OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label covid19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label covid19. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 November 2020

Corona Ganas! Dua Pabrik Tutup, Buruh Kena PHK

 Corona Ganas! Dua Pabrik Tutup, Buruh Kena PHK

10


 10Berita - Dinas Tenaga Kerja Perindustrian, Koperasi, dan UKM Kabupaten Kudus mencatat dua perusahaan di Kota Kretek yang tutup karena pandemi virus Corona. Akibatnya puluhan orang terkena PHK.

"Iya ada dua perusahaan, awal pandemi perusahaan yang bergerak di sol sepatu di Gondoharum Kecamatan Jekulo dan ini ada tambah lagi perusahaan bergerak di bidang cor di Jalan Lingkar Kencing Desa Jati Wetan Kecamatan Jati," kata Kabid Hubungan Industrial dan Perselisihan Ketenagakerjaan pada Dinas Perinkop dan UKM Kudus, Agus Juanto saat ditemui di kantornya Jalan Conge nomor 99 Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kudus, Selasa (3/11/2020).

Agus menuturkan awal pandemi perusahaan bergerak sol sepatu di Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo harus tutup. Padahal perusahaan itu baru akan dibuka dan mengakhiri kontrak belasan pekerja.

"Gondoharum tutup karena karyawan sedikit sehingga pabrik tali dan sol sepatu itu tutup," kata Agus.

Berikutnya, perusahaan bergerak pada bidang pengecoran terletak di Jalan Lingkar Kudus. Perusahaan tersebut pun harus tutup, karena kondisi pandemi virus Corona.

"Terus ada lagai yang menyatakan tutup itu ada lagi perusahaan di Jalan Lingkar Kencing (Desa Jati Wetan Kecamatan Jati, Kudus) itu tutup. Perusahaan Jayamix yang bergerak di bidang cor tutup karena proyek negara itu kan hampir tidak ada, kemudian (pembangunan) dana desa juga tidak ada. Pengecoran dana desa tidak ada sehingga ditutup," jelas dia.

Dinas pun mencatat ada puluhan pekerja yang akhirnya terkena PHK. Di perusahaan di Desa Gondoharum ada 17 pekerja yang di PHK. Kemudian perusahan di Jalan Lingkar Kudus ada 18 orang terkena PHK. Jika ditotal ada 35 orang kena PHK.

"Kalau perusahaan di Jalan Lingkar ada sebanyak 18 orang, semuanya sudah selesai terkait kewajiban perusahaan. Kemudian di Gondoharum itu ada 17 tenaga. Iya cuman hanya itu," jelas dia.

Agus mengatakan awal pandemi juga ada beberapa perusahaan yang merumahkan pekerjanya. Namun kini mulai bergeliat kembali.

"Salah satunya dulu awal pandemi Mubarok Food juga merumahkan itu kan jual oleh - oleh, pada awal pandemi kan orang takut keluar rumah. Sehingga tidak laku dan tutup dua bulan. Tapi ini sudah normal kembali," jelas dia.


Sedangkan kata dia di sektor rokok, kata Agus tidak terdampak. Bahkan ada perusahaan rokok ternama di Kudus yang sedang merekrut pekerja.

"Djarum itu saat ini malahan sedang merekrut pekerja. Sehingga pada dasarnya di Kudus dengan industri rokok yang tidak berdampak sehingga tidak terlalu terdampak pada sektor tenaga kerja," tandas Agus.

Caption : Kabid Hubungan Industrial dan Perselisihan Ketenagakerjaan pada Dinas Perinkop dan UKM Kudus, Agus Juanto saat ditemui di kantornya Jalan Conge nomor 99 Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kudus, Selasa (3/11/2020).(detik)


Rabu, 16 September 2020

China Lockdown Kota Ruili Usai Ditemukan 3 Kasus Corona, dr. Tifa: Negara Komunis Tapi Menerapkan Sabda Nabi, Bagaimana dengan Negara Pancasila?

 China Lockdown Kota Ruili Usai Ditemukan 3 Kasus Corona, dr. Tifa: Negara Komunis Tapi Menerapkan Sabda Nabi, Bagaimana dengan Negara Pancasila?




dr. Tifauzia Tyassuma:

Begini yang dilakukan Negara Komunis ini.

Negara yang tidak mengenal Tuhan ini.

Tetapi dia tahu bahwa Ajaran Nabi Muhammad saw, 1400 tahun lalu adalah CARA PALING JITU dalam menghentikan Pandemi Corona.

LOCKDOWN!

Padahal di kota Ruilli, Prov Yunnan, kasus positif baru 3 orang!.

Bagaimana dengan Negara Indonesia?

Yang sila Pertama ideologinya Adalah Ketuhanan Yang Maha Esa?

Yang 85% penduduknya beragama Islam?

Yang Pemimpinnya dan sebagian Besar Pejabatnya mengucap Nama Rasulullah SAW dua kali dalam setiap sholat sebagai janji kepatuhan?

Mau tunggu 1,000,000 kasus baru lockdown?

Mau tunggu 10,000 rakyat meninggal baru Lockdown?

Mau tunggu 500 Dokter menjadi syahid baru Lockdown?

(dr. Tifa)


Begini yang dilakukan Negara Komunis ini. Negara yang tidak mengenal Tuhan ini. Tetapi dia tahu bahwa Ajaran Nabi...
Dikirim oleh Tifauzia Tyassumapada Selasa, 15 September 2020

Senin, 07 September 2020

Perusahaan China, Sinovac, Sebut Indonesia Pembeli Terbesar Vaksin Corona

 Perusahaan China, Sinovac, Sebut Indonesia Pembeli Terbesar Vaksin Corona





10Berita,Perusahaan  farmasi China, Sinovac, mengungkapkan Indonesia merupakan negara yang telah mengikat kontrak pembelian vaksin corona dalam jumlah paling besar. Kontrak pembelian itu dilakukan antara Sinovac, dengan BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero). 

Juru Bicara Sinovac, Liu Peicheng, menjelaskan kontrak tersebut telah ditandatangani pada akhir Agustus lalu. Sinovac akan menyediakan 40 juta dosis vaksin corona untuk dikirim ke Indonesia pada rentang November 2020 hingga Maret 2021. 

“Sejauh ini, ini merupakan kontrak terbesar pembelian vaksin corona yang dipublikasikan secara terbuka antara perusahaan vaksin China dengan pembelinya,” kata Liu seperti dilansir South China Morning Post, Minggu (6/9). 

Dia menambahkan, pembelian 40 juta dosis vaksin merupakan kontrak awal. Sinovac dan Bio Farma, membuka kemungkinan penjualan lebih lanjut sepanjang tahun depan. Vaksin corona yang dikirim Sinovac masih setengah jadi, lalu oleh Bio Farma akan dikemas dan didistribusikan ke masyarakat Indonesia. 

Soal impor vaksin corona dari Sinovac, sebelumnya dikonfirmasi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir. Keduanya secara khusus datang langsung ke China, pada Kamis (20/8) lalu. Pertemuan bilateral dilakukan langsung dengan Menlu China, Wang Yi, untuk memastikan pengadaan vaksin corona tersebut bagi masyarakat Indonesia. 

"Ada 2 dokumen yang ditandatangani antara Sinovac dan Bio Farma, yang pertama adalah Preliminary Agreement of Purchase and Supply of Bulk Product of COVID-19 Vaccine, yang menyepakati komitmen ketersediaan supply bulk vaksin hingga 40 juta dosis vaksin mulai November 2020 hingga Maret 2021," ujar Retno dalam press briefing virtual seusai pertemuan tersebut. 

Vaksin corona buatan Sinovac saat ini tengah diuji klinis tahap III. Pengujian dilakukan di Indonesia, Brasil, dan Bangladesh, serta terhadap 3.000 karyawan Sinovac dan keluarga mereka di China. Untuk produksi komersial vaksin corona ini, masih harus menunggu hasil uji klinis tersebut, namun CEO Sinovac Yin Weidong, sangat yakin sudah bisa memproduksi vaksin corona pada akhir tahun ini. (kumparan)

Kamis, 03 September 2020

Pecah Rekor Lagi, Tambahan Kasus Positif Corona Tembus 3.622 Orang

 Pecah Rekor Lagi, Tambahan Kasus Positif Corona Tembus 3.622 Orang





10Berita,Menjadi peringatan bagi masyarakat yang belum displin protokol kesehatan, bahwa jumlah tambahan kasus positif virus corona baru (Covid-19) kembali pecahkan rekor lebih dari tiga ribu kasus dalam sehari.

Berdasarkan data terbaru Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 per hari ini, Kamis (3/9), jumlah kasus positif yang bertambah mencapai 3.622 orang. Angka ini jauh lebih tinggi dari rekor sebelumnya yang mencapai 3.308 orang pada Sabtu (29/8).

Alhasil, tambahan kasus positif yang didapat dari 37.597 spesimen yang diperiksa hari ini tersebut mengakumulasi total kasus positif di Indonesia menjadi 184.268 kasus.

Namun begitu, optimisme untuk keluar dari masalah Covid-19 ini masih bisa dilihat dari tambahan kasus sembuh yang mencapai 2.084 orang. Sehingga total kasus sembuh telah mencapai 132.055.

