Luar Biasa, Kawasan Monas Telah Langsung Bersih dari Sampah

10Berita, KAWASAN Monumen Nasional telah tampak kembali bersih. Tak banyak sampah yang terlihat meski sebelumnya jutaan umat muslim memenuhi kawasan tersebut.

Padahal sebelumnya, jutaan umat muslim berada di kawasan tersebut untuk mengikutu reuni 212.

Sejumlah netizen pun menggunggah foto-foto tentang kebersiahn kawasan tersebut.
Sementara itu, di sekitar Tanah Abang Jakarta Pusat terlihat masih ramai dengan ratusan peserta reuni 212 yang akan pulang ke rumah masing-masing.

Antara menulis, di kawasan Tanah Abang, Minggu (2/12/2018) siang, kebanyakan peserta yang berasal dari luar Jakarta masih memadati area sekitar Stasiun Tanah Abang.

Meski terjadi kepadatan calon penumpang di luar stasiun. Situasi di dalam stasiun dan peron tidak terlalu padat.

Sementara itu tidak jauh dari Tanah Abang yaitu Kota Bambu juga terdapat sejumlah peserta Reuni 212 yang berjalan kaki untuk kembali ke rumah mereka.

"Ini sama tetangga, kelompok pengajian. Memang sengaja tidak bawa kendaraan, kan rumah kami dekat ke Monas jadi ya jalan kaki saja," tutur salah seorang peserta Anca yang bertempat tinggal di Kota Bambu Jakarta Pusat.

Anca menceritakan bahwa ia beserta sekitar 30 temannya berangkat dari Kota Bambu ke Monas yang hanya berjarak 1,5 kilometer itu usai melaksanakan salat subuh.

Rangkaian kegiatan Reuni 212 diisi dengan salat tahajud, shalat subuh berjamaah, dan dilanjutkan dengan kegiatan lain hingga sekitar pukul 13.00 WIB.

Dalam kegiatan tersebut, turut hadir sejumlah tokoh seperti Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua MPR Zulkifli Hasan, hingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sumber : Galamedianews.com
 

TESTIMONI Peserta Reuni 212 non Muslim: Saya Nggak Dirasisin, Malah Jalan Bareng

TESTIMONI Peserta Reuni 212 non Muslim: Saya Nggak Dirasisin, Malah Jalan Bareng


10Berita  Acara Reuni 212 yang berlangsung di Monas, Ahad, 2 Desember 2018 sudah usai. Namun beberapa momen rupanya masih membekas, Hanya ada kedamaian.

Dan hal itu juga yang dirasakan oleh salah satu peserta reuni 212, Arlex Wu.

Pria keturunan Tionghoa ini membagikan momen reuni 212 melalui twitternua @arlex_wu. Dia bahkan sempat berfoto bersama dengan beberapa orang yang membawa bendera Tauhid.

Berikut cuitan Arlex.


Sumber : PORTAL ISLAM  

Minggu, 02 Desember 2018

[Catatan Reuni 212 Tahun 2018] GELOMBANG YANG BERGULUNG MENUJU MASA DEPAN

[Catatan Reuni 212 Tahun 2018] GELOMBANG YANG BERGULUNG MENUJU MASA DEPAN


[Catatan Reuni 212 Tahun 2018]
Gelombang Yang Bergulung Menuju Masa Depan

Oleh: Bambang Prayitno

Akhirnya, hari yang ditunggu itupun tiba. Dua Desember Dua Ribu Delapan Belas. Reuni tahun kedua 212.

Saya datang ke lokasi acara 212 sejak pukul 03 dinihari. Ini adalah reuni tahun kedua. Banyak yang bilang reuni 212 tahun ini akan mengecil. Umat tidak lagi antusias, katanya. Beberapa grup WA memang nampaknya sepi menyambut acara reuni. Tapi bagi saya, tidak ada yang berbeda. Ini perasaan yang sama. Perasaan rindu yang sama sejak tahun kemarin reuni diselenggarakan.

Rindu pada syahdunya doa-doa, tangis dan harap sejuta saudara. Rindu pada basah hujan di Jumat yang penuh berkah dua tahun yang lewat. Rindu pada selaksa tawa yang merekah dari saudara sebangsa. Rindu pada pekik takbir dan teriakan merdeka yang terbang ke angkasa. Rindu pada usapan di bahu kita dari saudara yang berasal dari entah tapi usapannya menenangkan hari-hari kita.

