OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label KISAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KISAH. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 Oktober 2020

Lahir di dalam Ka'bah

 Lahir di dalam Ka'bah

 



Lahir di dalam Ka'bah

Dalam sejarah Ka'bah, satu-satunya manusia yang lahir didalam Ka'bah adalah sahabat agung bernama Hakim bin Hizam رضي الله عنه

Umur beliau 120 tahun, menariknya separoh dari umur beliau dihabiskan dalam kegelapan kesyirikan dan separohnya dalam indahnya Islam. 

Beliau masuk Islam di umur 60 tahun ketika terjadinya Fathu Makkah di tahun 8 hijriyah.

Kelahiran Hakim bermula dari perjalanan sang ibu yang pergi bersama kelompoknya ke Ka'bah yang masih dipenuhi berhala. Mereka datang untuk pemujaan. Ketika menjalankan ritual jahiliyah tersebut, sang ibu mengalami kontraksi. Perutnya sakit. Dia kemudian masuk ke dalam Ka'bah beralaskan tikar. Di sanalah proses persalinan berlangsung.

Ayah bayi tersebut Hasyim merupakan anak laki-laki Khuwailid. Hakim merupakan keponakan Khadijah binti Khuwailid istri Rasulullah yang paling dicintainya.

Hakim kecil tumbuh di sebuah keluarga kaya dan terhormat. Keluarganya menyandang status terhormat, sehingga masyarakat Arab ketika itu menundukkan kepala dan segan kepada mereka.

Kecerdasan dan kesantunan menjadi ciri yang membedakannya dengan anak-anak lain seusianya. Dua ciri itu membuatnya dihormati oleh masyarakat setempat.

Hakim pernah mendapatkan tugas untuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkan dan yang kehilangan harta benda selama ziarah ke al-Haram. Amanah itu dijalankannya dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Tak jarang bahkan dia menggunakan hartanya sendiri untuk membantu para peziarah al-Haram.

Hakim dikenal juga sebagai sahabat kecil Rasulullah. Meski usianya lima tahun lebih tua, dia selalu meluangkan waktu untuk bermain bersama Nabi. Persahabatan keduanya pun amat menyenangkan.

Rasulullah sangat menyayangi Hakim, karena keakraban yang mereka jalin sejak lama. Hubungan keduanya semakin erat ketika Nabi menikahi Khadijah.

Kisah mengejutkan adalah meski persahabatan keduanya terjalin sejak lama, Hakim tidak serta-merta meyakini ajaran yang dibawa Nabi Muhammad. Sikap masyarakat Makkah yang ketika itu lebih banyak menolak dakwah Rasulullah memengaruhi pendirian Hakim. Sehingga, dia lebih memilih suara mayoritas yang mempertahankan keyakinan lama menyembah berhala.

Dia baru mendapatkan hidayah setelah akhir-akhir hidup Rasulullah, tepatnya setelah Pembebasan Kota Makkah (Fathu Makkah). Lebih dari 20 tahun setelah Muhammad menjadi Nabi, dia baru mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.

Banyak orang mengira sosok Hakim dengan akal sehat dan sahabat baik Rasulullah akan mendapatkan hidayah dan orang yang pertama memercayai Rasulullah. Namun, itu tidak terjadi.

Meskipun dia agak lama menerima Islam, pada akhirnya dia mendapat hidayah tersebut. Bahkan sepanjang hidupnya, dia selalu menangis karena lamban mengimani Islam.

Putranya pernah bertanya kepada Hakim mengapa menangis setelah menerima Islam. Baginya waktu 20 tahun terlalu lama untuk mendapatkan hidayah tersebut. Padahal, menurut Hakim, menerima Islam berarti akan memberinya banyak kesempatan untuk berbuat kebaikan.

Hidupnya terhindar dari Pertempuran Badar dan juga Uhud. Setelah Uhud, dia mengaku tidak akan membantu masyarakat Quraish melawan Muhammad.

"Semoga damai dan rahmat Tuhan besertanya, dan saya tidak akan meninggalkan Makkah. Kemudian, setiap kali saya merasa ingin menerima Islam, saya akan melihat pria lain di antara orang Quraisy. Orang-orang yang memiliki kekuatan dan kedewasaan yang tetap melekat pada gagasan dan praktik jahiliyah dan saya akan sejalan dengan mereka," kata dia.

Hakim memeluk Islam sepenuh hati. Dia bersumpah pada dirinya akan menebus apa pun yang telah dia lakukan selama masa Jahiliahnya. Berapa pun jumlah nyawa yang telah dia habiskan untuk menentang Nabi, akan digantinya dengan menghabisi musuh Islam.

Nabi sempat berkata, mana mungkin pria yang santun dan pengertian seperti Hakim bersembunyi dari Islam. Untuk waktu yang lama, Nabi sangat berharap bahwa dia dan sekelompok orang seperti dia akan berinisiatif menjadi Muslim.

Pada malam sebelum Fathu Makkah, Rasulullah berkata kepada teman-temannya, ada empat orang di Makkah yang dianggap lebih penting berurusan dengan syirik. Rasulullah sangat berharap mereka akan memeluk Islam. "Siapakah mereka, wahai Rasulullah?" tanya teman-temannya.

"Attab bin Usaid, Zubair bin Mutim, Hakim bin Hasyim dan Suhail bin Amr," kata Nabi.

Dengan rahmat Tuhan, mereka semua menjadi Muslim. Ketika masuk ke Makkah untuk pembebasan Rasulullah memerintahkan penggembala untuk memberitakan, "Barang siapa menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang tidak memiliki pasangan dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, dia akan aman."

"Siapa pun yang duduk di Ka'bah dan meletakkan senjatanya, dia aman."

"Siapa pun yang memasuki rumah Abu Sufyan, dia aman."

"Siapa pun yang masuk ke rumah Hakim bin Hasyim, dia akan aman."

Rumah Abu Sufyan berada di bagian paling atas di Makkah. Sedangkan rumah Hakim berada di bagian bawah kota. Dengan memproklamasikan rumah-rumah ini sebagai tempat-tempat perlindungan, Nabi dengan bijaksana memberikan pengakuan kepada Abu Sufyan dan Hakim. Hal itu mempermudah misi Rasulullah untuk mengislamkan mereka.[ROL]

Senin, 03 Agustus 2020

AL-QUR'AN DAN SANG JENDERAL

AL-QUR'AN DAN SANG JENDERAL




AL-QUR'AN DAN SANG JENDERAL

Suatu sore, thn 1525 di sebuah Penjara di Spanyol, suasana di situ terasa hening mencengkam.

Jendral Adolfo Roberto, pemimpin penjara yg terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.

Setiap sipir penjara membungkukkan badannya serendah mungkin ketika 'Algojo Penjara' itu berlalu di hadapan mereka.

Karena kalau tidak, sepatu 'Jungle' milik tuan Roberto itu akan mendarat di wajah mereka.

Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar suara seseorang membaca Ayat2 Suci yang amat ia benci.

"Hai ... hentikan suara jelekmu ! Hentikan ...!!!" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakkan mata.

Namun apa yang terjadi ? Lelaki di kamar tahanan tadi tetap saja membaca & bersenandung dengan khusyu'nya

Roberto bertambah berang.

Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yg sempit.

Dgn congak ia meludahi wajah renta sang tahanan yg keriput hanya tinggal tulang.

Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dgn rokoknya yg menyala.

Sungguh ajaib ... tak terdengar secuil pun keluh kesakitan.

Bibir yg pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo.

Bibir keringnya hanya berkata lirih "Robbi, wa-ana 'abduka ...".

Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata,
"Bersabarlah wahai ustadz ... Insya Allah tempatmu di Syurga".

Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya.

Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai.

"Hai orang tua busuk...!! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu ?!

Aku tidak suka apapun yang berhubung dengan agamamu....!!!

Sang Ustadz lalu berucap, "Sungguh ... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah SWT.

Karena kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemui-Nya.

Maka patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk ?

Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk orang2 yg dzolim".

Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung-huyung.

Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah.

Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'Buku Kecil'.

Adolfo Roberto bermaksud memungutnya.

Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.

"Berikan buku itu, hai laki-laki dungu !" bentak Roberto.

"Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini !", ucap sang ustadz dgn tatapan menghina pada Roberto.

Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu.

Sepatu laras berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah.

Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati.

Namun tidak demikian bagi Roberto.

Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus.

Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.

Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran.

Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh

Mendadak algojo itu termenung dan berkata dalam hatinya :

"Ah ... sepertinya aku pernah mengenal buku ini.

Tapi kapan ? Ya, aku pernah mengenal buku ini." suara hati Roberto bertanya-tanya.

Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu.

Pemuda berumur 30 tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu.

Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu.

Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Spanyol.

Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustadz yang sedang sakarat melepas nafas-nafas terakhirnya.

Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam.

Mata Roberto rapat terpejam.

Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang di alaminya sewaktu masih kanak-kanak dulu.

Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto.

Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini.

Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia).

Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa.

Beribu-ribu jiwa kaum muslimin yg tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia.

Di ujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi.

Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.

Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.

Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap.

Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua.

Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan.

Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang Ummi (ibu) yang sudah tak bernyawa, sembari menggayuti abaya hitamnya.

Sang bocah berkata dengan suara parau, "Ummi.. ummi.. mari kita pulang. Hari sudah malam.

Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa ....?

Ummi, cepat pulang ke rumah ummi ..."

Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya.

Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa.

Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah.

Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi ... Abi ... Abi ..." Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

"Hai ... siapa kamu?!" teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah.

"Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi ..." jawab sang bocah memohon belas kasih.

"Hah ... siapa namamu bocah ?.