Sedangkan, untuk kabar duka masih menyelimuti 134 pasien positif yang meninggal karena infeksi corona. Alhasil, kasus meninggal hingga saat ini sudah sebanyak 7.750 orang.

Adapun untuk jumlah orang yang diduga tertular corona, atau biasa disebut kasus suspek masih tercatat 84.071 orang, yang tersebar di 488 kabupaten/kota terdampak di 34 provinsi di Indonesia. (Rmol)

Senin, 20 Juli 2020

Inggris Tertarik Penanganan Covid-19 di Indonesia

Inggris Tertarik Penanganan Covid-19 di Indonesia


Ilustrasi. - Freepik
10Berita, LONDON--Upaya dan perkembangan pemerintah Indonesia dalam menghadapi wabah Covid-19 menarik perhatian sekitar 500 mahasiswa di Inggris dan Indonesia dalam forum webinar bertema “Assessing the Performance of Indonesian Government in Handling Covid-19.

Pemerintah Indonesia memberikan perhatian pada penanganan wabah Covid-19 yang melemahkan ekonomi, menyebabkan pengangguran dan kemiskinan serta berbagai dampak sosial secara global. Untuk itu pemerintah melakukan penanganan aspek kesehatan, sosial dan stimulus perekonomian serta keuangan industri.

Counsellor Pensosbud KBRI London, Hartyo Harkomoyo kepada Antara London, Sabtu mengatakan acara virtual diadakan kerja sama KBRI London, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI dan Universitas Nottingham, London (17/7/2020).

BACA JUGA : DIY Provinsi Terbaik Tangani Covid-19, Sultan: Sudah Jadi 

Kuasa Usaha KBRI London, Adam M. Tugio mengatakan Pengembangan vaksin Merah Putih untuk Covid-19 oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sudah mencapai 30%, merupakan salah satu upaya serius Pemerintah dalam penanganan Covid-19 di bidang riset kesehatan.

Dikatakannya Indonesia juga semakin berkurang ketergantungannya dan tangguh di sektor kesehatan dengan memproduksi alat pelindung kesehatan.

Sementara itu dari aspek keuangan, Anggota III BPK RI, Achasnul Qosasi, sebagai pembicara dalam webinar, mengatakan Pemerintah telah mengesahkan UU No.2 Tahun 2020 yang memberikan kerangka hukum bagi pengelolaan keuangan negara dalam penanganan Covid-19.


Dikatakannya kebijakan ini memberikan kewenangan yang sangat luas kepada Pemerintah dan Komite Stabilitas Sektor Keuangan untuk mengambil langkah luar biasa di bidang pengelolaan keuangan negara dalam penanganan pandemi, ujar Achsanul.

BACA JUGA : Penanganan Covid-19, Nasdem DIY Langsung Gerak Cepat

Melalui kebijakan ini Pemerintah melakukan program perlindungan sosial, mitigasi dan pemulihan ekonomi. Adalah fungsi dan tugas dari BPK untuk memastikan agar pelaksanaannya akuntabel, yaitu efektif, transparan, dan patuh pada ketentuan kondisi darurat.

Untuk itu, BPK menerapkan strategi pemeriksaan berbasis resiko secara menyeluruh. Dengan demikian BPK dapat memperkuat perannya dalam memberikan keyakinan kepada masyarakat mengenai penanggulangan Covid-19.

Kegiatan virtual ini adalah salah satu dari rangkaian program komunikasi publik KBRI London untuk menyebarkan perkembangan positif mengenai Indonesia kepada masyarakat Inggris, khususnya di kalangan akademisi dan mahasiswa.

Selain itu, webinar ini menjadi ajang pertukaran pemikiran diantara mahasiswa Indonesia dan Inggris yang diharapkan akan mendorong hubungan baik di bidang pendidikan dan sosial budaya masyarakat kedua negara.

Tercatat sekitar 10.000 WNI di Inggris, dimana sekitar separuhnya adalah pelajar / mahasiswa. Peran akademisi, mahasiswa dan pelajar sangat penting dalam mendisemikasikan perkembangan yang baik mengenai Indonesia kepada publik setempat.

Salah satu contoh peran Dr. Bagus Putra Muljadi, diaspora Indonesia pengajar di Universitas Nottingham. Bagus, koordinator webinar ini, menyampaikan kegiatan virtual tersebut merupakan program leaders lectures yang diadakan secara berkala bersama Universitas Nottingham dengan KBRI London.

Kolaborasi kedua lembaga diharapkan dapat memperkuat kerja sama antara Universitas Nottingham dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Sumber : Antara, Harianjogja.com

Minggu, 12 Juli 2020

Corona 3 Kali Pecah Rekor Seminggu, Anies Wanti-wanti Emergency Brake

Corona 3 Kali Pecah Rekor Seminggu, Anies Wanti-wanti Emergency Brake





10Berita, Tiga kali dalam seminggu DKI Jakarta memecahkan rekor penambahan kasus virus Corona (COVID-19). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengingatkan soal kembali ke status pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang ketat.

"Jadi saya ingin mengingatkan kepada semua warga Jakarta harus ekstrahati-hati. Jangan anggap enteng. Jangan merasa kita sudah bebas dari COVID-19. Karena nanti kalau kondisi ini berlangsung terus, bukan tidak mungkin kita akan kembali ke situasi sebelum ini (PSBB). Karena itulah saya ingin menyampaikan kepada semuanya, ada titik-titik yang harus diwaspadai," ucap Anies Baswedan dalam video '12 Jul 2020 Gub Anies Baswedan Update Perkembangan Penanganan Covid-19' di akun YouTube Pemprov DKI Jakarta, seperti dilihat detikcom, Minggu (12/7/2020).

Anies meminta agar penambahan kasus tinggi tidak dianggap enteng. Apalagi terjadi lonjakan jumlah kasus yang menciptakan rekor penambahan kasus.

"Saya ingatkan kepada semua, jangan sampai situasi ini jalan terus, sehingga kita harus menarik rem darurat atau emergency brake. Bila itu terjadi, kita semua harus kembali dalam rumah, kegiatan perekonomian terhenti, kegiatan keagamaan terhenti, kegiatan sosial terhenti. Kita semua akan merasakan kerepotannya bila situasi ini berjalan terus," ucap Anies.

Sejak 4 Juni atau perpanjangan PSBB transisi sampai sekarang, ada beberapa klaster kasus positif di DKI Jakarta.

"Nah, selama Juni tanggal 4 sampai sekarang, klaster terbesar otomatis adalah pasien rumah sakit, itu 45,26 persen. Kedua adalah pasien di komunitas 38 persen. Mereka yang berada di lingkungan kita. Lalu di mana? Di pasar, pasar itu 68 persen, dan pekerja migran Indonesia itu 5,8 persen. Sisanya dari perkantoran," ucap Anies.

Diberitakan sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta menyampaikan terjadi lagi rekor penambahan kasus baru virus Corona di DKI Jakarta. Disebut, pecah rekor kali ini adalah ke tiga dalam kurun waktu satu minggu.

"Hari Minggu tanggal 12 Juli 2020, izinkan saya sampaikan perkembangan terbaru terkait penanganan COVID-19 di Jakarta. Tadi pagi pukul 10.00 WIB, Dinas Kesehatan melaporkan angka kasus baru yang muncul di Jakarta, dalam seminggu terakhir kita tiga kali mencatat rekor baru penambahan harian. Hari ini adalah yang tertinggi sejak tangani kasus di Jakarta, ada 404 kasus baru, tidak boleh dianggap enteng," ucap Anies.(detik)


Sabtu, 11 Juli 2020

Pendeta Jakarta ke Kediri Pimpin Pemberkatan, 12 Jemaat Langsung Tertular Corona

Pendeta Jakarta ke Kediri Pimpin Pemberkatan, 12 Jemaat Langsung Tertular Corona


10Berita– Sebanyak 12 warga Kota Kediri tertular corona dari seorang pendeta dari Jakarta. Pendeta itu ke Kediri memimpin ibadah pemberkatan doa di Klinik Elshadai positif Covid-19.

Mereka diduga tertular Covid-19 dari pendeta asal Jakarta yang turut menghadiri prosesi pemberkatan doa tersebut.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Kediri Fauzan Adima menjelaskan ibadah pemberkatan doa di Klinik Elshadai berlangsung pada 19 Juni 2020. Sebanyak 32 jemaat mengikuti prosesi yang berlangsung di klinik itu.


“Total jemaat (ibadah pemberkatan doa di Klinik Elshadai) yang terkonfirmasi positif 12 orang,” jelas Fauzan kepada SuaraJatim.id, Jumat (10/7/2020).

Menurut Fauzan, tujuh dari 32 jemaat berasal dari Jakarta. Setelah ibadah pemberkatan doa di Klinik Elshadai selesai, mereka langsung balik ke ibu kota.

“Untuk 25 (jemaat) sudah dirapid,” ujar pria yang juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri itu.

Sementara Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar, menduga 12 jemaat tersebut tertular Covid-19 dari para tamu dari Jakarta. Mulanya Gugus Tugas mendapati tiga jemaat positif Covid-19, namun setelah ditracing jumlahnya bertambah menjadi 12 orang.

“Nah, rasa-rasanya tamunya ini sih kayaknya diduga membawa virus itu. Nah, akhirnya karena ruangannya itu mungkin tertutup dan jumlahnya lebih banyak orang, maka mungkin transmisinya dari situ. Jadi dari situ terus ada yang kena (Covid-19),” sebutnya.