Sejak dua hari ini saya sudah persiapkan diri. Mulai dari perlengkapan pribadi, hingga persiapan fisik.

Maka, sampailah saya di hari ini. Menjelang subuh tiba, saya sudah meluncur ke monumen sejarah yang dekat dengan Istana itu.

Sesampai di perempatan Sarinah, saya sudah merasakan bahwa lokasi Monas akan penuh. Perkiraan banyak orang yang mengatakan bahwa peserta Reuni 212 akan mengecil ternyata salah. Ketidakhadiran beberapa tokoh ummat pada acara tahun ini ternyata tidak banyak memberi pengaruh. Saya semakin meyakini bahwa ini adalah gelombang ummat. Ada gejolak di jiwa ummat yang harus kita raba dan eja.

Sesampai di Patung Kuda, saya merasakan bahwa Monas akan penuh. Dan perkiraan saya terbukti. Monas membludak luar biasa. Jamaah yang datang lebih dari yang disangka. Sejak tadi malam, para peserta 212 di Monas sudah susah bergerak. Pada tahun 2016, saya masih bisa mendapatkan tempat di Patung Kuda, itupun datang sekitar pukul delapan pagi. Pada tahun 2017, saya masih mendapatkan shaf di depan panggung. Tahun ini, saya terdesak tak jauh dari pintu masuk. Luar biasa.

Inilah gelombang ummat itu. Dan saya merinding melihat semangat ummat yang semakin membesar.

Gelombang Yang Bergulung Menuju Masa Depan

Pada reuni 212 tahun 2018 ini, saya mendapati juga pemandangan menarik. Yakni; betapa banyak sekali peserta Reuni 212 yang memakai aksesoris berlafadz kalimat tauhid "Laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah". Kalimat yang sempat menjadi momok, terutama oleh segelentir orang di lingkaran kekuasaan, dan menjadi penanda bagi radikalisme dan terorisme.

Salah satu ormas Islam yang menjadi korban dari stigmatisasi yang salah tentang kalimat tauhid ini adalah Hizbut Tahrir. Ormas ini dilarang secara resmi dengan maksud agar kalimat tauhid yang kebetulan menjadi lambang ormas bisa diredam penyebarannya.

Tapi dasar ummat Islam. Semakin ditekan, semakin menggeliat ia. Bukannya kalimat tauhid ini dijauhi. Tapi justru kalimat tauhid ini menjadi semacam kebanggaan tersendiri sekarang. Jadi aksesoris topi, baju, ikat kepala, bendera, dan sebagainya. Sebagian ada yang memakainya dengan asyik, ada yang berfoto dengan bangga. Bahkan tak jarang bendera itu disimpan dan dibawa pulang.

Rupanya, ummat Islam ini sedang mengalami satu suasana kebatinan yang sama. Betapa mereka seperti disisihkan, dilecehkan, dihina, distigmatisasi sebagai biang dari seluruh kekacauan negeri ini. Dan ummat melawannya dengan santai dan riang gembira. Dengan olok-olok yang tidak pernah dibayangkan oleh segelintir orang di lingkaran kekuasaan itu. Ummat berkonsolidasi. Unsur pemersatu ummat yang dulunya hanya Al-Maidah (51), kini meluas. Kalimat Tauhid kini jadi unsur pemersatu. Dan ini luar biasa. Dahsyat.

Tapi ada yang perlu kita pikirkan. Agar gelombang ummat ini berjalan terus menuju masa depan. Tidak hanya sekedar kegetiran dan kegeraman pada situasi hari ini. Tapi juga harus menjadi semacam alat picu bagi perubahan di masa depan. Awalnya adalah konsolidasi dan vergadering. Ujungnya adalah perubahan.

Dalam sejarah pergerakan, mungkin hanya massa Sarekat Islam (SI) era Tjoktoaminoto yang mampu menandingi konsolidasi vergadering ummat saat ini. Saat itu, memang masa-masa kebangkitan Indonesia. Rakyat Indonesia menemukan narasi pembebasan bangsa ada di Sarekat Islam. Dan Tjokro mampu menjurubicarai kehendak hati rakyat.

Ada hal yang menarik. Dalam sejarahnya, seperti banyak tertulis dalam catatan sejarah dan juga dalam filmnya, Tjokro selalu mengulang-ulang dua kata; 'hijrah' dan 'iqra'. Dua kalimat itu ia sisipkan dalam beberapa kali pidato dan banyak sekali percakapan dengan kawan-kawan seperjuangannya.

