OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label SAVE ULAMA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SAVE ULAMA. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Februari 2018

Soal Penyerangan terhadap Ulama, CIIA: Tokoh Umat Islam Segera Bentuk TPF Independen

Soal Penyerangan terhadap Ulama, CIIA: Tokoh Umat Islam Segera Bentuk TPF Independen


10Berita, BANDUNG  - Dalam dua pekan sejak akhir Januari yang lalu, penganiayaan terhadap ulama terus terjadi, khususnya di Jawa Barat. Bahkan pada Kamis pekan lalu Ulama dari Persis sampai tewas saat akan melaksanakan Shalat Subuh.

Menurut Dirrektur dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya mendukung agar tokoh umat Islam yang concern advokasi kasus penyerangan ulama di Jabar perlu membuat Tim Pencari Fakta (TPF) independen, diluar langkah yang sudah dilakukan aparat kepolisian.

Pasalnya, lanjut Harist, karena dua kali kejadian tapi dengan obyek korban dan pelaku yang "sama" maka menjadi tanda tanya besar. Dua ulama menjadi korban dan dua orang yang di duga gila menjadi pelaku. TPF ini diharapkan bisa memberikan masukan dan mampu menjawab tanda tanya publik atas peristiwa tersebut.

"Jika benar gila paska pembuktian medis maka apakah ada kemungkinan orang gila tersebut dikondisikan atau diagitasi oleh pihak tertentu untuk melakukan aksi kriminal penganiayaan dan pembunuhan?" tanyanya.

Menurutnya, jika murni pelakunya tunggal bukan produk provokasi dan agitasi dan dalam kondisi sakit jiwa maka tidak bisa harus bebas dari jeratan hukum. Oleh karena itu umat Islam perlu waspada setiap ada upaya provokasi dan agitasi terbuka maupun tertutup yang bisa melahirkan kondisi keamanan tidak kondusif. Karena tidak menutup kemungkinan kasus ini akan berulang lagi ditempat yang berbeda dengan obyek serta pelaku yang beda pula dengan alibi pelakunya adalah sakit jiwa alias gila.

"Saya pernah jumpai kasus seorang Ustad disatu kampung menjadi target penganiayaan dan tempat tinggalnya di bakar. Dan itu dilakukan oleh orang yang dikenal oleh publik setempat sebagai orang gila atau stress. Sang pelaku ini sebelum membakar itu bercerita kalau disuruh oleh sekelompok orang yang hasud terhadap ustad tersebut. Dan dikelompok tersebut ada mastermind-nya," ungkapnya.

Oleh karena itu, sambung Harits, dalam kasus Jabar maka pemain bisa saja beda tapi modus yang dipakai adalah sama. Jika peristiwa ini adalah produk "permainan" intelijen gelap maka motif dan targetnya adalah kepentingan politis. Tapi yang urgent sekarang bagi umat Islam adalah bersikap waspada dan proporsional mensikapi kondisi mengingat tahun 2018 adalah tahun-tahun gaduh politik. Sehingga  TPF independen perlu ungkap fakta dibalik persitiwa ini. [syahid/]

Sumber:voa-islam.com

Jumat, 02 Februari 2018

Penganiayaan Ulama, Orang Gila dan Lima Kebetulan yang Mencurigakan

Penganiayaan Ulama, Orang Gila dan Lima Kebetulan yang Mencurigakan

10Berita, Penganiayaan Ulama, Orang Gila dan Lima Kebetulan yang Mencurigakan Hanya dalam rentang lima hari, dua orang ulama jadi korban penganiayaan. Yang terakhir bahkan berujung kematian. Banyak kebetulan yang terjadi dan membuat publik curiga.

Pertama, peristiwa penganiayaan berjarak dekat, kurang dari sepekan. Diawali terhadap KH Umar Basri, di Mushola Al Mufathalah, Cicalengka, Jawa Barat. Wajah ulama berusia 60 tahun itu berdarah-darah akibat kejadian tersebut, Sabtu (27/1/2018).

Lalu menyusul Ustadz HR Prawoto. Komandan Brigade Persis Pusat itu tiba-tiba saja diserang dan dianiaya orang tak dikenal pada Kamis, (1/2/2018). Setelah sempat dirawat, dia akhirnya meninggal dunia.