Sumber: Eramuslim

Jumat, 10 Juli 2020

Kasus Gontor, Ahli Minta Pesantren Tutup Hingga Akhir Tahun

Kasus Gontor, Ahli Minta Pesantren Tutup Hingga Akhir Tahun


Ilustrasi virus. (Foto: iStockphoto/koto_feja)

10Berita, Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyarankan seluruh fasilitas pendidikan termasuk pondok pesantren  ditutup hingga akhir tahun 2020.

Hal itu merespons tujuh santri Pondok Pesantren Modern Gontor Kampus 2 Ponorogo, terkonfirmasi positif corona.  

Menurutnya, kebijakan itu harus dilakukan mengingat masih banyak kasus di Indonesia yang belum terdeteksi.

"Seperti selalu saya sampaikan, untuk sekolah mulai TK sampai universitas sebaiknya ditunda dulu sampai akhir tahun. Tidak ada kecuali," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Kamis (9/7).

Dicky menuturkan risiko penularan Covid-19 di Indonesia, termasuk di pesantren masih sangat tinggi. Jika dibiarkan, dia mengatakan akan timbul klaster dari fasilitas pendidikan tersebut.

Terkait dengan hal itu, dia kembali mengatakan tidak merekomendasikan pesantren untuk dibuka. Terlebih, dia menyebut tidak ada data valid terkait dengan cakupan pengujian nasional dan per wilayah yang bisaa menjadi para siswa atau santri aman ketika kembali belajar.

"Untuk negara yang sukses mengendalikan pandemi bisa bertahap membuka sekolah," ujarnya.

Di sisi lain, Dicky juga mengingatkan positive rate Indonesia saat ini masih di kisaran 11 persen. Dia berkata ada jarak 6 persen kekurangan cakupan test yang juga artinya masih banyak kasus positif di masyarakat yang belum terdeteksi.


"Malahan yang ideal di 3 persen positive rate," ujar Dicky.

Senada, epidemiolog dari Universitas Unair Windhu Purnomo mengatakan pondok pesantren belum dapat dibuka. Dia berkata lokasi tersebut baru bisa beroperasi untuk kegiatn belajar pada akhir tahun 2020.

"Kecuali bila semua wilayah sudah tidak ada lagi yang merah atau berisiko tinggi. Jadi kalau ada fakta penularan di ponpes saat ini, semua ponpes harus ditutup kembali," ujar Windhu kepada CNNIndonesia.com.

Sebanyak tujuh santri Pondok Pesantren Modern Gontor Kampus 2 Ponorogo, terkonfirmasi positif corona. Dari tujuh santri tersebut, enam orang diketahui berasal dari luar Pulau Jawa.

Pemkab dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Ponorogo pada Minggu mengonfirmasi kasus pertama santri asal Sidoarjo. Namun hingga Rabu (8/7), bertambah enam orang.

Akibatnya, warga ponpes tidak diperkenankan untuk keluar pondok. Mereka juga tidak boleh menerima tamu/kunjungan untuk keperluan apapun, kecuali pemenuhan kebutuhan pokok dan pelayanan kesehatan.

Sumber: cnnindonesia.com

Kamis, 09 Juli 2020

Virus Corona Menyebar di Udara, Jangan Panik, Ini yang Sebaiknya Dilakukan

Virus Corona Menyebar di Udara, Jangan Panik, Ini yang Sebaiknya Dilakukan

Ilustrasi virus corona di udara

10Berita, JAKARTA – Pandemi Covid-19 masih berlangsung. Virus ini terus diteliti oleh para ahli di berbagai negara di belahan dunia. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa virus corona baru dapat dapat menyebar di udara selama berjam-jam berupa tetesan kecil di udara stagnan, dan dapat menginfeksi orang ketika mereka menghirupnya.

Risiko ini paling tinggi terjadi di ruangan tertutup yang padat dengan ventilasi yang buruk, dan dapat menjelaskan peristiwan penyebaran super yang dilaporkan di pabrik pengemasan daging, gereja, atau restoran.

Masih belum jelas seberapa efektif virus menyebar melalui tetesan kecil aerosol dibandingkan dengan tetesan yang lebih besar, yang dikeluarkan ketika orang sakit mengalami batuk dan bersin, atau virus yang ditlarkan melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi.

Linsey Marr, ahli aerosol di Virginia Tech menyebut aerosol dilepaskan bahkan ketika seseorang tanpa gejala menghembuskan napas, berbicara atau bernyanyi. Dia bersama dengan 200 ahli lainnya telah menjabarkan bukti kuat tentang hal ini kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Satu hal yang jelas, lanjutnya, adalah bahwa orang harus mempertimbangkan untuk meminimalkan waktu di dalam ruangan dengan orang-orang di luar keluarga mereka. Sekolah, panti jompo, dan ruangan bisnis harus mempertimbangkan untuk menambah filter udara baru yang kuat dan lampu ultraviolet yang dapat membunuh virus di udara.


Dilansir dari New York Times, Rabu (8/7) berikut ini ada jawaban untuk beberapa pertanyaan yang berkaitan tentang virus corona baru yang diajukan oleh penelitian terbaru.

Apa artinya virus ditularkan melalui udara?


Virus yang ditularkan melalui udara berarti bahwa virus dapat dibawa melalui udara dalam bentuk yang layak. Bagi sebagian besar patogen, ini adalah skenario yang mungkin untuk beberapa jenis virus dan tidak mungkin bagi yang lainnya.

Misalnya HIV yang terlalu halus untuk bertahan hidup di luar tubuh dan tidak mengudara. Beda halnya dengan campak yang dapat bertahan di udara dan sangat berbahaya, virus campak bisa bertahan hingga dua jam di udara terbuka.

Sementara itu virus corona baru memiliki karakteristik yang lebih rumit. Para ahli sepakat bahwa virus ini tidak melakukan perjalanan jarak jauh tetapi tetap hidup di luar ruangan. Akan tetapi bukti menunjukkan virus dapat melintasi panjang ruangan dalam sebuah set eksperimental laboratorium.

Apakah aerosol berbeda dengan tetesan?


Aeorosol adalah tetesan dan tetesan adalah aerosol, keduanya tidak berbeda kecuali dalam ukuran. Para ilmuwan terkadang menyebut tetesan berdiameter kurang dari lima mikron sebagai aerosol. Sebagai contoh, sel darah merah berdimater sekitar lima mikro dan rambut manusia sekitar 50 mikron.

Dari awal pandemi, WHO dan organisasi kesehatan masyarakat lainnya telah memfokuskan penelitian pada kemampuan virus untuk menyebar melalui tetesan besar yang dikeluarkan ketika orang yang bergejala batuk atau bersin.

Tetesan itu relatif berat dan jauh dengan cepat ke lantai atau permukaan yang mungkin di sentuh orang lain. Ini lah sebabnya mengapa lembaga kesehatan merekomendasikan menjaga jarak setidaknya 2 meter dari yang lain, dan sering mencuci tangan.

Akan tetapi, beberapa ahli telah mengatakan bahwa orang yang terinfeksi juga melepaskan aerosol ketika mereka batuk dan bersin. Lebih penting lagi, mereka mengeluarkan aerosol bahkan ketika mereka bernapas, berbicara, atau bernyanyi dengan sedikit tenaga.

Para ilmuwan sekarang ini sadar bahwa orang dapat menyebarkan virus meskipun mereka tidak mengalami gejala seperti batuk atau bersin, dan aerosol mungkin menjelaskan fenomena penyebaran infeksi tersebut.

Aerosol yang berukuran lebih kecil dilaporkan mengandung lebih sedikit virus, tetapi karena lebih ringan mereka dapat berlama-lama di udara selama berjam-jam, terutama ketika tidak ada udara segar atau dalam ruangan tertutup.

Agar tetesan dapat menginfeksi seseorang, satu orang harus berada dalam jarak beberapa kaki atau mencemari objek yang disetuh oleh orang lain, lalu si orang tersebut mengusap tangannya ke daerah muka.

“Saya harus melakukan terlalu banyak simulasi untuk menjelaskan rute-rute penularan lainnya, dibandingkan dengan transmisi aerosol yang jauh lebih sederhana,” kata Marr.

Haruskan kita berhenti menjaga jarak fisik dan mencuci tangan?


Jarak fisik masih sangat penting. Semakin dekat Anda dengan orang yang terinfeksi, semakin banyak aerosol dan tetesan yang mungkin terpapar pada tubuh kita. Sementara, sering-sering mencuci tangan masih menjadi langkah yang sangat baik.

Marr justru menyebut bahwa bisa jadi kedua langkah tersebut tidak lah cukup, “Kita harus lebih sering mengenakan masker dan ventilasi seperti yang kita lakukan dengan mencuci tangan. Sejauh yang kami tahu, ini sama pentingnya,” katanya.

Haruskah kita mengenakan masker kelas rumah sakit di ruangan?


Petugas kesehatan mungkin perlu memakai masker seperti N95, yang menyaring sebagian besar aerosol. Saat ini, mereka disarankan untuk melakukannya hanya ketika terlibat dalam prosedur medis tertentu yang dianggap dekat dengan sumber-sumber infeksi.