Bagi Tjokro, Hijrah adalah berpindahnya situasi rakyat kita dari kebodohan menjadi kesadaran nasional. Dari tercerai-berai menjadi terkonsolidasi dan bersatu. Dari diam ditindas menjadi bergerak melawan. Dari minder menjadi percaya diri. Dari bangsa terjajah menjadi bangsa yang melawan penjajahan dan menghendaki kemerdekaan.

Hijrah menuju situasi ideal yang diharapkan Tjokro tidaklah mudah. Ia slalu saja bertanya kepada kawannya; "sudah sampai dimana hijrah kita". Pertanyaan filosofis ala Tjokro untuk mengevaluasi sudah sejauh mana gerakan rakyat yang ia bangun saat itu.

Sementara iqra yang dimaksud Tjokro adalah kesadaran intelektual ummat atau rakyat membaca gejala zaman. Kesadaran untuk bangkit merubah masa depan sejarah. Menyempurnakan dalam ikhtiar perlawanan.  Iqra berarti sadar akan kelemahan diri. Menyadari kelemahan bangsa ini. Menyadari kelemahan ummat ini. Dan berusaha memperbaikinya.

Hijrah dan Iqra ini akan bermuara pada satu kondisi. Ia yang bernama; gerakan. Karena kita ingin berubah maka kita bergerak. Karena kita bergerak maka terciptalah gelombang. Dan karena gelombang ummat inilah maka Indonesia akan menemui takdir sejarahnya yang gemilang.

Hari ini, seluruh perasaan ummat tentang bangsa ini harus diarahkan. Tidak sekedar berhenti pada gelisah. Tapi juga dalam bentuk gerakan. Kalau kita mau memenangkan kontestasi dalam politik kebangsaan, maka kita harus mengingat kembali pesan penggerak ummat islam Indonesia yang terbaik di zamannya. Ummat harus punya "setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat".

Dengan begitu, gelombang ini akan memenangkan ummat dan bangsa ini pada akhirnya.

Ahad, 2 Desember 2018

Sumber: fb penulis, PI

Lho? Massa Reuni 212 Kok Berucap: Terima Kasih Banser!

Lho? Massa Reuni 212 Kok Berucap: Terima Kasih Banser!


10Berita    “Tidak sedikit peserta heran. Kok bisa jumlah peserta Reuni Alumni 212 melebihi aksi bela Islam 212 tahun lalu? Siapa yang menggerakkan orang sebanyak itu? Siapa mampu membayar jutaan manusia untuk bergerak ke tempat yang sama, Monas?” Berikut Catatan Muhtazuddin, wartawan duta.co dari Jakarta.

SULIT rasanya mendeskripsikan massa yang datang di Reuni Alumni 212, Minggu (2/12/2018) di Monumen Nasional, Jakarta. Apalagi menghitung jumlahnya. Kalau sekedar menyebut lebih banyak dari Aksi 212 tahun 2016, bisa. Karena radius massa bisa diukur. Reuni kali ini, radius massanya lebih jauh ketimbang aksi dua tahun lalu.

Ketika Monas penuh sesak, ternyata, di Tanah Abang, sekitar 4,4 km dari Monas, lautan massa sudah sulit bergerak. Mirip jamaah haji sedang lempar jumroh. Wajah-wajah umat Islam itu terlihat ceria, semangat, seakan memburu status mabrur. Lalu berapa jumlah massa Reuni Alumni 212? Wallahu’alam, Gusti Allah yang Maha Tahu.

Dari sini, prediksi (massa) versi polisi, meleset jauh. Prediksi Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono, peserta reuni hanya puluhan ribu orang, jauh dari nalar. Apalagi disebut massa tidak sampai membludak keluar kawasan Monas. Karena, faktanya, mereka meluber sampai Tanah Abang.

Sudah. Konsentrasi (massa) saya, pecah, karena mendengar lantunan sholawat Nabi di berbagai sudut. Hampir setiap sudut suasananya NU, Islam ahlussunnah waljamaah an-nahdliyah. Tidak hanya di jalan, di stasiun kereta api pun lantunan sholawat Nabi tiada henti. Padahal, tidak ada yang mengomando.

Adalah benar, apa yang ditulis Hersubeno Arief, pengamat dan konsultan media, bahwa, peserta Reuni Alumni 212 itu, larut dalam bulan Maulid, bulan kelahiran Muhammad SAW. Subhanallah!