Kedua, kedua kejadian tersebut berlangsung di waktu yang sama yakni saat subuh.

Ketiga, yang menjadi korban adalah ulama, sosok panutan umat. Tak ada yang meragukan keulamaan KH Umar Basri dan Ustadz Prawoto.

Keempat, lokasi kejadian berada di Jawa Barat. Diketahui, tak lama lagi provinsi terbesar di Indonesia itu akan menyelenggarakan Pilgub pada Juni 2018. Dan Tanah Pasundan dikenal sebagai wilayah santri dan religius.

Kelima, para pelaku kedua kejadian tersebut disebut sebagai orang gila.

“Sementara dapat disimpulkan bahwa tersangka A ini alami gangguan jiwa berdasarkan pemeriksaan awal dari dokter spesialis kejiwaan,” kata Kapolda Jabar Irjen Agung Budi Maryoto soal pelaku penganiayaan KH Umar Bisri sebagamana diberitakan Tribun Jabar.

Hal serupa juga diucapkannya terkait kasus Ustadz HR Prawoto.

“Pelaku tetangga depan rumah almarhum. Pasien RS Jiwa,” kata dia seperti ditulis Republika.

Dalam politik, sebuah kebetulan adalah barang mewah. Lalu, jika ada lima kebetulan, tak bisa kita melarang publik untuk curiga. Setidaknya itu terlihat dari cuitan Pendiri INSISTS, Adnin Armas.

@armas_adnin: 2 kejadian sama waktunya subuh. 2 kejadian sama peristiwanya berdekatan waktunya. 2 kejadian sama pelaku diindikasikan gila. 2 kejadian sama yg menjadi korban adalah tokoh umat. 2 kejadian sama di Jabar. Mengapa ada kemiripan? Apa kebetulan kemiripan tsb atau bukan kebetulan?

Sumber :Ngelmu.com 

Viral !, Orang 'Gila' di Jawa Barat Telahg Membunuh Dua Ulama Jelang Pilkada

Viral !, Orang 'Gila' di Jawa Barat Telahg Membunuh Dua Ulama Jelang Pilkada


10Berita, Dalam waktu berdekatan dua orang Ulama di Jawa Barat diserang “orang gila”.

Peristiwa pertama menimpa Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hiadayah Santiong K.H. Emon Umar Basri. Beliau dianiaya di dalam Masjid Al-Hidayah Santiong, Kampung Santiong, Desa Cicalengka Kulon, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Sabtu (27/1/2018).

Penganiayaan tersebut terjadi pada pukul 05.30, di Masjid Al-Hidayah, Pesantren Santiong. Saat itu, Ceng Emong sedang duduk wirid atau berzikir seusai melaksanakan salat Subuh berjamaah. Suasana di dalam masjid saat penganiayaan terjadi sedang sepi, karena seluruh santri telah kembali ke pondok masing-masing setelah salat Subuh.

Setelah peristiwa penganiayaan terhadap ulama KH Emon Umar Basri, kini kembali terjadi penganiyaan terhadap seorang Ustadz di Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kidul, Bandung, Jawa Barat.

Korban adalah Ustadz Prawoto, Komandan Brigade Persatuan Islam (Persis) Pusat. Peristiwa terjadi di kediaman Ustadz Prawoto di Blok Sawah, Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kidul, Bandung. Korban dianiaya di rumahnya pada Kamis subuh (1/2/2018). Dan meninggal dunia sore harinya di Rumah Sakit Santosa di daerah Kopo, Bandung.

Peristiwa ini terjadi di tengah situasi Pilgub Jawa Barat 2018. Dimana Jawa Barat sebagai provinsi terbesar penduduknya di Indonesia sangat mempengaruhi Pilpres 2019.

Peristiwa penganiayaan dan pembunuhan terhadap ulama ini juga terjadi di tengah kontroversi rencana penunjukan Plt Gubernur Jabar dari kalangan jenderal Polri aktif. Sesuatu yang menambah panas Pilkada.

Sudah 2 ulama dianiaya dalam waktu berdekatan. Dan pelakunya dua-duanya sama diberitakan gila. Pura-pura gila? Cuma kebetulan? Modus apa ini? Ada apa sebenarnya?