Sementara bagi masyarakat umum, masker wajah biasa akan dapat megurangi risiko selama kebanyakan orang juga memakainya. Ketika berada di rumah, kita tidak memerlukan masker tetapi harus tetap berhati-hati.

Sedangkan untuk berapa lama kita bisa aman dalam sebuah ruangan tertutup, masih sangat sulit dijawab. Banyak faktor yang memengaruhi seperti apakah ruangannya terlalu ramai dan apakah sirkulasi udaranya berjalan dengan baik.

Seberapa berdampak penularan melalui udara dengan membuka kembali sekolah-sekolah?


Ini adalah masalah perdebatan yang intens. Banyak sekolah yang memiliki ventilasi buruk dan terlalu sedikit dana yang bisa digunakan untuk berinvestasi dalam sistem penyaringan baru, “Ada kerentanan besar terhadap penularan infeksi melalui aerosol di sekolah,” kata Don Milton, ahli aerosol dari University of Maryland.

Sebagian besar anak di bawah umur 12 tahun tampaknya hanya memiliki gejala ringan sehingga mungkin bisa bertahan, “sejauh ini kami tidak memiliki bukti bahwa sekolah dasar akan menjadi masalah, tetapi saya pikir ada masalah kekhawatiran yang juga bisa menimbulkan masalah,” imbuhnya.

Sementara di tingkat perguruan tinggi, asrama kampus dan ruang kelasnya juga sama memprihatinkan. Milton menyebut pemerintah harus memikirkan solusi jangka panjang untuk masalah ini, karena sekolah memiliki peran penting di masyarakat.

“Sampai kita memahami bagiamana ini bisa menjadi bagian dari pertahanan nasional dalam konteks ekonomi sosial, kita akan tetap rentan terhadap ancaman biologis semacam ini,” kata Milton.

Apa saja yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko?


Lakukan sebanyak yang bisa dilakukan di luar ruangan. Meskipun banyak orang mulai pergi ke tempat-tempat umum, tetapi terlalu riskan untuk pergi ke tempat publik terutama tempat tertutup yang memiliki sistem ventilasi tidak baik.

Akan tetapi perlu diingat untuk tetap menggunakan masker dan menjaga jarak dengan orang lain ketika berada di luar ruangan.

Marr menuturkan ketika berada di dalam ruangan, satu hal sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan membuka jendela dan pintu. Hal lain yang bisa dilakukan adalah meningkatkan filter di sistem pendingin udara.

Para ahli juga memperingatkan untuk meminimalkan waktu di dalam ruangan tertutup dengan banyak orang tetapi tidak menggunakan masker. Semakin lama kita menghabiskan waktu di dalam, semakin besar dosis virus yang mungkin akan terhirup.

Sumber : Bisnis.com

Dalam Pengendalian Covid-19 yang Progress-nya Bagus Baru Jakarta, Jatim-Jateng Mengkhawatirkan

Dalam Pengendalian Covid-19 yang Progress-nya Bagus Baru Jakarta, Jatim-Jateng Mengkhawatirkan




Dalam Pengendalian Covid-19, yang Progress-nya Bagus Baru Jakarta

(1) Satu, dari sisi jumlah tes PCR hanya Jakarta yang memenuhi standar yang disyaratkan WHO yaitu 1 tes/ 1.000 penduduk/ minggu. Jakarta sudah lebih dari dua kali lipat standar WHO.

Bali dan Sumatera Barat ada di posisi 2 dan 3, walau belum penuhi standar WHO tapi jumlah tes sudah lumayan banyak dibanding provinsi lain. Yang agak ngeri adalah daerah dengan jumlah penduduk besar tapi jumlah tes masih kecil, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebab artinya daerah abu-abu, bagian bawah gunung es, masih besar. Apalagi jika penduduknya santai-santai saja, kemana-mana tanpa masker.

(2) Dua, dari sisi tingkat positif (positivity rate). Yaitu jumlah kasus positif dari total tes. Jakarta memperlihatkan kemajuan signifikan, kini di angka hampir 5%. Sementara syarat dari WHO untuk new normal yaitu harus di bawah angka 10% positivity rate. Daerah-daerah lain, sayangnya belum memenuhi standar jumlah tes PCR WHO, ini kalau dalam public opinion survey mungkin sama dengan sampling error-nya terlalu besar. Jadinya angka positivity rate tetap nggak bisa dianalisa/ tak bisa dipercaya walau angkanya di bawah 10% seperti Jawa Barat, Yogyakarta, dan Banten.

Yang parah tentu saja adalah daerah yang jumlah tes-nya sedikit, tapi positivity rate-nya tinggi. Provinsi itu adalah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Data-data ini adalah laporan WHO yang didapat dari data Kementerian Kesehatan. Jadi sudah pasti valid.

Apa makna data-data itu bagi kita? Ada maknanya. Sangat penting. Yaitu gambaran bahwa sesungguhnya kita masih belum aman. Termasuk kita yang tinggal/ kerja di Jakarta. Karena ada pergerakan penduduk antar daerah, walaupun Pemprov DKI Jakarta lakukan pembatasan ketat mobilitas warga. Tetap saja ada yang lolos.

Satu-satunya cara, lindungi diri sendiri. Tetap waspada dengan 3 M: Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan.

Take care.

Jakarta, 8 Juli 2020

Tatak Ujiyati
(Anggota TGUPP)



Sumber: portal berita Islam

Rabu, 08 Juli 2020

Menyebar di Udara, Simak Saran Pakar untuk Hadapi Virus Corona

Menyebar di Udara, Simak Saran Pakar untuk Hadapi Virus Corona



10Berita, Jakarta - Ada bukti ilmiah virus corona dapat menyebar di udara selama berjam-jam berupa tetesan kecil di udara stagnan dan dapat menginfeksi orang yang menghirupnya. Risiko paling tinggi terjadi di ruangan tertutup yang padat dengan ventilasi yang buruk dan dapat menjelaskan peristiwa penyebaran super yang dilaporkan di pabrik pengemasan daging, gereja, atau restoran.

Masih belum jelas seberapa efektif virus menyebar melalui tetesan kecil aerosol dibandingkan dengan tetesan yang lebih besar, yang dikeluarkan ketika orang sakit mengalami batuk dan bersin atau melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi.

Linsey Marr, ahli aerosol di Virginia Tech menyebut aerosol dilepaskan bahkan ketika seseorang tanpa gejala mengembuskan napas, berbicara, atau bernyanyi. Dia bersama dengan 200 ahli lain telah menjabarkan bukti kuat tentang hal ini kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Satu hal yang jelas adalah orang harus mempertimbangkan untuk meminimalkan waktu di dalam ruangan dengan orang-orang di luar keluarga. Sekolah, panti jompo, dan ruangan bisnis harus mempertimbangkan untuk menambah filter udara baru yang kuat dan lampu ultraviolet yang dapat membunuh virus di udara.

Dilansir dari New York Times, berikut jawaban untuk beberapa pertanyaan yang berkaitan tentang virus corona yang diajukan oleh penelitian terbaru.

Apa artinya virus ditularkan melalui udara?
Virus yang ditularkan melalui udara berarti virus dapat dibawa melalui udara dalam bentuk yang layak. Bagi sebagian besar patogen, ini adalah skenario yang mungkin untuk beberapa jenis virus dan tidak mungkin bagi yang lain.

Misalnya HIV, yang terlalu halus untuk bertahan hidup di luar tubuh dan tidak mengudara. Beda halnya dengan campak yang dapat bertahan di udara dan sangat berbahaya. Virus campak bisa bertahan hingga 2 jam di udara terbuka.

Sementara itu, virus corona memiliki karakteristik yang lebih rumit. Para ahli sepakat virus ini tidak melakukan perjalanan jarak jauh tetapi tetap hidup di luar ruangan. Akan tetapi, bukti menunjukkan virus dapat melintasi panjang ruangan dalam sebuah set eksperimental laboratorium.

Apakah aerosol berbeda dengan tetesan?
Aeorosol adalah tetesan dan tetesan adalah aerosol, keduanya tidak berbeda kecuali dalam ukuran. Para ilmuwan terkadang menyebut tetesan berdiameter kurang dari 5 mikron sebagai aerosol. Sebagai contoh, sel darah merah berdiamater sekitar 5 mikro dan rambut manusia sekitar 50 mikron.

Dari awal pandemi, WHO dan organisasi kesehatan masyarakat lain telah memfokuskan penelitian pada kemampuan virus untuk menyebar melalui tetesan besar yang dikeluarkan ketika orang yang bergejala batuk atau bersin. Tetesan itu relatif berat dan jatuh dengan cepat ke lantai atau permukaan yang mungkin di sentuh orang lain. Ini lah sebabnya mengapa lembaga kesehatan merekomendasikan menjaga jarak setidaknya 2 meter dari yang lain dan sering mencuci tangan.

Akan tetapi, beberapa ahli telah mengatakan orang yang terinfeksi juga melepaskan aerosol ketika batuk dan bersin. Lebih penting lagi, mereka mengeluarkan aerosol bahkan ketika bernapas, berbicara, atau bernyanyi dengan sedikit tenaga.