Coba ulangi !" bentak salah seorang dari mereka

"Saya Ahmad Izzah ..." sang bocah kembali menjawab dengan rasa takut.

Tiba-tiba "plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah.

"Hai bocah ...! Wajahmu bagus tapi namamu jelek.

Aku benci namamu.
Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus.

Namamu sekarang 'Adolfo Roberto' ... Awas !

Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu.

Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu.

Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata.

Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar dari lapangan Inkuisisi.

Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.

Roberto sadar dari renungannya yang panjang.

Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan.

Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz.

Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu.

Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris, "Abi ... Abi ... Abi ..."

Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu.

Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya.

Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapaknya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya.

Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bagian pusarnya.

Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah.

Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini.

Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut,

"Abi ... aku masih ingat alif, ba, ta, tsa ..."

Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya.

Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya.

Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat orang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya.

"Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu ..."

Terdengar suara Roberto memelas.

Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya.
Air matanya pun turut berlinang.

Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini.

Sungguh tak masuk akal.

Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.

Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap. "Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy.

Belajarlah engkau di negeri itu".

Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Dua Kalimah Syahadat..!

Beliau pergi menemui Robbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang di bumi yang fana ini.

Kemudian.....

Ahmad Izzah telah menjadi seorang Ulama Besar di Mesir.

Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agama Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya.

Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru dunia berguru kepadanya ... Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy.

Firman Allah :

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus,tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. 30:30)

Sumber: Eramuslim

Minggu, 28 Juni 2020

Seorang Muslim Dipecat karena Meminta Waktu untuk Sholat

Seorang Muslim Dipecat karena Meminta Waktu untuk Sholat


Sholat (ilustrasi). Seorang pria dipecat dari pekerjaannya karena meminta izin sholat.

10Berita, WASHINGTON -- E'Lon Brown (37 tahun) dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja. Brown diberhentikan lantaran izin meminta diberikan kesempatan untuk menunaikan waktu sholat fardlu dan sholat Jumat.
Brown bekerja untuk Automatic Distributor Corp dan SttlaffMax. Perusahaan tempatnya bekerja itu menolak permintaannya sehingga ia melalui pengacaranya mengajukan keluhan kepada Komisi Ketenagakerjaan A.S. Amerika Serikat dan Komisi Hak Sipil Indian atas tuduhan diskriminasi.
Brown sudah bekerja selama satu minggu. Brown bekerja untuk Distributor Otomatis, yang berbasis di Bangor, Maine, tetapi memiliki lokasi di 5111 W. 76th St. Ia dipekerjakan melalui StaffMax, yang merupakan agen kepegawaian di Speedway.
Dalam surat keluhan tersebut, Brown merupakan seorang Muslim sehingga wajib hukumnya untuk menjalankan sholat fardlu lima waktu dan solat Jumaat berjamaah. Brown meminta diberikan keringanan waktu untuk melakukan sholat fardlu selama 5-10 menit, sedangkan untuk melaksanakan sholat Jumat, ia izin untuk diberikan waktu satu jam.
Brown bekerja sebagai pengepak di lokasi Indianapolis Distributor Otomatis pada 17 Desember 2019. Jarak perusahaanya dengan masjid hanya lima menit dan ia meminta akomodasi keagamaan melalui StaffMax untuk menjalankan kewajibannya itu sebagai Muslim.
Brown mengatakan kedua pengawasnya menerima permintaannya tetapi menolaknya. Ketika Brown menindaklanjuti kembali permintaannya pada minggu selanjutnya, salah satu pengawas mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak dapat mengabulkan permintaan Brown.
Pengawas tersebut menyatakan, bahwa jika memberikan izin kepada Brown artinya mereka juga harus mengabulkan semua orang juga. "Mereka harus mengakomodasi semua orang, yang tidak bisa mereka lakukan," kata pengaduan.
Kemudian, pada 26 Desember, Brown mengaku menerima pesan teks dari StaffMax yang menyatakan memutuskan hubungan kerjanya. Seorang karyawan StaffMax kemudian mengkonfirmasi bahwa pekerjannya dihentikan karena kebutuhan keagamaannya itu.
Keluhan tersebut menuduh StaffMax dan Distributor Otomatis melanggar Judul VII Undang-Undang Hak Sipil 1964, yang melarang diskriminasi berdasarkan agama seseorang.
Pengacara Brown, Zanah Ghalawanji, yang bekerja untuk Dewan Dana Pertahanan Hukum Hubungan Amerika-Islam, mengatakan kepada IndyStar bahwa dia dan kliennya berharap perusahaan akan menerapkan kebijakan yang akan memungkinkan karyawan untuk meminta akomodasi keagamaan yang wajar.
"Undang-undang sudah mewajibkan perusahaan memberikan akomodasi yang wajar selama akomodasi itu tidak membebani perusahaan," ujar Ghalawanji dilansir Indystar pada Sabtu (27/6).
"Tidak ada alasan untuk tidak memberikannya. Brown sepenuhnya ditolak, dan Distributor Otomatis mengatakan bahwa mereka tidak akan mengakomodasi siapa pun di perusahaan," lanjut Ghalawanji.
Menanggapi keluhan tersebut, StaffMax mengaku belum mendapatkan salinan keluhan dan perusahaan membantah tuduhan diskriminasi tersebut.
"Kami sangat mendukung semua undang-undang ketenagakerjaan, federal, dan negara bagian," kata Martin Cain, salah satu pemilik StaffMax.
"Ini adalah dugaan diskriminasi agama kepada kami yang pertama kali," ujarnya.
Menurutnya, seharusnya sebelum memulai bekerja hal-hal seperti itu harus lebih dulu dibicarakan.

Sumber: Republika 

Rabu, 17 Juni 2020

Trauma Eropa Invansi Berdarah Ottoman dan Syahidnya Murad I

Trauma Eropa Invansi Berdarah Ottoman dan Syahidnya Murad I




10Berita, Kehadiran dinasti Islam ke dataran Eropa banyak dicatat dalam sejarah. Tepat pada 15 Juni kemarin kala 1389 lalu, menjadi hari berlangsungnya pertempuran Kosovo antara Islam dan Bangsa Barat. Kala itu Islam telah mendominasi Eropa Timur setelah menundukkan Balkan dan mendirikan kekaisaran Ottoman.

Osman Bey, pendiri Turki dari kekaisaran Ottoman, terus melakukan penyebaran Islam ke penjuru Eropa Timur. Dia mengutus putranya, Ibn Batutua dan penerusnya, Orhan untuk menggantikannya, mengingat saat itu, 1323, Osman Bey harus terbaring sekarat karena penyakitnya.

Saat menjalankan misinya, Ibn Batutua dan Orhan berhasil merebut kekuasaan di kota-kota Kristen. Mulai dari Smyrna pada 1329, Nicea di 1331, dan Nicomedia pada 1337. Kekuasaan Kristen terus berjatuhan ke tangan mereka bagaikan domino.

Pada 1340, seluruh Anatolia barat laut berada di bawah kendali orang Turki. Pada 1354, orang Turki Ottoman, di bawah kekuasaan putra Orhan, Suleiman, berhasil menyeberang Dardanella dan masuk ke kota Gallipoli dan membangun pijakan pertama mereka di Eropa. Seorang sejarawan Ottoman menulis, saat melakukan penaklukkan Gallipoli, Suleiman menghancurkan gereja-gereja atau mengkonversikannya menjadi masjid. Suleiman juga menghancurkan bel-bel gereja dan melemparkannya ke dalam api. "Jadi, sebagai ganti bel ada sekarang muadzin," tulisnya yang dikutip di PJ Media, Selasa (16/6).


Sejak 'pembersihan' itu, Gallipoli menjadi kota kebanggaan Ottoman yang diibaratkan sebagai tenggorokan Muslim yang menelan (menghancurkan) setiap bangsa Kristen. Penyerangan berkedok misi keagamaan itu, terus berlanjut melumpuhkan seluruh perdesaan sekitar Gallipoli.

“Mereka hidup dari busur dan pedang mereka, berpestapora dan menemukan kesenangan saat mengambil budak, mengabdikan diri mereka untuk membunuh, menjarah, merusak,” jelas Gregory Palamas, seorang metropolitan Orthodox yang sempat ditawan di Gallipoli.

"Mereka tidak hanya melakukan kejahatan ini, tetapi bahkan mereka percaya bahwa Tuhan menyetujuinya kejahatan mereka!" sambung Palamas.

Setelah kematian Orhan pada 1360, di bawah kepemimpinan putranya, Murad I, pemimpin pertama yang mengadopsi gelar Sultan, mulai melancarkan misi ke wilayah barat Balkan mulai dari Bulgaria dan Makedonia. Kekuasaan Turki yang semakin mencekik wilayah-wilayah Eropa membuat orang-orang berbondong-bondong mendukung tekad Pangeran Lazar dari Serbia untuk mengalahkan pasukan Murad pada 1387.

“Ada kegembiraan membuncah di antara orang-orang Slavia Balkan. Orang-orang Serbia, Bosnia, Albania, Bulgaria, Wallachian, dan Hongaria dari provinsi-provinsi perbatasan semuanya bersatu di sekitar Lazar, dalam sebuah tekad untuk mengusir orang-orang Turki keluar dari Eropa," ujar Palamas.

Murad menanggapi kelancangan ini pada 15 Juni 1389, di Kosovo. Dalam pertempuran itu, pasukan Lazar yang terdiri dari 12 ribu orang koalisi mayoritas Serbia, dan kontingen Hungaria, Polandia dan Rumania, berperang melawan 30 ribu pasukan Utsmani dibawah komando sang sultan.