Bagaimana bisa orang gila menjadi terarah dan bernafsu menghilangkan nyawa pada orang-orang yang dimuliakan warga? Kegilaan seperti apa manusia demikian kalau tidak ada manusia pencuci pikirannya?

Apakah Gila sudah jadi modus? Agar terbebas dari jerat dan kasus tak diusut tuntas? Biar mentok?

“Dibanyak kasus Pidana, salah satu trik pelaku agar tak dihukum adalah pura-pura alami Gangguan Jiwa.. Sebab Pasal 44 KUHP membuat pelaku tindak pidana lepas dari jerat hukuman pidana,” kata pengacara muslim @dusrimulya melalui akun twitternya.

“So hati-hati..kawal terus “orang gila” itu..,” pesannya.

Dibanyak kasus Pidana, salah satu trik pelaku agar tak dihukum adalah Pura2 alami Gangguan Jiwa..

Sebab Pasal 44 KUHP membuat pelaku tindak pidana lepas dr jerat hukuman pidana..

So hati2..kawal terus “orang gila” itu..
— Angku Gadang (@dusrimulya) 1 Februari 2018
KALIAN sudah paham kan, kenapa Habib Rizieq Shihab akhirnya tidak pulang ke tanah air? pic.twitter.com/tpJcQW5rRR

— Mustofa Nahrawardaya (@NetizenTofa) 1 Februari 2018
Org gila kok bisa mikir cara mengniaya dan bunuh org . klu sengaja dikondisikan gila biar lolos dari jeratan hukum oleh yg bekewajiban menegakkan hukum ,baru gw percaya

— Negri Seterah (@RestyCayah) 1 Februari 2018

Sumber : Dakwah Media 

Jaringan dan Motif Penganiayaan Ulama Mesti Cepat Diungkap

Jaringan dan Motif Penganiayaan Ulama Mesti Cepat Diungkap

10Berita – Subuh pada Kamis (1/2/2018) jadi yang terakhir bagi Ustadz R Prawoto. Setelah tiba-tiba Ustadz R Prawoto diserang dan dianiaya orang tak dikenal, Komandan Brigade Persis Pusat itu meninggal dunia.

Terkait hal tersebut, Ketua Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) DPP PKS, Almuzzammil Yusuf, meminta aparat bergerak cepat untuk menguak jaringan pelaku penganiayaan para ustadz dan ulama di Jawa Barat.

Muzzammil mendesak aparat untuk segera mungkin mengungkap jaringan pelaku sehingga motif pelaku pengeroyokan para ulama di Jabar yang terjadi berturut dapat segera diketahui. Apakah benar pelaku memiliki gangguan kejiwaan atau memiliki motif lainnnya.

“Kita apresiasi penangkapan pelaku tetapi ungkap apa benar pelaku gila? Jangan sampai jadi modus di daerah lain. Pengeroyokan ustadz dan ulama di wilayah Jawa Barat sudah meresahkan masyarakat terutama para pemuka agama Islam,” ujar Muzzammil di Jakarta, Jumat (2/2/2018).

Muzzammil mengungkapkan bahwa jika aparat lamban dalam mengungkap tabir dari peristiwa pengeroyokan ulama ini, bukan tidak mungkin korban akan terus bertambah. Muzzammil mengingatkan aparat terkait peristiwa beberapa waktu silam seperti dukun santet dan kasus kolor ijo. Menurut Muzzammil, jika kembali jatuh korban akan memberikan reputasi buruk atas kinerja aparat keamanan.

Politisi PKS asal Lampung ini menilai selama ini kepolisian sangat responsif dengan kasus terorisme dan cepat mengungkap jaringannya. Yang paling baru, polisi berhasil mengungkap kasus terorisme di Temanggung, Jawa Tengah dengan sangat cepat. Muzzammil yakin, jika aparat serius, maka teror terhadap para ustadz dan ulama juga bisa diungkap dengan cepat.

“Jika jaringan dan motifnya cepat diungkap maka mereka tidak akan memperluas wilayah anarkismenya. Terlebih situasi pilkada yang harus dijaga agar kondusif secara keamanan,” ujar Muzzammil menegaskan.