Para ilmuwan sekarang ini sadar orang dapat menyebarkan virus meskipun tidak mengalami gejala seperti batuk atau bersin, dan aerosol mungkin menjelaskan fenomena penyebaran infeksi tersebut. Aerosol yang berukuran lebih kecil dilaporkan mengandung lebih sedikit virus, tetapi karena lebih ringan dapat berlama-lama di udara selama berjam-jam, terutama ketika tidak ada udara segar atau dalam ruangan tertutup.

Agar tetesan dapat menginfeksi seseorang, satu orang harus berada dalam jarak beberapa kaki atau mencemari objek yang disetuh oleh orang lain, lalu dia mengusap tangannya ke daerah muka.

“Saya harus melakukan terlalu banyak simulasi untuk menjelaskan rute-rute penularan lain dibandingkan dengan transmisi aerosol yang jauh lebih sederhana,” kata Marr.

Haruskan kita berhenti menjaga jarak fisik dan mencuci tangan?
Jarak fisik masih sangat penting. Semakin dekat dengan orang yang terinfeksi, semakin banyak aerosol dan tetesan yang mungkin terpapar pada tubuh kita. Sementara, sering-sering mencuci tangan masih menjadi langkah yang sangat baik. Marr justru menyebut bisa jadi kedua langkah tersebut tidak lah cukup,

“Kita harus lebih sering mengenakan masker dan ventilasi seperti halnya mencuci tangan. Sejauh yang kami tahu, ini sama pentingnya,” katanya.

Haruskah kita mengenakan masker kelas rumah sakit di ruangan?
Petugas kesehatan mungkin perlu memakai masker seperti N95, yang menyaring sebagian besar aerosol. Saat ini, mereka disarankan untuk melakukannya hanya ketika terlibat dalam prosedur medis tertentu yang dianggap dekat dengan sumber-sumber infeksi.

Sementara bagi masyarakat umum, masker wajah akan dapat megurangi risiko selama kebanyakan orang juga memakainya. Ketika berada di rumah, kita tidak memerlukan masker tetapi harus tetap berhati-hati.

Sedangkan untuk berapa lama kita bisa aman dalam sebuah ruangan tertutup, masih sangat sulit dijawab. Banyak faktor yang mempengaruhi, seperti apakah ruangan terlalu ramai dan apakah sirkulasi udaranya berjalan dengan baik.

Seberapa berdampak penularan melalui udara dengan membuka kembali sekolah-sekolah?
Ini adalah masalah perdebatan yang intens. Banyak sekolah yang memiliki ventilasi buruk dan terlalu sedikit dana untuk berinvestasi dalam sistem filter udara baru. “Ada kerentanan besar terhadap penularan infeksi melalui aerosol di sekolah,” kata Don Milton, ahli aerosol dari Universitas Maryland.

Sebagian besar anak di bawah umur 12 tahun tampaknya hanya memiliki gejala ringan sehingga mungkin bisa bertahan. “Sejauh ini kami tidak memiliki bukti sekolah dasar akan menjadi masalah tetapi saya pikir ada masalah kekhawatiran yang juga bisa menimbulkan masalah,” imbuhnya.

Sementara di tingkat perguruan tinggi, asrama kampus dan ruang kelas juga sama memprihatinkan. Milton menyebut pemerintah harus memikirkan solusi jangka panjang untuk masalah ini karena sekolah memiliki peran penting di masyarakat.

“Sampai memahami bagaimana ini bisa menjadi bagian dari pertahanan nasional dalam konteks ekonomi sosial, kita akan tetap rentan terhadap ancaman biologis semacam ini,” kata Milton.

Apa saja yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko?
Lakukan sebanyak yang bisa dilakukan di luar ruangan. Meskipun banyak orang mulai pergi ke tempat-tempat umum, terlalu riskan untuk pergi ke tempat publik, terutama tempat tertutup yang memiliki sistem ventilasi tidak baik.

Akan tetapi perlu diingat untuk tetap menggunakan masker dan menjaga jarak dengan orang lain ketika berada di luar ruangan. Marr menuturkan ketika berada di dalam ruangan, satu hal sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan membuka jendela dan pintu. Hal lain yang bisa dilakukan adalah meningkatkan filter di sistem pendingin udara.

Para ahli juga memperingatkan untuk meminimalkan waktu di dalam ruangan tertutup dengan banyak orang tetapi tidak menggunakan masker. Semakin lama kita menghabiskan waktu di dalam, semakin besar dosis virus yang mungkin akan terhirup.

Sumber: tempo.co

WHO Akhirnya Akui Virus Corona Menyebar Lewat Udara

WHO Akhirnya Akui Virus Corona Menyebar Lewat Udara



Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)

10Berita, BADAN Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) akhirnya mengakui penyebaran virus corona penyebab Covid-19 bisa lewat udara. Pasalnya, banyak peneliti di dunia mendesak WHO untuk segera mengumumkan bahwa corona bisa menyebar lewat airborne.

Menurut laporan Hindustan Times, pakar WHO Benedetta Allegranzi mengatakan bahwa organisasi tersebut terbuka terhadap bukti yang menjelaskan bahwa penyebaran Covid-19 bisa melalui udara.

Dengan adanya bukti tersebut, WHO berharap ada penelitian lanjutan mengenai virus corona Covid-19 untuk hasil yang lebih komprehensif. Tidak hanya itu, jika hal tersebut terbukti benar maka perubahan cara pencegahan pun mesti dilakukan untuk mengendalikan infeksi.

Menjadi penegasan di sini bahwa udara yang dimaksud adalah 'lingkungan padat, tertutup, berventilasi buruk'. Kondisi ruangan seperti itu menurut Allegriza tak dapat dikesampingkan.

Dilaporkan BBC, sebelumnya sebuah surat terbuka yang disepakati lebih dari 200 ilmuwan menuduh WHO meremehkan kemungkinan penyebaran virus corona lewat udara.


Sampai saat ini WHO percaya bahwa penyebaran virus corona hanya lewat percikan air liur atau droplet yang dikeluarkan pasien Covid-19 saat batuk, berbicara, atau bersin.

Dengan adanya surat tersebut, ilmuwan berharap agar WHO semakin serius mengenali pola penyebaran virus SARS-CoV2 yang mematikan tersebut.

"Kami ingin WHO mengakui bukti," kata Jose Jimenez, seorang ahli kimia di University of Colorado, yang ikut menandatangani surat terbuka tersebut, pada Reuters.

"Ini jelas bukan serangan untuk WHO. Ini adalah debat ilmiah, tetapi kami merasa harus mengumumkannya kepada publik karena mereka menolak untuk mendengar bukti," tegasnya.

Sumber: Okezone.com

Minggu, 05 Juli 2020

35 Ibu Melahirkan di RSUD Dr Soetomo Surabaya Positif Covid-19, Seluruh Bayi Terbukti Negatif

35 Ibu Melahirkan di RSUD Dr Soetomo Surabaya Positif Covid-19, Seluruh Bayi Terbukti Negatif


Direktur Utama RSUD Dr Soetomo, dr Joni Wahyuhadi

10Berita, MALANG - Sebanyak 35 ibu hamil terkonfirmasi positifCovid-19 di RSUD Dr Soetomo Surabaya.

Meski terpapar Covid-19, proses melahirkannya tidak ada kendala dan anaknya lahir dengan selamat serta dalam kondisi negatif Covid-19.

“Alhamdulillah semua bayinya negatif. Jadi persalinannya semua mengikuti protokol covid-19, begitu bayi keluar langsung cepat cepat dipisahkan dari sang ibu,” kata Dirut RSUD Dr Soetomo, Joni Wahyuhadi, Selasa (30/6/2020).

Joni Wahyuhadi mengatakan, proses penularan Covid-19 adalah human to human melalui droplet.

Ketika bayi dipisahkan dari ibu yang positif, maka kemungkinan tidak tertular bisa sangat besar.

Bahkan, bayi bisa dipulangkan lebih dulu dibandingkan sang ibu karena harus menjalani perawatan Covid-19.

Ruang-ruang perawatan persalinan juga kini sudah dipisahkan perawatannya antara ibu hamil terinfeksi virus corona dengan bayinya, padahal biasanya dijadikan satu.

Berdasarkan informasi yang diterima TribunMadura.com, ada peningkatan signifikan rujukan ibu hamil yang dirujuk ke RSUD Dr Soetomo.

Padahal seharusnya kasus persalinan ibu hamil tak perlu harus dirujuk ke RSUD Dr Soetomo tapi bisa dirawat bahkan di rumah sakit biasa, non rujukan utama corona.


“Sebab justru berbahaya ketika ibu hamil persalinannya dirujuk ke kami padahal riwayat konsultasi dengan dokter selama hamil ada di rumah sakit lain,” ucap Joni.

Pihak dokter persalinan di RSUD Dr Soetomo  bahkan telah memberikan surat resmi agar mulai membatasi pasien persalinan Covid-19.

Mereka ingin memberikan layanan terbaik bagi ibu hamil yang membutuhkan persalinan dalam kondisi terinfeksi Covid-19.

Yang dimungkinkan bisa menjadi tidak maksimal jika ada overload.

“Kita ada datanya jadi yang dirujuk ke kami itu ada 69 yang rapid testnya reaktif lalu 35 positifCovid-19 sang ibunya, lalu ada yang ODP 4 orang dan PDP 45 orang serta 4 yang pneumonia, totalnya ada 158 ibu hamil yang dirujuk ke kami selama pandemi,” kata Joni.