Pada malam sebelum pertempuran, Murad memohon syahid atas kematiannya. Suatu saat menjelang akhir pertempuran, doanya terkabul. Menurut sejarah, datanglah Milose Obilić, seorang kesatria Serbia, ke hadapan Murad. Obilić diketahui bekerjasama dengan Lazar untuk mengalahkan Murad.


Saat dia berlutut dalam penyerahan palsu, dia menerjang dan menikam belati jauh ke dalam perut sang panglima perang Muslim. Pembalasan pasukan Murad atas penghianatan itu dilakukan dengan menggulingkan pasukan Serbia.

Meski telah sekarat karena mengalami pendarahan serius, namun Murad masih diberikan waktu yang cukup lama untuk menikmati penyiksaan atas musuh bebuyutannya. Lazar yang saat itu berhasil ditangkap, lalu disiksa dan dipenggal di hadapannya.

Setelah kekalahan pasukan Lazar, akibat jumlah pasukan yang tidak imbang, membuat pasukan burung bangkai berpesta sambil menikmati ribuan bangkai yang memenuhi Kosovo. Saking banyaknya burung bangkai yang berpesta di Kosovo, kota itu dinamai sebagai Field of Blackbirds.

Bertahun-tahun setelah pertempuran Kosovo, pasukan Ottoman menjadi tak terhentikan. Muslim terus menaklukkan semakin banyak wilayah di Eropa, Konstantinopel bahkan secara permanen jatuh ke tangan Islam pada 1453.

Ingatan tentang peristiwa menyedihkan akibat pasukan Muslim masih banyak terekam di ingatan orang-orang Eropa Timur. Membuat mereka memasang mode waspada terhadap imigran Muslim yang datang ke wilayah mereka. Kewaspadaan ini diungkapkan Perdana Menteri Hongaria, Victor Orbán.

Dalam pernyataannya, dia mengungkapkan pilihannya untuk membatasi jumlah komunitas Muslim di negaranya. Alasan tersebut tak lain sebagai perlindungan diri sekaligus upaya pencegahan segala resiko yang mungkin saja disebabkan oleh komunitas Muslim.

"Kami tidak ingin mengkritik Prancis, Belgia, negara lain, tetapi kami pikir semua negara memiliki hak untuk memutuskan apakah mereka ingin memiliki banyak Muslim di negara mereka. Jika mereka ingin hidup bersama dengan mereka, mereka bisa. Tapi kami tidak ingin dan saya pikir kami memiliki hak untuk memutuskan bahwa kami tidak ingin banyak orang Muslim di negara kami," ujar Victor yang dikutip di PJ Media.

"Kami tidak suka konsekuensi memiliki sejumlah besar komunitas Muslim yang kami lihat di negara lain, dan saya tidak melihat adanya alasan bagi orang lain untuk memaksa kami menciptakan cara hidup bersama Muslim di Hongaria yang tidak ingin kami lihat. Saya harus mengatakan bahwa untuk hidup bersama dengan komunitas Muslim, kami terus mengingat pengalaman menyakitkan, saat kekaisaran Ottoman Islam menguasai Hongaria yang dipenuhi pembantaian dan perbudakan orang Hongaria, yang kami jalani selama 150 tahun," tutupnya.

Sumber: https://pjmedia.com/culture/raymond-ibrahim/2020/06/15/today-in-history-islam-ascends-over-a-european-field-of-carnage-n531295, REPUBLIKA.CO.ID,

Suka Berbagi dan Enggan Berselisih, Rasulullah SAW Sebut Orang Ini Sebaik-baiknya Lelaki

Suka Berbagi dan Enggan Berselisih, Rasulullah SAW Sebut Orang Ini Sebaik-baiknya Lelaki


Ilustrasi (Istimewa).

1 pada Berita - Dr. Khalid Zeed Abdullah Basalamah, Lc., M.A. atau lebih dikenal sebagai Ustadz Khalid Basalamah menyebut, Rasulullah SAW pernah memuji seorang sahabat sebagai sebaik-baiknya lelaki atau lelaki baik yang ideal.

Sahabat itu adalah Abu Ubaidah bin Jarrah. 

Baca Juga : 8 Tahun Dampingi Rasulullah SAW, Ini Sahabat yang Wafat Paling Akhir

Dalam sebuah riwayat disampaikan, Abdullah pernah bertanya kepada Aisyah RA siapa sahabat yang paling Rasulullah SAW cintai.

Kemudian Aisyah menjawab Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Lhattab, dan Abu Ubaidah.

Abu Ubaidah dicintai setelah kedua sahabat yang sangat masyhur tersebut.

Rasulullah SAW pernah memuji Abu Ubaidah sebagai sebaik-baiknya lelaki.

Dalam hadits yang diriwayatkan Tirmidzi Rasulullah SAW berkata, "Sebaik-baiknya lelaki dalam segala hal adalah Abu Ubaidah bin Jarrah,".

Kebaikan dari Abu Ubaidah itupun pernah disampaikan dalam berbagai riwayat dan kisah.

Salah satunya adalah ketika Rasulullah SAW mengutus Abu Ubaidah untuk menguatkan pasukan Amru bin Ash.

Saat itu Amru bin Ash dikirim Rasulullah SAW ke sebuah kawasan yang akan menyerang Madinah.


Amru bin Ash yang dikenal akan strategi perangnya melihat bahwa pasukan musuh sangat besar.

Sehingga, dia berkirim surat untuk meminta bantuan kepada Rasulullah SAW.

Maka Rasulullah SAW saat itu membentuk pasukan baru yang dipimpin Abu Ubaidah bin Jarrah yang di dalamnya ada Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

Maka Rasulullah SAW berkata kepada Abu Ubaidah, "Jika engkau bertemu dengan Amru bin Ash, maka jangan berselisih paham,".

Pasukan Ubaidah kemudian tiba di wilayah Salasil, di mana pasukan Amru bin Ash berada.

Saat Amru bin Ash dan Ubaidah bin Jarrah bertemu, maka Amru bin Ash berkata jika Ubaidah adalah pasukan yang dikirim untuk membantu Amru. 

Dengan begitu, Ubaidah akan berada di bawah pimpinannya.

Kemudian Ubaidah menjawab jika ia diutus Rasulullah SAW, maka ia akan memimpin pasukannya dan Amru bin Ash akan memimpin pasukannya sendiri.

Kemudian Amru berkata, "Tidak bisa, saya memimpin sejak awal. Maka kamu harus bisa mengalah,".

Abu Ubaidah kemudian berkata, "Baiklah Amru, jika engkau tak mau mengambil pendapatku tadi, maka aku mengambil wasiat dari Rasulullah SAW agar saya dan kamu tak berselisih paham. Maka silahkan jika engkau inginkan aku masuk dalam pasukanmu aku akan ikut,".

Kemudian Amru bin Ash menjadi pemimpin.

Pada kisah lain, tepatnya dalam perang Dzatul Khabar, Abu Ubaidah ditunjuk sebagai pemimpin.

Saat itu Rasulullah SAW hanya memberi bekal kurma sangat sedikit dengan perjalanan yang sangat jauh.

Baca Juga : Misteri Hadis Rasulullah yang Belum Tersampaikan, Ada Sahabat yang Pilih Menyembunyikan!

Pasukan tersebut bersabar dan Abu Ubaidah senantiasa memberi motivasi agar pasukan bersabar.

Setiap harinya, Abu Ubaidah hanya memberi satu butir kurma kepada seluruh pasukan.

Sampai pada akhirnya mereka kehabisan kurma. 

Sebagian riwayat menyebut jika pasukan tersebut kehabisan kurma saat akan menghadapi musuh, namun sebagian lagi berpendapat jika kurma telah habis setelah peperangan.

Saat itu dikatakan jika kurma dibagikan seluruhnya kepada pasukan perang, dan ada satu sahabat yang tak kebagian kurma.

Maka Abu Ubaidah menyerahkan kurmanya tersebut kepada mujahid tersebut.

Lantas saat hendak kembali ke Madinah, tiba-tiba di perjalanan dari kejauhan pasukan melihat sesuatu yang sangat gelap, dan saat didekati itu merupakan seekor ikan.

Sangking besarnya, Abu Ubaidah memerintahkan agar unta dan orang tertinggi melewati tak sampai pada tulang rusuk.

Bangkai ikan itu pun kemudian dimakan oleh pasukan tersebut. Sebagaimana diketahui, daging ikan laut tersebut halal.

Daging ikan tersebut tak habis saat dimakan pasukan beberapa hari.

Hingga akhirnya pasukan mengambil daging ikan tersebut untuk dibagikan di Madinah, termasuk buah tangan untuk Rasulullah SAW.

Saat mereka tiba di Madinah, mereka menceritakan pengalaman tersebut kepada Rasulullah SAW.

Lalu Rasulullah SAW mendapatkan wahyu dan berkata, "Rizki yang telah Allah limpahkan kepada kalian. Apakah kalian masih membawa sebagian dagingnya untuk kami mencicipinya?".

Sebagian ulama sepakat, kemunculan ikan yang entah dari mana itu diyakini diberikan Allah SWT kepada Ubaidah bin Jarrah.

Kemudian kisah kebaikan lain dari Abu Ubaidah adalah saat Rasulullah SAW meninggal, dan orang Madinah berkumpul untuk menunjuk khalifah.

Saat itu Abu Bakar dan Umar turut hadir dan saling mengingatkan sebagaimana pesan Rasulullah SAW.

Umar saat itu berkata jika yang paling layak adalah Abu Bakar, dan Abu Ubaidah datang serta memegang tangan Abu Bakar.

Abu Ubaidah berkata, "Orang ini tidak ada yang bisa mengalahkan setelah Rasulullah SAW. Saya akan membaiatnya. Adakah orang yang bisa mengalahkan Abu Bakar?". 