Sumber : Ngelmu.co

[FOTO] Ribuan Orang Hadiri Shalat Jenazah hingga Pemakaman Ustaz Prawoto

[FOTO] Ribuan Orang Hadiri Shalat Jenazah hingga Pemakaman Ustaz Prawoto

10Berita, BANDUNG  – Ribuan orang menghadiri shalat jenazah dan mengiringi pemakaman aktivis Persis ustaz H Prawoto yang dianiaya hingga meninggal dunia, Kamis (1/2/2018).

Pantauan Jurnalislam.com di lokasi, Masjid Al Muhajirin kawasan Cigondewah Bandung, sekitar kediaman almarhum penuh sesak oleh jamaah mulai dari elemen persis, brigade persis, dan elemen umat Islam lainnya. berikut foto-foto yang diperoleh kontributor Jurnalislam.com, Toni Susandi di lokasi.

Sumber :Jurnal Islam 

Al Mumtaz Kutuk Aksi Teror dan Penganiayaan Terhadap Ulama

Al Mumtaz Kutuk Aksi Teror dan Penganiayaan Terhadap Ulama


Ketua Al Mumtaz, Hilmi Afwan Hilmawan

10Berita, TASIKMALAYA  – Aliansi Aktifis dan Masyarakat Muslim Tasikmalaya (Al Mumtaz) mengutuk keras aksi teror dan penganiayaan terhadap ulama yakni KH. Umar Basri dan Ustadz R Prawoto. Bahkan, Penganiayaan berujung meninggal dunia menimpa Ustadz Prawoto yang merupakan Komandan Brigade Persis Kota Bandung.

Dalam pernyataan sikapnya, Al Mumtaz menyampaikan Do’a Takziyah atas meninggalnya Ustadz Prawoto. Selain itu, Al Mumtaz juga mengutuk aksi teror, penganiayaan dan pembunuhan terhadap ulama dan aktifis organisasi islam yang baru baru ini terjadi di Jawa Barat.

“Bertekad melakukan pembelaan terhadap ulama, aktifis, dan kaum muslimin dari berbagai gangguan yang menimpanya, “ kata Ketua Al Mumtaz Hilmi Afwan Hilmawan, Jumat (2/2/2018).

Selain itu, Al Mumtaz juga menuntut pihak kepolisian untuk segera mengusut dan mengungkap secara tuntas motif dibalik aksi terror, penganiayaan dan pembunuhan terhadap ulama dan aktifis islam yang terjadi.

Al Mumtaz menyeru kepada aktifis Islam penggiat dakwah dan amal ma’ruf nahyi munkar serta elemen muslim untuk meningkatkan kewaspadaan, penjagaan diri dalam menjalankan aktifitasnya, melindungi para ulama dan tokoh Islam.

“Menyeru kepada seluruh elemen ormas, jamaah dan lembaga Islam untuk senantiasa mengokohkan persatuan, menjalin kerjasama dan koordinasi mengikuti arahan para ulama dan mengatasi upaya provokasi terror yang terjadi,“ kata Hilmi.

Sebelumnya, dua kasus penyerangan terhadap tokoh umat Islam terjadi di Bandung dalam kurun waktu sepekan ini. KH Umar Basri diserang setelah shalat subuh pada Sabtu (27/1/2018) dan yang terbaru penyerangan kepada Ustadz Prawoto.

Sumber : Jurnal Islam 

Senin, 29 Januari 2018

Inilah 5 Da’i Yang Dicintai Umat namun Mendapat Perlakuan Tak Mengenakan

Inilah 5 Da’i Yang Dicintai Umat namun Mendapat Perlakuan Tak Mengenakan


10Berita, Penganiayaan terhadap KH Umar Basri di Bandung beberapa waktu lalu menambah daftar ulama yang menerima perilaku tak mengenakan. Jika ditelisik dua tahun kebelakang saja setidaknya ada 5 orang ulama yang bernasib seperti pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah ini.

1. Habib Rizieq Shihab
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab dan keluarganya menerima teror yang cukup hebat. Dimana, kediaman pria yang kini tengah diincar pihak kepolisian itu ditembak dari jarak jauh oleh orang tak dikenal (sniper).

Hal tersebut diungkapkan Ketua Presidium 212 Ustadz Ansufri ID Sambo saat mendatangi kantor Komnas HAM, Jakarta, Jumat (28/4). Akibat peristiwa tersebut, Habib Rizieq pun memutuskan memboyong keluargaanya ke luar negeri.