Lebih ‘NU’ lagi, ketika salat subuh berjamaah di Reuni 212 Monas. Pada rakaat kedua, sang imam, KH Nasir Zein, pengasuh Pondok Pesantresn Rafah, Bogor, Jawa Barat mengangkat tangan. Membaca doa qunut subuh. Suaranya merdu, sejumlah jamaah terisak-isak.


Tidak sedikit peserta merasa heran. Kok bisa jumlah peserta Reuni Alumni 212 melebihi aksi bela Islam 212 tahun lalu? Siapa yang menggerakkan orang sebanyak itu? Siapa mampu membayar jutaan manusia untuk bergerak ke tempat yang sama, Monas?

“Menurut saya ini skenario Allah swt, tidak ada yang mampu melakukan itu,” begitu Dr H Eggi Sudjana, SH, MSi, saat ditemui sejumlah peserta reuni di kantornya, Jalan Tanah Abang-3 Blox C-D, Jakarta Pusat.

Tetapi, Bang Eggi buru-buru membaca kalimat tauhid, Laa ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Ini yang menyatukan. Ini yang menggerakkan. Ini yang membuat umat Islam bangkit.

“Terima kasih Banser! Banser NU juga ikut memperbanyak peserta aksi,” katanya. Lho?

Bukan hanya Bang Eggi yang berterima kasih kepada Banser. Peserta lain juga menyebut Banser punya andil, ‘berjasa’ mendorong umat Islam mendatangi Reuni Alumni 212. Meski ada pihak luar yang sempat ancam agar tidak membawa bendera Tauhid, mereka tetap menenteng Bendera Tauhid. Katanya, ini harga mati.

“Terima kasih Banser! Saya bawah bendera Tauhid ini sebagai bentuk perlawanan terhadap pembakaran Bendera Tauhid yang dilakukan Banser,” demikian peserta dari Jawa Barat mengingatkan peristiwa pembakaran bendera Tauhid di Garut beberapa waktu lalu.

(Kiri: Muhtazuddin, wartawan duta.co bersama massa peserta reuni alumni 212 daerah Tanang Abang, Jakarta)

Sumber: Duta

Sempat Dibombardir Hoax, Sepi Pemberitaan Media, Peserta Reuni 212 Lampaui 7 Juta Peserta

Sempat Dibombardir Hoax, Sepi Pemberitaan Media, Peserta Reuni 212 Lampaui 7 Juta Peserta


Referensi pihak ketiga
Referensi pihak ketiga
Referensi pihak ketiga
10Berita, Meskipun banyak diganggu bermacam isu hoax seperti penjagaan aparat yang terlalu represif laiknya perang, larangan masuk monas tanpa KTP, Nusron Wahid yang siap diludahi jika peserta lebih dari seribu dan sebagainya, reuni damai alumni 212 benar-benar sukses digelar hari ini (2/11).
Terbukti, walaupun sepi dari pemberitaan media-media mainstream, diinformasikan oleh panitia jumlah peserta yang hadir berhasil menembus 1 juta orang.
Bahkan dikutip suara dotcom (2/11), panitia penyelenggara reuni aksi 212, Bernard Abdul Jabbar, mengklaim jumlah peserta reuni itu mencapai 7,5 orang.
Dipaparkan idntimes dotcom (2/11), acara reuni akbar ini diawali dengan sholat Tahajud bersama pada pukul 03.00 WIB, dilanjutkan dengan sholat Subuh berjamaah, dzikir dan istighotsah.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan tiba di Monas pada pukul 07.32 WIB, tak beberapa lama Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto juga turut hadir dalam reuni akbar 212, Minggu (2/12). 
Setelah Anies naik ke atas panggung, MC pun menyambut dan mempersilakan Prabowo naik ke atas panggung. Saat Prabowo tiba di atas panggung, para peserta langsung meneriakkan namanya.
"Prabowo..Prabowo..Prabowo..," teriak para peserta menyambut kedatangan Prabowo.
Menghindari hal yang tak diinginkan, MC pun selalu mengingatkan bahwa kehadiran para tokoh, khususnya Prabowo bukanlah ajang politik, melainkan persatuan.
"Ini ajang persatuan tokoh. Jangan provokatif kami jadi ajang politik," kata sang MC.
Suasana kawasan Monas hari ini, benar-benar meriah dan mengharukan. Namun bertolak belakang dengan keramaian di lapangan, tidak demikian berita yang tayang di media-media utama. Sepertinya untuk menjaga perpecahan atau hal-hal yang menurut mereka berbahaya, media-media mainstream seperti menjaga diri untuk tidak mengeksposenya secara istimewa.  
Sumber : UC News 

Reuni 212 Berakhir, Peserta Aksi Bersihkan Sampah di Monas


Reuni 212 Berakhir, Peserta Aksi Bersihkan Sampah di Monas

Peserta aksi yang tergabung dalam Relawan Amanah Takaful memunguti sampah di lokasi Reuni 212.