Maka semua terdiam, dan terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah.

Sumber: makangtimes

Minggu, 14 Juni 2020

Duel Maut saat Perang Uhud Berhasil Buat Pasukan Terdiam Sesaat

Duel Maut saat Perang Uhud Berhasil Buat Pasukan Terdiam Sesaat


Ilustrasi (Istimewa).

10Berita - Berbagai kisah menarik tentang Perang Uhud banyak diketahui melalui sederet riwayat yang disampaikan. Salah satu yang cukup terkenal adalah kisah duel antara sahabat Rasulullah SAW, yaitu Abu Dujanah Simak bin Kharasha, dengan seorang pasukan kafir Quraisy yang memiliki tubuh sangat kekar dan kuat.

Dr Khalid Zeed Abdullah Basalamah Lc MA atau lebih dikenal sebagai Ustaz Khalid Basalamah menyampaikan, Rasulullah SAW dalam Perang Uhud pernah memegang pedang dan berkata, "Siapa yang mau memberikan haknya Allah dan Rasulullah di pedang ini?"

Maka Hamzah berdiri dan berkata, "Saya ya Rasulullah."

Baca Juga : Sudah Coba Kalkulator Pahala dan Dosa? Ini Penjelasan Pencipta Aplikasi Raqib Atit

Namun Rasulullah tak memberikan pedang itu. Lalu Rasulullah kembali bertanya hal yang sama. Kali ini, Ali bin Abi Thalib berdiri dan hendak mengambil pedang tersebut. Lagi-lagi Rasulullah SAW menariknya dan tak memberikan kepada Ali.

Hingga pada pertanyaan yang ketiga, maka berdiri sahabat Rasulullah SAW, Miqdad yang disebut memiliki kekuatan 1.000 pasukan. Saat Miqdad berdiri, Rasulullah SAW juga tak menyerahkan pedang tersebut.

Pertanyaan yang sama pun dilontarkan hingga kali keempat. Dan kali ini Abu Dujanah Simak bin Kharasha berdiri dan bertanya, "Ya Rasulullah, apa haknya Allah dan Rasulullah di pedang itu?"


Maka Rasulullah berkata, "Engkau mengambilnya dan hantamkan dia ke musuhmu sampai pedang ini bengkok."

Lalu Abu Dujanah Simak bin Kharasha berkata, "Baik Rasulullah, saya akan berikan haknya. Kasih saya pedangnya."

Lalu Rasulullah menyerahkan pedang itu kepada Abu Dujanah karena Rasulullah sebelumnya memang menginginkan para sahabat bertanya terlebih dulu tentang apa hak pedang tersebut.

Diambillah pedang itu oleh Abu Dujanah dan dia langsung menggunakan imamah atau ikat kepala berwarna merah yang artinya siap mati. Kemudian Abu Dujanah mengayunkan pedang itu di hadapan musuh dan orang Quraisy sebelum perang dimulai.

Lalu Rasulullah berkata, "Sungguh perilaku Abu Dujanah dibenci Allah. Itu perilaku sombong. Kecuali di medan perang kalian boleh tunjukkan kemampuan kalian."

Baca Juga : Raisa Tanya Fungsi Bulu Ketek, Cuitan Lawas Viral Gara-Gara Reaksi Tak Biasa Warganet

Kemudian Abu Dujanah itu pun memegang pedang tersebut. Singkat cerita, seorang sahabat pun melihat setiap pergerakan Abu Dujanah. Sahabat tersebut juga bertemu dengan salah seorang musuh yang sangat kekar dan kuat.

Sahabat itu lalu berdoa agar musuh dengan tubuh kuat dan jekar itu dipertemukan dengan Abu Dujanah. Doa sahabat itu dikabulkan. Abu Dujanah dipertemukan dengan pria kuat dari kalangan musuh tersebut.

Terjadilah duel di antara dua pria kuat tersebut. Duel keduanya begitu kuat, sampai membuat para pasukan berhenri bertarung dan menyaksikan duel antara kedua orang  kuat dari golongan muslim dan Quraisy itu.

Sumber:

Sampai pada akhirnya, Abu Dujanah ditebas dengan pedang dan ditangkis dengan perisai yang dipegang Abu Dujanah. Perisai itu sampai terbelah dan pedang musuh Abu Dujanah itu menempel pada perisai.

Tak lama, Abu Dujanah langsung menebaskan pedangnya hingga membuat tubuh musuhnya terbelah menjadi dua. Maka matilah orang kafir itu. Sahabat yang menyaksikan dan berdoa agar Abu Dujanah dipertemukan dengan pria kekar itu pun tersenyum.

Sumber:MALANGTIMES

Kamis, 28 Mei 2020

Yahudi Memberi Tahu Umar bin Khattab Ada Malaikat di Sisinya

Yahudi Memberi Tahu Umar bin Khattab Ada Malaikat di Sisinya

Yahudi Memberi Tahu Umar bin Khattab Ada Malaikat di Sisinya. Foto: Sahabat Nabi (Ilustrasi)

10Berita,MADINAH -- Sebuah kisah tentang Umar bin Khattab diriwayatkan oleh Sa'id bin Musib. Yaitu, pada suatu ketika, terjadi cekcok antara seorang Muslim dengan Yahudi.
Kemudian, mereka membawa masalah ini kepada Khalifah Umar bin Khattab. Setelah mendengar dan mengetahui persoalannya, Umar menilai yang benar adalah orang Yahudi itu, dan memutuskan perkara selesai.
Orang Yahudi tadi berkata, "Demi Allah, sungguh tepat apa yang engkau putuskan ini."
Kemudian Umar memukulnya dengan cambuk dan berkata, "Apa yang engkau tahu?"
Yahudi tadi menjawab, "Demi Allah. Sesungguhnya dalam kitab Taurat disebutkan, "Seorang hakim yang memutuskan suatu perkara di sebelah kanannya ada malaikat dan di sebelah kirinya ada malikat yang mendampinginya. Kedua malaikat itu mendukung sang hakim untuk mengeluarkan putusan yang benar. Dan, selama itu benar, mereka bersamanya. Tetapi kalau seorang hakim meninggalkan yang benar, maka kedua malaikat itu pun meninggalkannya."

sumber : Sang Legenda Umar bin Khattab / Yahya bin Yazid Al Hukmi Al Faifi, REPUBLIKA.CO.ID, 

Kamis, 21 Mei 2020

Cerita Astronaut Muslim Yang Berpuasa di Luar Angkasa, Khatamkan Al-quran Selama 6 Hari 1

Cerita Astronaut Muslim Yang Berpuasa di Luar Angkasa, Khatamkan Al-quran Selama 6 Hari




Pangeran Sultan ibn Salman (kiri). - (thenational.ae)

10Berita - Di bulan ramadan umat islam melaksanakan ibadah puasa. Ada waktunya sahur dan berbuka puasa. 

Namun bagaimana jika berpuasa saat berada di luar angkasa?

Sudah ada yang mengalaminya. Tentu berbeda dengan saat berpuasa di Bumi. 

Cerita pengalaman berpuasa di luar angkasa disampaikan oleh seorang astronaut. 

Astronaut yang sedang bertugas di ruang angkasa tetap harus berpuasa.

Hal ini pernah dialami oleh Pangeran Sultan ibn Salman, astronaut Muslim pertama berkebangsaan Arab Saudi.

Pada 1984, Pangeran Sultan bergabung dengan Space Shuttle Discovery, program pesawat ulang-alik Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA).Kebetulan, program ini dilakukan saat Ramadan, tepatnya pada 30 Agustus hingga 5 September.

Sebelum diberangkatkan ke ruang angkasa, Pangeran Sultan diwajibkan mengikuti pelatihan di Space Center Houston, Florida, Amerika Serikat (AS).

"Selama bulan suci Ramadan yang jatuh di musim panas tahun itu, saya menjalani pelatihan khusus di Space Center di Houston," kata Pangeran Sultan, dikutip dari Arab News.

"Saya mengalami panas dan haus hebat selama hari-hari pelatihan di sana ketika malam tidak melebihi enam jam," lanjutnya.

Pangeran Sultan melanjutkan, para dokter di NASA mengamati efek puasa pada kesehatannya.

Para dokter menegaskan, kesehatan fisiknya selama hari-hari puasa sangat baik dan ia layak untuk dikirim ke Kennedy Space Center untuk karantina medis selama tujuh hari sebelum perjalanan ruang angkasa.

Perjalanan ruang angkasa dimulai

Pangeran Sultan akhirnya meninggalkan Bumi pada 29 Ramadan, di mana awalnya dijadwalkan pada 24 Ramadan.

Pangeran Sultan saat itu tetap berpuasa setelah sahur dan salat subuh.

Lalu kapan Pangeran Sultan berbuka puasa, sementara waktu di luar angkasa berbeda dengan Bumi?

Sebelum berangkat, Pangeran Sultan telah meminta saran pada seorang ahli bernama Sheikh Abdul Aziz Bin Baz.

"Ia mengatakan kepada saya bahwa saya bisa berbuka puasa berdasarkan waktu tempat di Bumi dari tempat saya memulai puasa," katanya.

"Kami berangkat dari Florida," tambahnya.

Itu artinya, Pangeran Sultan bisa mengikuti waktu Florida untuk ibadah salat, berbuka, dan sahur.

Kepada Arab News, Pangeran Sultan mengaku telah mengkhatamkan bacaan Al-quran selama enam hari perjalanannya di luar angkasa.

Saat itu, Pangeran Sultan banyak memanfaatkan waktu tidurnya untuk membaca Al-quran.

Untuk berwudhu, Pangeran Sultan menggunakan serbet yang dibasahi karena kurangnya gravitasi di ruang angkasa.