“Habib Rizieq tinggalkan tanah air, gara-gara ditembak sniper. Kalau nggak salah (penembakan), Selasa (25/4). Untungnya meleset, kena pendopo,” ungkap Sambo.

Pada pertengahan November 2016, media sosial (medsos) juga dihebohkan dengan tersebarnya kabar bahwa Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab telah dianiaya oleh oknum prajurit Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Informasi ini diketahui tersebar melalui pesan broadcast whatsapp.

Lokasi penganiayaan diketahui di Jalan Petamburan III Nomor 17, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun kabar ini kemudian dibantah oleh Gatot Nurmantyo selaku Panglima TNI pada saat itu. Jendral bintang 4 ini mengatakan bahwa kabar tersebut hoax, dan Rizieq sendiri dalam keadaan sehat.

2. Felix Siauw
Setahun berselang setelah kejadian Habib Rizieq. Tragedi kekerasaan verbal juga menimpa Ustad Kondang Felix Siauw. Kejadian ini bermula saat pria keturunan Tionghoa ini dijadwalkan menjadi penceramah di Masjid Manarul Islam, Bangil Jawa Timur, Sabtu (4/11).

Setibanya di lokasi pada pukul 08:00 WIB Felix telah dinanti oleh segerombolan polisi. Tak lama kemudian polisi meminta agar acara tersebut dibubarkan dan aparat juga langsung menggiring ustad kondang ini ke Polres Pasuruan.

Setelah dilakukan dialog panjang diketahui bahwa pembubaran ini akibat adanya tekanan kepada aparat dari ormas tertentu. Ormas ini diduga meminta agar Ustad Felix mau mengisi surat pernyataan bermaterai yang menyatakan dirinya tidak menyebarkan ideollogi khilafah.

Selain itu ormas ini juga menuntut agar pria keturunan Tionghoa ini mengakui bahwa ideologi pancasila merupakan ideologi tunggal NKRI dan poin terakhir menyatakan bahwa dirinya keluar dari Hizbut Tahriir Indonesia (HTI).

Hal ini tentu ditolak mentah-mentah oleh Felix. Ia juga turut memberikan klarifikasi didalam akun Instagramnya. “Bagi saya ini jelas-jelas sebuah jebakan dan juga penghinaan. Sebab jika saya menandatangani, sama saja saya mengaku bahwa semua yang dituduhkan pada saya benar adanya,” tulis Felix di @felixsiauw.

3. Ustad Abdul Somad
Kejadian persekusi juga menimpa Ustad Abdul Somad. Pada 9 Desember 2017 Ustad asal Riau ini dijadwalkan menjadi penceramah disebuah Tabliq Akbar di Bali. Namun pada saat menginap di Hotel Aston, Denpasar, secara mengejutkan segerombolan orang mendatangi tempat menginap Ustad Somad.

Dalam pengepungannya, masa menyebut alumni Kairo Mesir ini tidak berjiwa NKRI. Selain itu juga beberapa masa terlihat membawa senajata tajam. Setelah dilakukan mediasi oleh aparat, Ustad Somad tetap memberikan ceramahnya dengan aman, dan tidak menimbulkan korban.

Namun buntut permasalahan ini panjang, Koalisi Masyarakat Islam, serta beberapa pihak lain yang tidak terima Ulama idolanya ini diperlakukan semena-mena, melaporkan 10 orang dari 4 ormas Bali yang diduga melakukan persekusi. Kasus ini sendiri, sampai sekarang masih ditangani oleh penyidik.

4. Syekh Ali Jaber
Tanggal 4 November 2016, jutaan umat muslim melakukan aksi damai atau lebih dikenal aksi 411 di sekitar Monas. Acara ini ditujukan guna menggelar aksi protes terhadapat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok Gubernur DKI Jakarta pada waktu yang diduga melakukan penghinaan terhadap ulama dan Islam menggunakan surat Al Maidah ayat (51).

Setelah hari menjelang sore, ketika peserta aksi mulai berburan, tanpa alasan yang jelas secara tiba-tiba terjadi kerusuhan. Saat bentrok ini terjadi, Syekh Ali Jaber terkena gas air mata dari aparat yang berusaha menenangkan masa.