Reuni 212, Monumen Nasional

10Berita, Usai mengikuti aksi reuni 212, sejumlah peserta mulai meninggalkan kawasan Monas, Jakarta Pusat, yang merupakan tempat penyelenggaraan aksi tersebut. Namun, tak hanya langsung pulang, beberapa kelompok peserta ramai-ramai membersihkan sampah.
Di antaranya oleh relawan Amanah Takaful ikut membersihkan sampah-sampah yang berada di kawasan Monas. Relawan Amanah Tafakul terlihat sigap memasukkan sampah yang kebanyakan merupakan botol plastik ke kantong sampah yang sudah mereka bawa.


Reuni 212, Monumen Nasional

"Kita di sini terdiri dari relawan kebersihan, ada juga kesehatan," kata Ahmad kepada kumparan, Minggu (2/12).
Ahmad menjelaskan, mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat Monas menjadi kembali bersih. "Pokoknya di sekitaran Monas ini, kami harus tanggung jawab supaya bersih kembali," jelasnya.
"Semuanya kita bersihkan termasuk juga puntung-puntung rokok yang kecil itu kita pungut semua, " imbuhnya.
Ahmad menegaskan bahwa kelompok relawannya juga tak hanya fokus pada bidang kebersihan dan kesehatan saja. Melainkan, ada beberapa relawan yang juga mengumpulkan donasi bagi korban gempa bumi di Palu, Sulawesi Tengah, di aksi reuni 212 itu.
"Ini ada teman-teman juga yang tugasnya mengumpulkan donasi untuk teman-teman di Palu yang terkena musibah. Tadi dikumpulkan saat aksi tadi, " tandasnya.


Yudi dan Zoni, 2 pemuda, punguti sampah usai aksi Reuni 212

Selain Relawan Amanah Tafakul, ada pula dua peserta aksi yang datang dari Solok Sumatera Barat. Yudi Arista (27) dan Zoni (28), tampak memunguti sampah-sampah yang ada si Monas.
Sampah-sampah berupa botol minuman, kardus, dan kotak-kotak bekas makanan itu dikumpulkan ke dalam plastik-plastik hitam yang telah disediakan panitia aksi. Kantong-kantong sampah tersebut kemudian dikumpulkan di beberapa tempat tertentu untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan sampah.
"Kami baru datang dari Solok kemarin, Sabtu (1/12)," kata Zoni.


Reuni 212, Monumen Nasional

Pemuda yang berprofesi sebagai driver online di Padang itu mengatakan keduanya berangkat menggunakan pesawat terbang dan menginap di rumah kerabatnya di kawasan Cakung, Jakarta Timur.
Sementara itu, Yudi menambahkan, keduanya ingin menjadi saksi sejarah dari rangkaian aksi yang telah berlangsung sejak tahun 2016 itu.


Reuni 212, Monumen Nasional

"Ya, kami ingin menjadi saksi sejarah di mana umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia datang untuk membela agama," ujar Yudi.
"Awalnya, kami tiba di tempat ini dalam keadaan lokasi yang bersih. Jadi, kami ingin meninggalkan lokasi ini dengan keadaan yang bersih juga," tambah Yudi.


massa Reuni 212 di sekitar Patung Kuda, Jakarta Pusat, Minggu (2/12/2018).

Usai memunguti sampah yang bertebaran, mereka kemudian bersiap-siap untuk kembali ke Cakung. Mereka berharap, agar seluruh masyarakat Indonesia teguh memegang persatuan dan kesatuan.
"Ya semoga rakyat Indonesia, terutama umat Islam tetap bersatu dan teguh. Serta tidak terpecah belah oleh isu politik," tutup Zoni.
Diketahui, aksi reuni 212 selain menghadirkan para peserta yang berasal dari berbagai daerah. Sejumlah tokoh juga hadir seperti Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Wakil Ketua DPR Fadli Zon dan Fahri Hamzah, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid hingga sejumlah elite parpol lainnya.

Sumber : kumparan.com

Sumber :