(TribunTravel.com/Sinta Agustina)



Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul Astronaut Asal Arab Saudi Ini Ceritakan Pengalamannya Puasa Ramadan di Ruang Angkasa,

https://travel.tribunnews.com/2020/05/21/astronaut-asal-arab-saudi-ini-ceritakan-pengalamannya-puasa-ramadan-di-ruang-angkasa?

Sumber: TribunTravel.com 2

Minggu, 17 Mei 2020

Andai KHALID BIN WALID Meledakkan GEREJA 'AIN TAMR dan MEMBUNUH ISINYA

Andai KHALID BIN WALID Meledakkan GEREJA 'AIN TAMR dan MEMBUNUH ISINYA




Andai KHALID BIN WALID Meledakkan GEREJA 'AIN TAMR dan MEMBUNUH ISINYA

Ada gereja bernama 'Ain Tamr di perkampungan Irak. Ketika Panglima Khalid ibn Walid membebaskan Irak, ia dapati di dalamnya ada 40 anak sedang belajar Injil untuk penyebaran Kristen di timur. Di antara mereka ada yang bernama SirinYasar dan Nushair. Mereka masuk Islam.

Sirin punya anak bernama Muhammad. Populer dengan nama Imam Muhammad bin Sirin. Imam tabi'in dalam bidang Hadits, Fiqh dan Tafsir birra'yi.

Yasar, punya cucu bernama Ishaq. Populer dengan nama Imam Ishaq Abu Muhammad bin Ishaq bin Yasar penulis kitab sejarah nama terawal masyhur dengan nama Sirah Ibnu Ishaq.

Nushair punya anak bernama Musa. Menjadi panglima perang Musa bin Nushair yang membebaskan Andalusia Spanyol dan Afrika Utara.

Ini hasil Islam yang difahami Khalid bin Walid dan sahabat Nabi generasi awal.

Islam yang datang membawa kedamaian, kasih sayang dan kebaikan untuk ummat manusia.

(Sumber: kitab al-Bidayah wa an-Nihayah, juz.6. Pembahasan Ain Tamr)


Senin, 04 Mei 2020

Kisah Zaid bin Tsabit Juru Tulis Nabi yang Diperintahkan Langsung Rasulullah Belajar Bahasa Yahudi

Kisah Zaid bin Tsabit Juru Tulis Nabi yang Diperintahkan Langsung Rasulullah Belajar Bahasa Yahudi



10Berita, Nabi Muhammad adalah seseorang yang buta huruf (tidak bisa membaca dan munulis). Sebagaimana dikatakan Allah dalam Al-Qur'an:

"Dan Engkau (Muhammad) tidak pernah membaca sesuatu Kitab pun sebelum adanya Al-Qur’an dan Engkau tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; sekiranya (Engkau pernah membaca dan menulis), niscara ragu orang-orang yang mengingkarinya.” (QS. Al-Ankabut: 48).

Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad tidak hanya  berdakwah menggunakan lisan saja melainkan juga menggunakan tulisan (surat menyurat).

Biasanya, Nabi Muhammad mengirim surat kepada raja-raja di jazirah Arab agar bersedia memeluk Islam.

Mereka yang pernah disurati Nabi Muhammad di antaranya Muqawqis (Raja Qibthi di Mesir), Heraclius (Kaisar Romawi Timur), Raja Najasyi (Penguasa Habasyah), Gassan Jabalah bin Aiham (Raja Thaif) dan lain sebagainya.

Pertanyaannya adalah, bagaimana cara Nabi Muhammad mengirim surat sedangkan ia tidak bisa membaca dan menulis?

Adalah Zaid bin Tsabit yang menjadi juru tulis Nabi Muhammad saw.

Zaid bin Tsabit merupakan sahabat Nabi Muhammad yang cerdas, cakap dan menguasai berbagai bahasa. Ia bahkan mendapat tugas dari Nabi Muhammad untuk menuliskan wahyu dari Allah di pelepah kurma, kulit hewan dan benda-benda lainnya.

Caranya, ketika Rasulullah mendapat wahyu dari Allah, beliau akan mendiktekan ke Zaid, kemudian Zaid menuliskannya.

Hingga suatu ketika, Nabi Muhammad saw mendengar kabar bahwa ada seorang anak dari Bani Najjar (suku Yahudi) yang telah menghafal 17 surah dalam Al-Qur’an.

Nabi Muhammad saw pun kagum sehingga ia berniat untuk memahami cara berinteraksi dengan orang-orang Yahudi.

Zaid bin Tsabit pun akhirnya mendapat perintah dari Rasulullah agar ia belajar bahasa Yahudi baik lisan maupun tulisan.

Nabi saw berkata, "Wahai Zaid, pelajarilah untukku tulisan Yahudi karena demi Allah, aku tidak merasa aman terhadap suratku dari orang Yahudi."

Akhirnya, Zaid bin Tsabit pun belajar bahasa Yahudi selama setengah bulan untuk kemudian menjadi juru bicara dan juru tulis Nabi Muhammad saw kepada orang Yahudi.

Dengan demikian, ketika Nabi ingin menulis surat kepada orang Yahudi maka Zaid akan menuliskannya. Begitu pula, ketika orang Yahudi membalas surat itu maka Zaid bin Tsabit akan menerjemahkan dan membacakanya kepada Rasulullah saw.

Wallahu a'lam.[]

Sumber: AKURAT.CO

Minggu, 26 April 2020

Isi Surat Umar bin Khattab untuk Sungai Nil di Mesir

Isi Surat Umar bin Khattab untuk Sungai Nil di Mesir


Foto: Pantai Lokasi pertemuan Sungai Nil dan Laut Tengah

10Berita, MADINAH -- Gubernur Mesir Amr bin Ash mengirimkan surat kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah. Dalam surat itu dia mengabarkan budaya dan t radiri orang Mesir saat itu yang selalu mempersembahkan anak perempuan sebagai tumbal dengan cara dilempar ke sungai Nil setiap tahunnya.
Mereka berkata, "Wahai gubernur, sesungguhnya sungai Nil ini mempunyai kebiasaan. Ia tidak mengalirkan air kecuali dengan kebiasaaan itu."
Amr bertanya, "Kebiasaan apa itu?"
Mereka menjawab, "Pada malam kedua belas di bulan ini, kami mengambil anak perempuan yang masih gadis yang tinggal bersama kedua orang tuanya. Lalu kami bujuk kedua orang tuanya agar merelakan anak gadisnya. Setelah itu kami dandani anak gadis itu dengan perhiasan dan pakaian terbaik. Kemudian kami melemparkannya ke sungai Nil sebagai tumbal."
Amr bin Ash berkata, "Sungguh ini tidak diperbolehkan dalam Islam. Karena Islam telah menghancurkan tradisi sebelumnya."
Setelah larangan itu, penduduk Mesir mengalami masa paceklik, karena sungai Nil tidak sedikitpun mengalirkan air. Kondisi ini, membuat mereka berniat meninggalkan Mesir.
Melihat kejadian itu, Amr bin Ash menulis surat kepada Umar bin Khattab mengabarkan tentang hal ini. Umar membalas suratnya: "Engkau benar. Sesungguhnya sikapmu itu sudah tepat. Saya kirimkan sepucuk surat ini kepadamu. Jika suratku sudah engkau terima, lemparkanlah surat ini ke dalam sungai Nil. Sesampainya surat di tangan Amr, dia membukanya. Di dalamnya tertulis:
Dari : Hamba Allah Amirul Mukminin Umar
Kepada: Sungai Nil di Mesir
"Amma ba'du. Jika kamu mengalir dengan kehendakmu sendiri, maka kamu tidak usah mengalir. Jika Allah yang Maha Esa dan Maha Kuasa yang mengalirkanmu, maka kami mohon kepada Allah yang Maha Esa dan Maha Kuasa agar Dia mengalirkanmu."
Amr kemudian melemparkan surat itu ke dalam Sungai Nil. Pada saat itu, penduduk Mesir tengah bersiap-siap untuk meninggalkan Mesir. Namun, pada pagi hari Sabtu, Allah telah mengalirkan air sungai Nil setinggi enam belas hasta dan mengakhiri kebiasaan buruk itu dari penduduk Mesir sampai hari ini.