Mayoritas setelah datanya ditunjukkan oleh Joni yang merujuk adalah dari rumah sakit di Kota Surabaya.

Oleh sebab itu ia kembali mengingatkan agar pasien ibu hamil non Covid-19 dengan kondisi yang tak berisiko lebih baik tak dirujuk ke RSUD Dr Soetomo dengan alasan yang sudah dijelaskan di atas.

“Sekarang ibu hamil dengan Covid-19 yang sedang kita rawat ada tujuh orang,” kata Joni.

Sumber: Tribunmadura

2 Minggu Terakhir, Kasus Positif Corona Indonesia Ditemukan dengan Keluhan Klinis yang Minimalis

2 Minggu Terakhir, Kasus Positif Corona Indonesia Ditemukan dengan Keluhan Klinis yang Minimalis

virus corona covid-19

10Berita, Juru bicara penanganan Corona di Indonesia, Achmad Yurianto, mengatakan bahwa tingkat penggunaan tempat tidur di rumah sakit untuk pasien COVID-19 hanya terisi 53,50 persen selama beberapa hari terakhir. 

"Itu artinya kita masih punya separuh kapasitas tempat tidur lain yang belum diisi," katanya

Menurut Yuri, hal tersebut juga menunjukkan bahwa kasus positif COVID-19 yang ditemukan beberapa hari terakhir atau dalam dua minggu terakhir, sebagian besar tidak perlu sampai harus dirawat. 

"Sebagian besar kita temukan kasus COVID-19  dengan keluhan klinis yang miniminalis, yang tidak menggambarkan adanya indikasi untuk dirawat di rumah sakit," kata Yuri. 

"Sehingga kita memberikan arahan kepada yang bersangkutan untuk isolasi secara mandiri," ujarnya. 

Lebih lanjut, kepatuhan dan kedisiplinan dalam menjalankan isolasi punya pengaruh besar terhadap penularan Virus Corona di Indonesia. 

Untuk hari ini, terjadi penambahan kasus positif COVID-19 sebanyak 1.447. Sehingga totalnya menjadi 62.142 orang. Angka itu didapat dari pemeriksaan spesimen sebanyak 22.992 sejak Jumat, 3 Juli 2020 di pukul 12.00 WIB sampai dengan Sabtu, 4 Juli 2020. 

Sementara untuk kasus sembuh bertambah 651, totalnya menjadi 28.219. Dan, untuk yang meninggal akibat COVID-19 bertambah 53, totalnya menjadi 3.089.

Sumber: liputan6.com

Selasa, 30 Juni 2020

WHO: Krisis Pandemi Masih Jauh Dari Akhir

WHO: Krisis Pandemi Masih Jauh Dari Akhir


10Berita, Jenewa – Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa krisis yang disebabkan oleh virus Wuhan masih jauh dari kata usai.

Dalam webinar pers yang digelar pada Senin (29/06/2020), Tedros mengatakan bahwa krisis ini masih bisa menjadi lebih parah lagi jika negara-negara di dunia masih enggan mendengarkan saran dari WHO.

“Virus ini masih memiliki banyak ruang untuk bergerak. Kita semua ingin ini segera berakhir, kita semua ingin melanjutkan hidup kita. Tapi kita dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa ini masih jauh dari akhir,” kata Tedros.

Diketahui, kini kasus infeksi COVID-19 di seluruh dunia mencapai angka 10 juta dengan korban jiwa sebanyak setengah juta orang.

“Enam bulan lalu, tidak ada dari kita yang bisa membayangkan bagaimana dunia kita dan hidup kita akan menghadapi kekacauan oleh virus baru ini,” imbuhnya.

Sumber: AA, Kiblat.net

Kunjungi website

Sabtu, 27 Juni 2020

Sebaran Covid-19 di Indonesia hingga Sabtu 27 Juni 2020 , Data Rincian Kasus di 34 Provinsi

Sebaran Covid-19 di Indonesia hingga Sabtu 27 Juni 2020 , Data Rincian Kasus di 34 Provinsi



Ilustrasi virus corona yang merebak di Indonesia. - Shutterstock via kompas.com

10Berita - Berikut update data terkini sebaran kasus virus corona di Indonesia, hingga Sabtu (27/6/2020) pagi ini.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Indonesia merilis data sebaran peta penyebaran virus corona.

Data terakhir Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 menyatakan kasus terkonfirmasi positif corona telah mencapai angka 51.427 pasien.

Jumlah ini mengalami penambahan sebanyak 1.240 kasus, bila dibanding data terakhir pada hari sebelumnya.

Terkini, jumlah kasus positif Covid-19 di Jawa Timur menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Jumlah kasus kumulatif positif Covid-19 telah melampaui DKI Jakarta. 

Tercatat, hingga angka kesembuhan telah mencapai 21.333 orang.

Sementara untuk korban meninggal terkonfirmasi positifi virus corona adalah sebesar 2.683 orang. 

Berikut data penyebaran kasus Covid-19 di 34 provinsi Indonesia selengkapnya :

1. Jawa Timur
Terkonfirmasi: 10901
Meninggal: 796
Sembuh: 3429

2. DKI Jakarta
Terkonfirmasi: 10796
Meninggal: 616
Sembuh: 5542

3. Sulawesi Selatan
Terkonfirmasi: 4469
Meninggal: 157
Sembuh: 1617

4. Jawa Tengah
Terkonfirmasi: 3097
Meninggal: 150
Sembuh: 1030

5. Jawa Barat
Terkonfirmasi: 3014
Meninggal: 175
Sembuh: 1498

6. Kalimantan Selatan
Terkonfirmasi: 2876
Meninggal: 178
Sembuh: 550

7. Sumatera Selatan
Terkonfirmasi: 1907
Meninggal: 80
Sembuh: 921

8. Papua
Terkonfirmasi: 1633
Meninggal: 7
Sembuh: 297

9. Banten
Terkonfirmasi: 1414
Meninggal: 79
Sembuh: 603

10. Sumatera Utara
Terkonfirmasi: 1370
Meninggal: 86
Sembuh: 356

11. Bali
Terkonfirmasi: 1263
Meninggal: 11
Sembuh: 730

12. Nusa Tenggara Barat
Terkonfirmasi: 1142
Meninggal: 49
Sembuh: 778

13. Sulawesi Utara
Terkonfirmasi: 984
Meninggal: 73
Sembuh: 171

14. Kalimantan Tengah
Terkonfirmasi: 817
Meninggal: 52
Sembuh: 335

15. Sumatera Barat
Terkonfirmasi: 720
Meninggal: 31
Sembuh: 571

16. Maluku
Terkonfirmasi: 691
Meninggal: 15
Sembuh: 196

17. Maluku Utara
Terkonfirmasi: 661
Meninggal: 31
Sembuh: 97

18. Kalimantan Timur
Terkonfirmasi: 483
Meninggal: 7
Sembuh: 359

19. Sulawesi Tenggara
Terkonfirmasi: 341
Meninggal: 5
Sembuh: 221

20. Kalimantan Barat
Terkonfirmasi: 313
Meninggal: 4
Sembuh: 241

21. DI Yogyakarta
Terkonfirmasi: 302
Meninggal: 8
Sembuh: 252

22. Kepulauan Riau
Terkonfirmasi: 291
Meninggal: 16
Sembuh: 215

23. Gorontalo
Terkonfirmasi: 243
Meninggal: 8
Sembuh: 195

24. Papua Barat
Terkonfirmasi: 233
Meninggal: 3
Sembuh: 150

25. Riau
Terkonfirmasi: 223
Meninggal: 10
Sembuh: 121

26. Kalimantan Utara
Terkonfirmasi: 197
Meninggal: 2
Sembuh: 151

27. Lampung
Terkonfirmasi: 187
Meninggal: 12
Sembuh: 137

28. Sulawesi Tengah
Terkonfirmasi: 183
Meninggal: 5
Sembuh: 147

29. Kep. Bangka Belitung
Terkonfirmasi: 148
Meninggal: 2
Sembuh: 130

30. Bengkulu
Terkonfirmasi: 124
Meninggal: 10
Sembuh: 88

31. Jambi
Terkonfirmasi: 114
Meninggal: 0
Sembuh: 66

32. Nusa Tenggara Timur
Terkonfirmasi: 113
Meninggal: 1
Sembuh: 40

33. Sulawesi Barat
Terkonfirmasi: 108
Meninggal: 2
Sembuh: 79

34. Aceh
Terkonfirmasi: 69
Meninggal: 2
Sembuh: 20

( tribunjogja.com / kompas.com )

Jumat, 26 Juni 2020

Studi: Covid-19 Bisa Merusak Otak, Picu Stroke Hingga Gejala Demensia

Studi: Covid-19 Bisa Merusak Otak, Picu Stroke Hingga Gejala Demensia


10Berita – Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Inggris menunjukkan bahwa Covid-19 bisa menyebabkan kerusakan otak yang memicu komplikasi seperti stroke, peradangan, psikosis, hingga gejala mirip demensia pada beberapa kasus yang parah.

Hasil studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal Lancet Psychiatry pada Kamis (25/6). Di mana para peneliti mengumpulkan data dari 125 kasus pada 2 hingga 26 April, ketika Covid-19 menyebar secara eksponensial di Inggris.