Kemudian akibat insiden ini, ulama keturunan Arab ini harus dilarikan ke rumah sakit guna mendapat perawatan. Foto dirinya sedang terbaring di kasur perawatan juga viral di media sosial dan mendapat banyak simpati netizen.

5. KH Umar Basri
Kekerasan terhadap ulama terbaru menimpa KH Umar Basri pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, Sabtu (27/1). Pria 60 tahun ini tiba-tiba dipukuli oleh satu oknum tidak dikenal. Kejadian terjadi saat KH Umar sedang melakukan dzikir pasca shalat Subuh berjamaah.

Sesaat setelah santri memetikan lampu masjid, tiba-tiba Umar diterkam dari belakang dan dipukul secara membabi buta. Akibatnya ia menderita luka lebam yang cukup parah dibagian muka.

Setelah dilakukan penyelidikan oleh aparat, Polres Bandung berhasil menagkap satu orang diduga tersangka pemukulan. Namun penyidik menduga bahwa pelaku ini mengalami gangguan jiwa pasalnya selalu memberikan jawaban ngawur setiap kali ditanya.

Saat ini kasus penganiayaan ini sedang ditangani Polrss Bandung. Tersangka sendiri saat ini dibawa ke Rumah Sakit Polri Sartika Asih, guna dilakukan visum serta observasi kejiwaan oleh psikolog. [kaffah]

Sumber :Dakwah Media

Rabu, 24 Januari 2018

Polisi Periksa Ketua MUI Jagakarsa Jakarta Selatan Terkait Meme Banser

Polisi Periksa Ketua MUI Jagakarsa Jakarta Selatan Terkait Meme Banser


Ketua MUI Jagakarsa Jaksel KH Sulaiman Rohimin usai diperiksa polisi. (Foto: Syaefullah/Viva)

10Berita, JAKARTA Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jagakarsa, KH Sulaiman Rohimin, dipanggil penyidik Polres Metro Jakarta Selatan. Kiai Sulaiman memenuhi panggilan itu, Rabu (24/1/18). Mengenakan baju kemeja putih, Sulaiman tiba di Mapolres Jakarta Selatan, didampingi sejumlah orang dari organisasi Laskar Pembela Islam (LPI) Jakarta.

Menurut Wakil Ketua Advokasi Cinta Tanah Air (ACTA), Novel Bamukmin, sebagaimana dilansir Republika.co.id, (Rabu (24/1), pihak kepolisian memanggil Sulaiman terkait plesetan berupa komentar di media sosial mengenai Ormas tertentu. Kemudian Ormas tersebut melaporkan ke pihak berwajib, karena tidak menerima plesetan dalam meme yang dishare tersebut.

“Beliau (Sulaiman) men-share lambang ormas tertentu. Kemudian ormas ini tidak terima dengan plesetan itu,” kata Novel Bamukmin, di Komplek Polres Jakarta Selatan, Rabu (24/1).

Sulaiman pun diperiksa penyidik sekitar tiga jam. “Hanya konten saya di medsos saja terkait adanya gambar Banser itu,” ujar Sulaiman di Mapolres Jakarta Selatan, Rabu (24/1), seperti dikutip Viva.co.id.

Kuasa hukum dari Laskar Pembela Islam (LPI), Mirza Zulkarnaen menyebutkan lebih detail isi konten meme yang disebarluaskan oleh Sulaiman melalui media sosial.

“Banser itu penjaga gereja dan pengusir ulama,” kata Mirza Zulkarnaen menyebut isi meme yang dipersoalkan tersebut.

Menurut Mirza, alasan konten Banser yang dipelesetkan Sulaiman itu bertujuan menyadarkan agar kader muda Ansor kembali ke Khittah 1926.

Khittah 1926 ini merujuk pada garis, nilai-nilai dan model perjuangan NU yang dipondasikan pada tahun 1926 ketika NU didirikan. Pondasi perjuangan NU tahun 1926 adalah sebagai gerakan sosial-keagamaan.

Sementara Kapolres Metro Jakarta Selatan, Komisaris Besar Polisi, Mardiaz Kusin, menuturkan pemanggilan KH Sulaiman itu terkait masalah kasus penghinaan. Tapi, tak dirinci mengenai perkara tersebut. “(Kasus) dugaan penghinaan,” kata Mardiaz. (*)

Sumber: Republika.co.id, Vivanews