Sumber: Republika

Belajar dari 'Kebodohan' Umar Bin Khattab

Belajar dari 'Kebodohan' Umar Bin Khattab




Oleh : Agustiar Nur Akbar

Kita tentu tidak asing dengan Umar bin Khattab salah satu dari empat khalifah ternama masa sepeninggal Rasulullah SAW. Umar pun terkenal dengan ketegesan dan kelembutan hatinya. Bahkan Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya ada nabi sesudahku maka ia adalah Umar bin Khattab”. (H.R Tirmidzi dan Ahmad)
Dikisahkan pernah suatu ketika Rasulullah SAW mendapati Umar bin Khattab sedang menangis kemudian tertawa hampir bersamaan. Ketika ditanya apa gerangan yang menyebabkannya demikian. Umar bin Khattab menjelaskan bahwa ia teringat keadaan dirinya di masa jahiliyah dulu. Kenapa ia menangis, ia teringat ketika masa jahiliyah ia mengubur anak perempuannya hidup-hidup.
Terbayang olehnya seandainya saja anak perempuannya masih hidup. Ia akan bisa bersama mereka. Dan akan mendapatkan cucu yang banyak dari mereka.
Lantas yang membuatnya tertawa adalah ketika di masa jahiliyah ia terbiasa membuat patung-patung berhala. Terkadang ia membuatnya dari gandum dan manisan.
Akan tetapi ketika ia dilanda lapar atau musim paceklik. Maka ia terpaksa mengambil bagian-bagian patung berhala tersebut kemudian memakannya.Mendengar hal tersebut Rasulullah SAW pun turut tertawa.
Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga. Masa jahiliyah dikenal juga dengan masa kegelapan atau kebodohan.
Di mana akal dan hati nurani tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sebut saja dua hal yang mebuat Umar bin Khatab menangis dan tertawa ketika mengingatnya.
Pada masa jahiliyah perempuan tidak mempunyai harga sama sekali. Bahkan memiliki anak perempuan adalah aib yang besar. Karena dianggap tidak berguna, tidak bisa berperang dan tidak bisa mewariskan kejayaan serta kemuliaan. Bahkan perempuan dianggap sesuatu yang bisa diwariskan. Tak ubahnya seperti barang atau benda mati belaka.
Mengubur anak perempuan hidup-hidup sangatlah tidak manusiawi. Itu karenanya bisa disebut tipikal orang jahiliyah adalah tidak mempunya hati nurani. Akal sehat pun seharusnya menolak akan hal ini. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya.
Peristiwa kedua, di mana Umar bin Khatab memakan tuhannya yang ia buat sendiri. Jika akal sehat berfungsi sebagaimana mestinya maka akal akan menolak tuhan yang bisa dibuat dan dimakan. Atau tuhan yang bisa dibuat dan dihancurkan.
Setelah Umar bin Khatab memeluk Islam dan menjadi sahabat Rasulullah SAW. Ia menyadari akan kebodohan tersebut. Ia menyesalinya ketika dengan bodohnya ia mengubur anak perempuannya hidup-hidup. Karena itu ia menangis tatkala mengingat peristiwa tersebut. Dan Umar bin Khatab menertawakan kebodohannya. Bagaiamana bisa, dulu ia membuat tuhan yang ia sembah lalu memakannya.
Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Esa lagi Maha Agung. Dengan syariat-Nya yang dibawa melalui tangan nabi Muhammad SAW, telah mengeluarkan umat manusia dari kebodohan dan ke-primitif-an. Serta mengajarkan kita untuk menggunakan hati nurani sebagaimana mestinya. Juga mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang manusiawi. Wallahu a’lam bish-shawab.

Sumber: Republika

Senin, 20 April 2020

Kisah Pemudik Klaten Jalani Isolasi Mandiri 14 Hari Dengan Berkemah di Bantaran Sungai

Kisah Pemudik Klaten Jalani Isolasi Mandiri 14 Hari Dengan Berkemah di Bantaran Sungai


10Berita, SOLO -- Pulang dari perantauan di tengah pandemi Covid-19, pemudik asal Dukuh Ngaran, Desa Mlese, Ceper, Klaten, Abdullah Almabrur, sadar harus melakukan isolasi mandiri.

Namun, pria berumur 42 tahun itu melakukan cara yang tak biasa untuk isolasi mandiri itu. Bukan karantina di rumah, Almabrur memilih bantaran sungai untuk tempat isolasi mandiri selama 14 hari.

Dia rela menunda pulang ke rumahnya dan melepas kangen dengan istri dan keempat anaknya. Almabrur menceritakan dia merantau ke Pekanbaru, Provinsi Riau, melakoni pekerjaan sebagai tabib.

Pemudik itu tiba di Ngaran, Klaten, pada Rabu (15/4/2020), dan langsung menjalani isolasi mandiri di bantaran sungai. Dia pulang ke Klaten setelah melihat perkembangan wabah Covid-19 di Indonesia.

Dia buru-buru pulang kampung karena khawatir tak ada lagi transportasi yang bisa dia akses untuk pulang menemui anak dan istrinya.

Dia sadar semua pemudik dari daerah manapun yang pulang ke kampung halaman wajib melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Almabrur lantas mencari lokasi untuk isolasi mandiri di kampung halamannya.

Mampir ke Pelayanan Kesehatan

Hingga terlintas lah di benak pemudik itu ide untuk isolasi mandiri di bantaran Kali Kecu di tepi Dukuh Ngaran, Klaten. “Sebelum pulang saya langsung meminta adik saya untuk mencarikan tenda,” kata Almabrur saat ditemui Solopos.com di tepi Kali Kecu, Sabtu (18/4/2020).


Sebelum sampai di kampungnya, Almabrur menyempatkan diri mampir ke pelayanan kesehatan di Ceper untuk memastikan tak ada gejala dan tanda infeksi Covid-19 di tubuhnya.

Setelah mendapatkan surat keterangan pemeriksaan dari puskesmas, Almabrur langsung menuju ke bantaran Kali Kecu dan mulai berkemah untuk isolasi mandiri.

Dia juga menyempatkan diri melapor ke ketua RT. “Saya langsung ke tempat ini [bantaran Kali Kecu], tidak mampir ke rumah. Ini sudah jalan empat hari,” jelas Almabrur.

Bantaran sungai yang dijadikan tempat isolasi mandiri oleh pemudik itu berada di belakang permukiman warga serta kompleks makam di Dukuh Ngaran, Klaten. Lokasinya hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.

Almbarur mendirikan tenda di bawah rimbunnya pohon bambu. Tenda itu menjadi tempat tidurnya. Seluruh aktivitas Almabrur hanya terbatas di bantaran sungai termasuk ketika mandi. Makanan saban hari dipasok oleh adiknya.

Untuk penerangan, Almabrur memasang lampu dengan sumber listrik dari rumah tetangganya. Sesekali ada warga yang datang menemuinya.

Namun, pemudik yang baru tiba di Ngaran, Klaten, itu memilih konsisten dengan isolasi mandiri dan menjaga jarak dengan setiap orang. Termasuk ketika istri dan keempat anaknya berkunjung.

Meski berulang kali anak bungsunya yang berumur enam tahun merengek ingin memeluk, Almabrur untuk sementara waktu tak bisa memenuhi permintaan tersebut.

Almabrur mengisi kegiatan selama masa isolasi dengan membersihkan bantaran sungai. Dia memiliki target membersihkan bantaran sampah di belakang makam serta membikin anak tangga menuju sungai.

Almabrur menuturkan selama empat hari menjalani isolasi mandiri di bantaran sungai dia bertemu dengan ular serta biawak. Hal itu tak jadi soal bagi pemudik Klaten itu untuk melanjutkan isolasi mandiri selama 14 hari.

Warga Beri Makanan dan Minuman

Lebih lanjut, Almabrur mengatakan mengisolasi diri di bantaran sungai dipilih agar dia bisa fokus mematuhi aturan bagi para perantau yang pulang kampung.

“Ini saya lakukan agar masyarakat tetap tenang ketika saya yang dari perantauan pulang. Saya datang memeriksakan kesehatan, lapor ke ketua RT, serta mengisolasi mandiri di sini. Alhamdulillah ada warga yang respect datang sekadar memberikan makanan dan minuman,” urai dia.

Berstatus PDP Corona, Tenaga Kesehatan Pertama di Soloraya Asal Grogol Sukoharjo Meninggal

Istri Almabrur, Susanti, 37, mengaku berat dengan pilihan suaminya mengisolasi diri di pinggir sungai selama 14 hari. “Karena sudah setahun tidak pulang, tentunya sangat kangen. Apalagi anak-anak sudah ingin memeluk. Namun, tidak apa-apa karena sudah menjadi pilihan dan aturan untuk isolasi mandiri,” kata dia.

Susanti menjelaskan setiap hari dia menyiapkan makanan, minuman, hingga camilan bagi suaminya yang melakukan isolasi mandiri. “Termasuk vitamin setiap hari saya kirimkan,” kata dia.

Sumber: Solopos

Minggu, 19 April 2020

Kisah Sahabat Nabi yang Gubernur Tapi Dikira Kuli Panggul

Kisah Sahabat Nabi yang Gubernur Tapi Dikira Kuli Panggul


Ilustrasi Sahabat Nabi
10Berita, JAKARTA -- Salman al-Farisi merupakan seorang sahabat Nabi SAW yang memilih jalan hidup zuhud. Saat Umar bin Khattab menjadi khalifah, Salman ditawari jabatan sebagai gubernur Mada'in, padahal ia berkali-kali menolaknya. Namun, demi rasa hormatnya kepada Umar, Salman pun menyanggupi tawaran itu. Dalam perjalanan ke Mada'in, Salman hanya menunggangi keledainya seorang diri.

Di pusat Mada'in pun kehidupannya tak ubahnya rakyat biasa. Penghasilannya dipakai untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan selalu ada yang dialokasikan untuk sedekah.

"Aku selalu membeli bahan anyaman dengan harga 1 dirham, lalu aku membuatnya dan menjualnya dengan nafkahkan untuk keluargaku. Harganya 3 dirham. Hasil penjualannya, 1 dirham untuk keluargaku, 1 dirham kujadikan modal, dan 1 dirham lagi aku sedekahkan," kata dia.

Setiap hari, Gubernur Salman keluar di daerah kepemimpinannya. Ia berbaur dengan masyarakat setempat, sekaligus berupaya memecahkan persoalan mereka.

Waktu itu, seperti biasa Salman memakai baju yang kusam. Di tengah perjalanan, tampak seseorang yang kelihatannya datang dari negeri luar. berjumpa dengannya. Orang itu membawa sejumlah karung berisikan buah tin dan kurma. Karung-karung tersebut tampak melelahkannya.

Ketika dia melihat di depannya ada orang berpakaian lusuh, pria itu pun dipanggilnya.


"Wahai fulan, kemarilah! Tolong bawakan ini sampai ke rumahku dan engkau akan kuberikan upah!" katanya.