Para peneliti menegaskan, penemuan tersebut merupakan pandangan terperinci pertama pada serangkaian komplikasi neurologis. Sehingga perlu adanya penelitian yang lebih besar, khususnya agar bisa mencari perawatan bagi pasien.


“Ini adalah catatan penting dari komplikasi Covid-19 yang berhubungan dengan otak pada pasien yang dirawat di rumah sakit,”  ujar Profesor di University College London, Sarah Pett yang ikut memimpin penelitian.

Sangat penting bagi kami untuk terus mengumpulkan informasi agar benar-benar memahami virus ini sepenuhnya,” tambahnya seperti dikutip CNA.

Peneliti utama dalam studi tersebut, Benedict Michael dari Liverpool University, mengatakan penting untuk dicatat penelitian hanya berfokus pada kasus yang parah.

Berdasarkan penelitian, komplikasi otak yang paling umum terlihat adalah stroke. Dari 125 pasien, sebanyak 77 di antaranya mengalami stroke. Dari jumlah tersebut, sebagian besar pada pasien di atas 60 tahun dan sebagian besar disebabkan oleh bekuan darah di otak atau stroke iskemik.

Sumber: Eramuslim

Rabu, 24 Juni 2020

Terbaru, Para Peneliti di Italia Ungkap Covid-19 Bisa Mati Tanpa Vaksin karena Virus Makin Melemah

Terbaru, Para Peneliti di Italia Ungkap Covid-19 Bisa Mati Tanpa Vaksin karena Virus Makin Melemah

Petugas kesehatan China sedang mengetes kesehatan warga dari kemungkinan terinfeksi corona - STR/AFP

10Berita, JAKARTA -- Penemuan terbaru dari virus corona bahwa virus Covid-19 semakin melemah dan mati meski tanpa vaksin.

Dikutip Wartakotalive.com dari Telegraph para peneliti mengatakan 

"Itu seperti harimau yang agresif di bulan Maret dan April, tapi sekarang seperti kucing liar," kata seorang peneliti.

Bahkan pasien lanjut usia yang beberapa bulan divonis akan meninggal bisa duduk di tempat tidur dan bernapas tanpa bantuan. 

Coronavirus telah melemah dari waktu ke waktu, dan itu bisa mati tanpa perlu vaksin, seorang spesialis penyakit menular Italia terkemuka mengatakan kepada The Telegraph, Rabu (24/6/2020).

Wabah coronavirus telah menyebar ke seluruh dunia, menginfeksi jutaan orang dan mengakibatkan ratusan ribu kematian.

Sebagai hasilnya, ini telah memicu upaya besar oleh para peneliti di seluruh dunia untuk mengembangkan vaksin yang efektif.

Tetapi menurut Prof Matteo Bassetti, kepala klinik penyakit menular di Rumah Sakit Policlinico San Martino Italia, ini mungkin tidak perlu.

Bassetti menjelaskan kepada The Telegraph bahwa virus telah berubah dalam beberapa bulan terakhir.

"Kesan klinis yang saya miliki adalah bahwa virus ini berubah dalam tingkat keparahan," katanya.


"Pada bulan Maret dan awal April, polanya sama sekali berbeda. Orang-orang datang ke unit gawat darurat dengan penyakit yang sangat sulit ditangani, dan mereka membutuhkan oksigen dan ventilasi; beberapa mengembangkan pneumonia.

"Sekarang, dalam empat minggu terakhir, gambarannya benar-benar berubah dalam hal pola. Mungkin ada viral load yang lebih rendah di saluran pernapasan, mungkin karena mutasi genetik pada virus yang belum ditunjukkan secara ilmiah. Juga, kita sekarang lebih sadar akan penyakit dan mampu mengatasinya, " katanya.

"Itu seperti harimau yang agresif pada bulan Maret dan April, tetapi sekarang seperti kucing liar. Bahkan pasien usia lanjut, yang berusia 80 atau 90 tahun, sekarang duduk di tempat tidur, dan mereka bernapas tanpa bantuan. Pasien yang sama akan mati di dua atau tiga hari sebelumnya, "kata Bassetti.

"Saya pikir virus telah bermutasi karena sistem kekebalan tubuh kita bereaksi terhadap virus, dan kita memiliki viral load yang lebih rendah sekarang karena penguncian, memakai masker (dan) jarak sosial. Kita masih harus menunjukkan mengapa itu berbeda sekarang," dia kata.

"Ya, mungkin itu bisa hilang sama sekali tanpa vaksin. Kami memiliki lebih sedikit dan lebih sedikit orang yang terinfeksi dan bisa berakhir dengan virus sekarat."

Ini bukan pertama kalinya seorang pakar kesehatan berteori bahwa virus ini melemah.

Pada bulan Mei, Prof. Karol Sikora, seorang ahli onkologi dan kepala petugas medis di Rutherford Health di Inggris mengatakan kepada The Telegraph bahwa pandemi itu dapat berakhir mereda dengan sendirinya.

Namun, tidak semua orang setuju dengan pernyataan ini.

Berbicara kepada makalah, Dr. Bharat Pankhania, seorang dosen klinis senior di University of Exeter Medical School dan mantan konsultan Kesehatan Masyarakat Inggris, menyebut gagasan itu "optimis dalam jangka pendek," menambahkan bahwa dia tidak berharap itu akan mati. sangat cepat.

"Itu akan terjadi jika tidak ada orang yang menginfeksi. Jika kita memiliki vaksin yang berhasil maka kita akan dapat melakukan apa yang kita lakukan dengan cacar. Tetapi karena sangat menular dan menyebar, itu tidak akan hilang untuk waktu yang sangat lama ," dia berkata.

"Perkiraan saya berkisar dari 'tidak pernah' sampai - jika kita benar-benar beruntung dan itu semacam bermutasi dan bermutasi, mungkin kehilangan virulensi - kita berbicara bertahun-tahun," prediksi Pankhnia.

"Aku tidak setuju dengan Prof. Sikora bahwa nirwana sudah dekat."

Dokter Reisa Bagikan Tips Protokol Kesehatan Covid-19 di Pusat Perbelanjaan

Dalam rangka mendukung upaya adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat produktif dan aman Covid-19, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebagai bagian dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, telah mengeluarkan aturan mengenai protokol kesehatan bagi masyarakat yang berkumpul di tempat umum.
Dalam hal ini, tempat umum yang dimaksud meliputi pusat perbelanjaan, mal, pertokoan, dan sejenisnya.

Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan, panduan protokol tersebut tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 382 tahun 2020, tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum, yang dikeluarkan pada tanggal 19 Juni 2020.

Dalam surat keputusan Menkes tersebut, beberapa informasi penting bagi pengelola, maupun pengunjung pusat perbelanjaan adalah mulai dari pembatasan jumlah pengunjung.

Selain itu melakukan pemeriksaan suhu tubuh di semua pintu masuk pusat pembelanjaan dan aturan mengenai jam operasional, jam buka dan tutupnya mal.

"Jika, ditemukan pekerja atau pengunjung dengan suhu diatas 37,3 derajat Celcius, maka pengunjung tidak diperkenankan masuk. Jika, pengunjung tidak memakai masker, maka tidak diperbolehkan masuk juga," kata Dokter Reisa dalam siaran tertulis pada Senin (22/6/2020).

Pada saat memeriksa suhu para pengunjung, petugas wajib menggunakan masker dan pelindung wajah, atau face shield dan harus didampingi oleh petugas keamanan.

Kemudian, jarak antar etalase, antrean kasir, tangga eskalator dan lift juga harus diatur dengan batas minimal adalah satu meter.

"Jarak saat mengantri dengan memberi penanda di lantai minimal satu meter, seperti di pintu masuk kasir, dan juga lift, dan juga eskalator, dan membatasi jumlah orang yang masuk ke dalam lift dengan membuat penanda pada lantai lift," jelas Dokter Reisa.

Selanjutnya, masing-masing pengelola harus menerapkan pengaturan model transportasi untuk mencegah terjadinya kerumunan dan mengoptimalkan ruang terbuka serta agar tidak terjadi kerumunan.

Selain itu, Dokter Reisa juga mengatakan bahwa pengelola wajib memberikan informasi tentang larangan masuk bagi kerja dan pengunjung yang memiliki gejala yang merujuk pada Covid-19.

"Pengelola diminta memberikan informasi tentang larangan masuk bagi kerja dan pengunjung yang memiliki gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan atau sesak nafas, atau punya riwayat kontak dengan orang yang terkena Covid-19," jelasnya.

"Bagi kita yang terpaksa dan penting sekali harus ke mal, tolong perhatikan. Pastikan kita dalam kondisi yang sehat, jika mengalami gejala seperti yang tadi sudah saya jelaskan, tetaplah berada di rumah, dan segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan, apabila kondisi berlanjut," imbuh Dokter Reisa.

Bagi para pengunjung, Dokter Reisa juga menyarankan untuk selalu memakai masker dalam perjalanan ke dan dari mal dan selama berada di pusat perbelanjaan sejenisnya.

"Sering-sering cuci tangan pakai sabun dan air mengalir minimal selama 20 detik, atau gunakan hand sanitizer. Hindari menyentuh area wajah, seperti di mata, hidung, dan mulut, apalagi kalau belum cuci tangan. Tetap jaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain," jelasnya.
Apabila kemudian pusat pembelanjaan mal, atau pertokoan padat dengan aktivitas manusia, Dokter Reisa tidak menyarankan pengunjung memasuki area dalam kondisi tersebut.