Rupaya, orang yang diseru itu adalah Gubernur Salman. Namun, pakaian kusam yang dikenakannya membuat pria itu menyangka, Salman adalah orang miskin. Atau, dikiranya Salman seorang kuli.

Mendengar dirinya dipanggil, Salman pun langsung menghampiri pria itu dan membantunya membawakan beberapa karung buah.

Lantas, keduanya berjalan bersama. Tak lama kemudian, mereka melewati sekelompok orang. Orang-orang itu lalu mengucapkan salam hormat kepada mereka.

"Wa'alal Amiris Salam (semoga keselamatan tercurah untukmu, Gubernur)."

Kaget juga pria ini mendengarkan salam itu. Siapa yang mereka maksud gubernur? Tanya pria ini dalam hati, sembari menengok ke kanan-kiri.

Di perjalanan, keduanya juga bertemu kerumunan orang-orang lagi. Kali ini, beberapa dari mereka mendekati dan berupaya membantu "kuli" tersebut.

"Biar aku saja yang bawakan karung ini, wahai Gubernur," kata seorang dari mereka.

Akhirnya, pahamlah sang musafir itu. Lelaki yang sedang membawakan karung-karungnya itu adalah Gubernur Mada`in, Salman al-Farisi.

Seketika itu pula, orang itu tertunduk lesu di hadapannya dan minta maaf.

"Tidak apa-apa, aku akan tetap membawakan karung-karung ini untukmu hingga engkau tiba di rumahmu," jawab Salman.

Sumber: Republika

Sabtu, 28 Maret 2020

Kisah Dokter Tinggal di Tenda Garasi Rumah, Lindungi Keluarga dari Corona

Kisah Dokter Tinggal di Tenda Garasi Rumah, Lindungi Keluarga dari Corona

10Berita -Dokter spesialis paru-paru dan perawatan kritis bernama Timmy Cheng jadi viral setelah berbagi pengorbanannya untuk melindungi keluarga dari virus corona. Ia yang berjuang di garis depan melawan pandemi corona harus mendirikan tenda di garasi rumahnya dan tinggal di sana.
Pada postingan Facebook yang telah dibagikan 38 ribu lebih itu, dokter Amerika-Taiwan ini memutuskan untuk tinggal di garasinya pada 14 Maret. Awalnya Timmy mengaku tinggal di dalam mobil pada hari pertama dan pindah tinggal ke ruangan di rumah sakit selama empat hari.


Timmy kemudian menerima pesan dari istrinya yang menyarankan agar ia tinggal di tenda garasi rumah. Ia pun menyetujuinya dan kini mendirikan tenda di garasi rumahnya untuk ditinggali.
“Jadi, ini dia. Rumahku selama??? __ minggu atau bulan berikutnya,” tulis Timmy berbagi foto penampilan ‘rumah’ yang ditinggalinya.
Timmy juga menyarankan agar orang-orang untuk tetap berada di dalam rumah mereka selama pandemi Covid-19, tidak hanya agar mereka tidak terinfeksi, tetapi juga membantu orang yang berjuang di garis depan.
“Kamu bisa membantu saya dan petugas kesehatan lainnya dengan tinggal di rumah. Paling tidak yang bisa kamu lakukan adalah tinggal di rumah sehingga kita juga bisa pulang ke rumah orang yang kita cintai suatu hari nanti,” terang Timmy(dtk)


Sumber: Eramuslim

Kisah Generasi Salaf yang Isi Hari-Harinya dengan Bertani Petani

Kisah Generasi Salaf yang Isi Hari-Harinya dengan Bertani
Petani


 menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi) (Antara/Fikri Yusuf)

10Berita, Menanam. Satu kata tapi sangat mendalam maknanya. Coba simaklah kisah berikut ini. Abu Darda usianya sudah sangat tua. Ia sahabat Rasulullah SAW.

Sehari-hari ia menghabiskan waktunya untuk bertani dan bercocok-tanam. Suatu hari lewat seseorang di depannya. Saat itu Darda sedang menanam pohon asam. Berkatalah orang itu, ''Mengapa kamu menanam pohon ini? Kamu kan sudah lanjut usia, padahal pohon itu akan berbuah dalam rentang waktu yang amat lama?'' Apa jawab Abu Darda? ''Saya hanya mengharap pahalanya, dan biarlah orang lain yang memakan buahnya.''

Bagi para sahabat Rasulullah SAW seperti Abu Darda, pahala tentu saja tidak dipahami hanya sekadar menjalankan ibadah ritual seperti sholat, puasa, dan sebagainya. Mereka memahami bahwa semua kebaikan adalah berpahala. Karena itu, siapa yang menanam kebaikan, ia akan menunai pahala. Dalam kaitan dengan Abu Darda, menanam kebaikan itu berarti menanam tanaman asam atau tanaman apa saja.

Dari tanaman bisa diambil buah dan daunnya. Dari tanaman manusia akan mendapatkan keteduhan. Dari tanaman akan tercipta hutan-hutan yang menghijau yang bisa berfungsi sebagai panadah air hujan agar tidak terjadi banjir dan longsor.

Darda hanyalah seorang sahabat Rasulullah SAW. Lalu bagaimana dengan Sang Rasul sendiri? Kata beliau, ''Apabila seorang Muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, maka itu sudah termasuk sedekah.'' (HR Bukhari Muslim).


''Apabila seorang Muslim menanam, maka apa yang dimakan darinya merupakan sedekah, dan yang dicuri darinya juga sedekah. Apabila dimakan oleh binatang buas juga sedekah, apabila dimakan oleh burung juga sedekah, ataupun diambil oleh seseorang juga dinamakan sedekah.'' (HR Muslim).

Menanam juga berarti memelihara. Kata Sang Rasul lagi, ''Barangsiapa menanam pepohonan, dan menjaganya dengan sabar, serta merawatnya hingga berbuah, maka segala sesuatu yang menimpa terhadap buah-buahnya akan dianggap sedekah bagi Allah.'' (HR Ahmad).

Bukan hanya Abu Darda yang sangat terpengaruh pada arahan Rasulullah. Hampir semua sahabat juga demikian. Mereka bahkan juga memberi contoh dengan tangannya sendiri.

Simaklah perbincangan Khalifah Umar bin Khattab dengan ayahnya di suatu hari. ''Ayah, apa yang menghalangi kamu untuk menanami tanahmu?'' kata Umar. ''Saya orang tua yang bisa jadi akan mati esok,'' jawab ayahnya. ''Aku yakin kamu akan tertipu dengan umurmu,'' ujar Umar kemudian. Mereka, ayah dan anak, lalu menanam sendiri di tanah yang kosong itu dengan tangannya.

Bukan hanya di waktu lapang, di saat yang genting sekalipun, misalnya di waktu perang, para sahabat masih menaruh perhatian tentang pentingnya tanaman. Suatu hari, seperti ditulis dalam buku Islam Agama Ramah Lingkungan karya Dr Yusuf Al Qardhawy, ribuan tentara kaum muslimin di bawah komando Panglima Perang Yazid bin Abi Sufyan telah siap berangkat menuju medan perang. Mereka dikirim Khalifah Abu Bakar ke Syam untuk menyebarkan agama Islam. Ketika menginpeksi barisan, di depan tentara Abu Bakar berpesan kepada sang panglima perang.

''Wahai Yazid, ada sepuluh hal yang ingin aku pesankan kepadamu. Pertama, janganlah engkau membunuh bayi. Kedua, janganlah engkau membunuh perempuan. Ketiga, janganlah engkau membunuh orang yang lanjut usia. Keempat, janganlah engkau menebang pohon yang berbuah. Kelima, janganlah engkau menghancurkan bangunan. Keenam, janganlah engkau menyembelih kambing atau unta kecuali untuk dimakan. Ketujuh, janganlah engkau merobohkan pohon kurma. Kedelapan, janganlah engkau membakar pohon kurma. Kesembilan, janganlah engkau berkhianat. Dan terakhir, janganlah engkau takut.''

sumber : Harian Republika

Kamis, 06 Februari 2020

Kisah Dokter Zaki Penemu Virus Corona Dipecat dari RS : Saya Pernah Ingatkan Ini Virus yang Serius

Kisah Dokter Zaki Penemu Virus Corona Dipecat dari RS : Saya Pernah Ingatkan Ini Virus yang Serius


Dr Ali Mohamed Zaki penemu virus corona - ISTIMEWA
10Berita- Penemuan dan peringatan awal kadang tak dihiraukan karena belum ada bukti serius.

Namun berselang beberapa tahun dunia heboh ternyata peringatan itu terbukti.

Itulah coronavirus temuan DR Zaki tahun 2012.

Hingga Rabu (5/2) ini jumlah korban meninggal akibat wabah virus corona  mencapai 492 orang dari total kasus 25.400.

Sedangkan Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan sudah ada 892 pasien virus corona dinyatakan sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit.

Virus yang berasal dari kota Wuhan di Provinsi Hubei ini dilaporkan telah menyebar ke 30 provinsi di wilayah China, serta 20 negara di dunia.

Virus Corona di Wuhan dikenal dengan nama Novel Coronavirus (2019-nCov), karena teridentifikasi pertama kali pada tahun 2019.

Dikutip dari Kompas.com, Novel coronavirus (2019-nCov) merupakan virus penyebab penyakit saluran pernapasan.

Orang tak menyangka bahwa virus ini telah ditemukan tahun 2012.

Virus ini masih satu keluarga dengan virus SARS dan MERS.

Berdasarkan artikel yang ditulis Ian Sample yang terbit di The Guardian pada 15 Maret 2013, dengan judul Coronavirus: is this the next pandemic? Virus Corona ditemukan oleh ahli virologi Mesir Dr. Ali Mohamed Zaki pada tahun 2012.

Saat itu ia mengisolasi dan mengidentifikasi virus corona yang sebelumnya tidak diketahui dari paru-paru seorang pria.

Sebelum menteror China, virus corona pernah mewabah di Arab Saudi.

Ilmuwan muslim bernama Ali Mohamed Zaki, PhD (virologist) dari Rumah Sakit Dr Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi berhasil membasminya.

Apakah mungkin sekarang dokter itu juga mampu membasmi virus corona yang telah menjadi wabah di banyak negara?

Memang dunia berharap dan membutuhkan pemikirannya untuk musnahkan Virus Corona  di China.

Kala itu, DR Ali Mohamed Zaki kemudian memposting temuannya pada 24 September 2012 di ProMED-mail.

Dari hasil penelitiannya, sel-sel yang diisolasi menunjukkan efek sitopatik (CPE), dalam bentuk pembulatan dan pembentukan syncytia.

Setelah menemukan virus corona jenis baru itu, Zaki dengan cepat mengirim email ke laboratorium virologi terkemuka di Erasmus Medical Centre di Rotterdam, Belanda.

Laboratorium itu adalah tempatnya pernah meminta bantuan dalam penelitiannya.

Untuk mengingatkan ilmuwan lain, Zaki juga memosting catatan tentang proMED, sistem pelaporan internet yang dirancang untuk secara cepat berbagi rincian penyakit menular dan wabah dengan para peneliti dan lembaga kesehatan masyarakat.

Sayangnya, akibat hal itu, ia malah dipecat.

Kontrak kerjanya di rumah sakit diputus atas tekanan dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi, katanya.

Ia pun kembali ke tanah kelahirannya di Mesir.

"Mereka tidak suka ini muncul di proMED. Mereka memaksa rumah sakit untuk mengakhiri kontrak saya," kata Zaki kepada Guardian dari Kairo.

"Saya terpaksa meninggalkan pekerjaan saya karena ini, tetapi itu adalah tugas saya. Ini adalah virus yang serius," kata Dr Zaki memperingatkan.

Tak berapa lama setelahnya, kasus serupa dengan pasien Zaki juga dilaporkan terjadi di Inggris, tepatnya di Rumah Sakit St Thomas, Lond. Pada saat itu, seorang pria berusia 49 tahun dari Doha, Qatar, terjangkit.

Ia dilaporkan baru mengunjungi Arab Saudi.

Pada saat itu, tenaga medis yang menanganinya tahu pria itu terjangkit virus, namun mereka tidak tahu jenis virus apa yang menjangkitinya dan seberapa parah dampaknya.

Karena kebingungan, dokter di rumah sakit memberitahukan kasus itu ke Health Protection Agency's Imported Fever Service (HPA), yang memulai penyelidikan sendiri.

Mereka kemudian menemukan file yang diunggah Zaki di proMED. Setelah dicocokkan, virus itu ternyata adalah coronavirus.

Setelahnya, HPA segera memberitahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Tiba-tiba ini menjadi jauh lebih menarik," kata Tony Mounts, kepala pemantauan dan pengawasan pandemi di Organisasi Kesehatan Dunia.

"Kami sekarang memiliki dua kasus yang terjadi beberapa bulan terpisah, dari virus dalam keluarga yang sama dengan SARS, dan kedua kasus memiliki pneumonia yang buruk."

Namun begitu, para ilmuwan disebut masih belum tahu dari mana asal virus, bagaimana caranya menginfeksi dan menyebar ke orang, serta seberapa cepat penyebarannya.

Mereka juga mengatakan, tidak ada tanda-tanda bahwa virus menyebar dengan mudah dari orang ke orang.

Namun mereka khawatir virus itu akan bermutasi dan dapat beradaptasi sehingga bisa menyebar lebih mudah.

"Itulah yang kami khawatirkan," kata Eric Snijder, kepala virologi molekuler di Leiden University.

"Jika itu terjadi, mungkin akan ada varian pandemi yang menyebar dengan mudah, dan itu akan menjadi masalah besar".

Dan kekhawatiran itu sekarang terbukti. Virus begitu cepat menyebar dari Wuhan ke banyak negara di dunia. (wartakota/net)

Jumat, 31 Januari 2020

Hajar Aswad Pernah Hilang 22 Tahun

Hajar Aswad Pernah Hilang 22 Tahun

Dalam sejumlah hadits disebutkan bahwa Hajar Aswad adalah batu yang berasal dari surga. Saat pertama kali diturunkan ke bumi, batu ini berwarna putih seperti susu. Namun, karena dosa-dosa manusia, warnanya pun berubah menjadi hitam.

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Hajar Aswad turun dari surga. Ia lebih putih dari pada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.” (HR. At-Tirmidzi).
Namun, perbedaan pendapat mengenai asal mula diturunkan. Ada yang menyebutkan, Hajar Aswad diturunkan oleh Allah melalui perantara Malaikat Jibril. Sebagian lagi berpendapat, ia dibawa oleh Nabi Adam Alaihissalam ketika diturunkan dari surga. Pendapat ini diutarakan oleh Imam Ibnu Katsir dalam “Qashash Al-Anbiya”.


Sebagian kaum Muslimin belum mengetahui bahwa batu hitam yang tertempel di dinding Ka’bah itu dahulu pernah dicopot dari tempatnya, dan baru kembali setelah lebih dari dua puluh tahun. Pelakunya adalah orang-orang kelompok Qaramithah, salah satu sekte Syiah radikal.
Pengkhianatan orang-orang Qaramithah ini  pertama kali muncul di Bahrain pada masa Khalifah Al-Mu’tadhid Al-Abbasi. Pemimpinnya adalah Abu Sa’id Al-Qirmithi. Kekuatan kelompok ini semakin besar ketika anaknya, Abu Thahir menggantikannya. Qaramithah di bawah pimpinan Abu Thahir meningkat wibawanya dan semakin kuat pasukannya.
Mereka selalu bertempur melawan tentara khalifah yang berpusat di Baghdad. Kadang mereka menang, kadang tentara khalifah yang menang. Pada tahun 317 Hijriyah, orang-orang Qaramithah berangkat ke Makkah pada hari Tarwiyah. Di perbatasan kota Makkah, mereka memerangi para jamaah haji. Setelah itu, mereka masuk ke kota dan menerobos hingga ke Masjidil Haram, di sana mereka membunuh banyak orang.
Pemimpin mereka Abu Thahir, duduk di depan pintu Ka’bah, sedangkan pasukannya berdiri mengelilinginya. Mereka membunuh para jamaah haji di Tanah Haram, di bulan haram, di hari Tarwiyah, hari paling mulia. Para jamaah haji melarikan diri, ada yang bergelantungan di tirai Ka’bah. Namun, mereka juga tidak dapat lolos dari pembantaian.
Setelah selesai membantai para jamaah haji, Abu Thahir memerintahkan anak buahnya menutup sumur zam-zam dengan melemparkan para korban yang meninggal ke dalamnya, mereka juga menghancurkan kubahnya. Lalu ia memerintahkan pasukannya untuk mencopot pintu Ka’bah dan melepaskan kain penutupnya lalu merobeknya dan dibagi-bagikan kepada setiap pasukannya.
Setelah itu, ia memerintahkan salah seorang anak buahnya untuk mencabut Hajar Aswad. Dia juga menghantam Hajar Aswad dengan palu baja hingga pecah. Ia berkata, “Di manakah burung ababil? Di manakah batu yang berasal dari tanah yang terbakar itu?” Mereka mengharapkan Allah menurunkan burung-burung yang membawa batu panas sebagaimana yang pernah Allah turunkan pada Abrahah dan pasukan gajahnya.
Abu Thahir tinggal selama sebelas hari di Makkah, setelah itu ia kembali ke negerinya dengan membawa Hajar Aswad. Hajar Aswad tetap berada bersama mereka selama 22 tahun. Batu itu baru dikembalikan pada tahun 339 Hijriyah, pada masa Khalifah Al-Muthi’.
Pada akhir hayatnya, Abu Thahir mendapatkan adzab Allah. Disebutkan bahwa ia mati dengan tubuh dipenuchi cacar. Bersamaan dengan kematiannya, maka berakhir pula kekuatan Syiah Qaramithah.
Sekilas Gerakan Qaramithah
Gerakan Qaramithah merupan gerakan yang berpaham atau beraliran Syiah radikal. Pendiri gerakan ini adalah seorang tokoh sekte Syiah Ismailiyah di Kufah, yakni Hamdan bin Al-Asy’ats. Ia bergelar Qarmath. Gerakan ini bertujuan untuk menopang Dinasti Fathimiyah yang didirikan Ubaidullah bin Hasan Al-Mahdi.
Untuk merealisasikan cita-cita kemasyarakatan yang mereka cita-citakan mereka mendirikan satu pemukiman yang diberi nama Darul Hijrah. Dalam masa jayanya, kelompok ini mampu mendirikan sebuah negara di Al-Hasa’, Bahrain, di bawah pimpinan Abu Said Al-Hasan bin Bahram Al-Jannabi yang bebas dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Sementara itu, di Khurasan, Suriah, dan Yaman mereka mempunyai pengaruh yang memusingkan pemerintahan dinasti Abbasiyah.
Gerakan ini masih bertahan sampai 442 Hijriyah (1030 M), meskipun sudah tidak lagi memiliki kekuasaan militer dan politik. Bahkan, secara lokal mereka masih ada sampai abad ke-18 M. Kemudian mereka menjelma dalam tubuh kelompok Makramiyah yang berpusat di Hajar dan diberi nama baru kelompok Mu’miniyyah, terletak di Hufuf, Arab Saudi.
Oleh: Mahardy Purnama
Sumber: Wahdah Islamiyah.