"Jangan dipaksakan. Cari alternatif tempat lain atau pilih opsi belanja online, atau secara daring," terangnya.

Larangan Bagi Ibu Hamil, Balita dan Lansia

Selain itu, baik bagi para pedagang, pekerjaan, maupun pengunjung juga diminta agar tidak membawa sekelompok yang rentan, seperti ibu hamil, balita, anak-anak, lansia, dan penderita penyakit penyerta, atau penyandang disabilitas yang terlibat ke dalam pusat pembelajaan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwa protokol kesehatan tersebut diterbitkan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19 untuk memfasilitasi masyarakat yang beraktivitas kembali dalam situasi pandemi Covid-19, namun dengan mulai beradaptasi pada Kebiasaan Baru.

Kendati protokol kesehatan telah diterbitkan, namun Dokter Reisa tetap mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam berbelanja di tengah pandemi Covid-19.

"Apabila, resikonya terlalu tinggi, dan Anda ragu, jangan lakukan. Tetaplah tinggal di rumah dan cari alternatif lain berbelanja," pungkas Dokter Reisa. (CC/dam)

Sumber: Warta Kota

Sabtu, 20 Juni 2020

Gejala Covid-19 Makin Aneh, Hanya 6 Persen Merasa Sehat Usai Sembuh

Gejala Covid-19 Makin Aneh, Hanya 6 Persen Merasa Sehat Usai Sembuh

Ilustrasi pasien Covid-19 yang sedang dirawat. Penelitian mengungkapkan bahwa hanya 6 persen pasien sembuh yang merasa sehat sepenuhnya (AFP)

10Berita - Sejak awal kemunculan virus Korona di Tiongkok, gejala yang dirasakan oleh penderitanya umumnya adalah batuk, demam, dan sesak napas. Namun, belakangan virus ini memang makin aneh dan bermutasi. Setiap orang yang sakit, mungkin memiliki gejala yang berbeda. Bahkan, paling banyak yang tak bergejala atau gejala minimal. Dan banyak pula laporan yang menyatakan bisa kambuh usai dinyatakan sembuh.

Para ilmuwan di seluruh dunia berlomba untuk menemukan obat untuk Covid-19. Namun, masih ada begitu banyak ahli kesehatan medis yang tidak mengerti tentang karakter virus itu sendiri. Bagaimana virus itu mempengaruhi sistem kekebalan manusia karena pasien mengalami berbagai gejala dan kadang-kadang aneh seperti dilansir dari Science Times, Rabu (17/6).

Salah satu aspek yang terus membingungkan para dokter adalah bagaimana orang yang tampak normal dan sehat bisa terinfeksi Covid-19 yang bertahan selama berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan. Kasus ringan biasanya sembuh dalam waktu dua minggu, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sementara bagi mereka yang menderita dalam jangka waktu yang lebih lama, disebut sebagai 'long haulers' atau 'long-termers.'

Pakar Kesehatan dr Ron Elfebein menjelaskan bahwa mereka yang menderita Covid-19 dalam jangka panjang atau waktu yang lama, melaporkan bahwa mereka masih memiliki gejala seperti sesak napas, batuk, sakit kepala, demam, sulit berkonsentrasi, sakit dada, dan jantung berdebar. Dan hal itu berlangsung berbulan-bulan.


1. Pasien yang Sakit Jangka Panjang
Dari sebuah penelitian di Belanda awal bulan ini, mereka yang disurvei dengan kasus ringan ditemukan memiliki efek jangka panjang dari virus itu. Meski 85 persen dari mereka dianggap sehat sebelum dinyatakan positif atau Orang Tanpa Gejala (OTG). Setelah setidaknya satu bulan tertular virus, ternyata hanya 6 persen yang merasa diri mereka sudah sehat. Elfebein mengatakan bahwa mereka tidak begitu memahami ilmu pasti di balik fakta itu.

"Kami tidak benar-benar memahami patofisiologi mengapa gejala ini terus berlangsung," jelasnya.

Dia merenungkan apakah itu disebabkan oleh respons sistem kekebalan tubuh yang unik atau mungkin ada reaktivasi virus yang masih ada di dalam tubuh yang menyebabkan virus terus-menerus menyala dan kemudian mati.

2. Gejala Aneh
Misteri lain yang ditemukan oleh para ahli medis Swedia dalam penelitian baru-baru ini adalah adanya gejala gastrointestinal atau pencernaan yang mempengaruhi sekitar 12 persen pasien. Sravanthi Parasa dari Swedish Medical Center di Seattle menganalisis data sekitar 4.800 pasien yang sebagian kecil melaporkan diare, mual,, dan atau muntah.

Studi ini mencatat, bahwa pasien dengan infeksi SARS-CoV-2 dapat mengeluh gejala gastrointestinal dengan kemungkinan rute penularan fecal-oral virus dalam tinja. Tim menyimpulkan temuan ini dari kompilasi 29 studi.

Pada akhir Mei, anak-anak yang terinfeksi Coronavirus mengalami gejala peradangan langka yang tampak seperti penyakit Kawasaki. Pasien mengalami iritasi mata, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening, tangan, atau kaki. Hal yang menambah kebingungan adalah ketidakkonsistenan tes, seperti pasien yang diuji negatif, kemudian positif, kemudian negatif lagi.

Pakar Penyakit Menular Daniel Kuritzkes dari Divisi Brigham and Women's Hospital mengatakan kepada pasien yang mengalami sakit jangka panjang agar jangan berkecil hati dengan gejala yang masih menetap. Meskipun para ahli medis masih mengeksplorasi banyak misteri gejala Coronavirus, dia meyakini bahwa lama kelamaan pasien pasti akan pulih sepenuhnya.

"Berdasarkan apa yang kita ketahui tentang Coronavirus secara umum, sangat mungkin bahwa semua individu ini akan sepenuhnya pulih," ungkap Daniel.
Sumber:Jawapos.com

Kamis, 18 Juni 2020

PSBB Berakhir dan Mall Sudah Mulai Buka, WHO Khawatirkan Nasib Indonesia dan India yang Berpotensi Jadi Wuhan-nya Asia Tenggara

PSBB Berakhir dan Mall Sudah Mulai Buka, WHO Khawatirkan Nasib Indonesia dan India yang Berpotensi Jadi Wuhan-nya Asia Tenggara



Ilustrasi pasien virus corona.

10Berita- Indonesia dan India kini sedang menjadi perhatian badan kesehatan dunia (WHO).

Pasalnya, Indonesia dan India disebut-sebut berpotensi menjadi pusat episenter baru pandemi Covid-19.

Regional Director WHO kawasan Asia Tenggara bahkan telah mengeluarkan sebuah media briefing sebagai peringatan dan saran kehati-hatian untuk negara-negara di Asia Tenggara.

Memang saat ini diketahui titik episenter corona di dunia ada di negara Amerika dan Eropa.

Namun WHO berujar gelombang episenter wabah corona dari Amerika dan Eropa akan menuju Asia Tenggara.

Senior Advisor on Gender and Youth to the WHO DG, Diah Saminarsih, menyampaikan potensi pergeseran gelombang episenter wabah ke wilayah Asia Tenggara ini bisa jadi sangat besar jika tidak terkontrol dari sekarang.

Indonesia dan India disorot WHO karena termasuk negara yang padat penduduk

"Indonesia dan India, apabila epidemi tidak terkontrol di dua negara tersebut, maka kawasan Asia Tenggara menjadi episenter baru (Covid-19) di dunia," kata Diah dalam diskusi daring bertajuk "Hari Kesehatan Dunia 2020: Aksi Nyata Masyarakat Sipil di Masa Pandemi", Kamis (9/4/2020) seperti dikutip dari Tribunnews.


"Kita tentu ingin menghindari ini terjadi di kawasan Asia Tenggara, termasuk menghindari ini terjadi di Indonesia," ujar dia.

 

Oleh sebab itu, Diah berujar Indonesia sebagai negara yang "terlambat" terinfeksi virus corona bisa mengambil pelajaran akan hal-hal yang dilakukan di negara lain.

Sementara itu di Indonesia sendiri kini pemerintah tengah melaksanakan masa transisi menuju keadaan normal baru.

Dikabarkan pada masa transisi ini masyarakat mulai diberi kelonggaran untuk beraktivitas di luar rumah dan mengakses transportasi umum.

Mall dan pusat perbelanjaan pun sudah dibuka demi berjalannya roda ekonomi Tanah Air.

Padahal sejak awal diberlakukan darurat Corona, kasus Covid-19 di Indonesia belum kunjung mengalami penurunan.

Hingga Rabu (17/6/2020) berdasarkan data pemerintah justru kasus Covid-19 terus mengalami pelonjakan.

Dilaporkan terjadi penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 1.031 orang. Sehingga jumlah akumulasi pasien positif Covid-19 sebanyak 41.431 orang.

Sementara itu jumlah pasein positif Covid-19 yang meninggal dunia bertambah sebanyak 45 orang dan 540 kasus pasien dilaporkan sembuh.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto Yurianto seperti dikutip Kompas.com menyebutkan masih banyak terdapat penularan di masyarakat.

Sumber: nikita.id