OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label HIDAYAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HIDAYAH. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 Februari 2021

Bikin Geger! Vlogger Beken Asal Jerman, Christian Betzmann Masuk Islam, Ini Kisahnya...

Bikin Geger! Vlogger Beken Asal Jerman, Christian Betzmann Masuk Islam, Ini Kisahnya...




10Berita, Seorang travel vlogger terkenal sekaligus konten writer dan Youtuber asal Jerman, Christian Betzmann mengumumkan dirinya masuk Islam. Hal itu diumumkannya lewat video YouTube-nya pada 5 Februari kemarin.

Di akun Instagramnya Christian Betzmann menyampaikan perjalanannya sehingga masuk Islam.

"Saya telah masuk Islam 🕋

Saya memulai saluran ini Desember lalu dan menghabiskan hampir 1 tahun di Pakistan. Selama ini saya bertemu begitu banyak orang yang luar biasa dan belajar banyak tentang agama dan gaya hidup.

Tumbuh di Eropa, kata Islam selalu dikaitkan dengan sesuatu yang negativ, perang, terorisme dan sejujurnya saya tidak pernah menjadi orang yang religius sebelumnya, jadi saya tidak terlalu peduli dengan apa yang dipikirkan orang saat itu. 

Teman masa kecil saya yang terbaik adalah Muslim dan jauh di lubuk hati kami semua adalah manusia dalam simulasi yang sama yang kami sebut kehidupan.

Islam adalah agama damai dan saya merasakan hubungan yang lebih dalam dan sesuatu yang ingin saya alami dan gali lebih dalam untuk diri saya sendiri.

VIDEO LENGKAP DI SALURAN YOUTUBE SAYA," demikian tulis Christian Betzmann di akun IG-nya.

Ini adalah video dirinya saat mengucap Syahadat yang hingga saat ini sudah ditonton hampir 1 juta views:


Sumber: portal islam

Jumat, 06 November 2020

Disambut Macron di Bandara, Sandera yang Ditebus 10 Juta Euro + 200 Tahanan Ternyata Sudah Muallaf

 Disambut Macron di Bandara, Sandera yang Ditebus 10 Juta Euro + 200 Tahanan Ternyata Sudah Muallaf




10Berita
-  Penghinaan Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW tak ubahnya senjata makan tuan. Ini terjadi saat Macron menjemput warganya, Shopie Petronin, di bandara. Shopie Petronin adalah seorang misionaris Kristen. Wanita kulit putih asli Prancis berusia 75 tahun itu menjalankan misi Kristen selama 25 tahun di Mali, negara di di kawasan Afrika Barat yang sebelumnya menjadi jajahan Prancis.

Namun Petronin kemudian ditangkap aktivis Mali. Presiden Macron pun melakukan negosiasi. Untuk menebus warganya itu agar segera dibebaskan. Bahkan untuk membebaskan Shopie Patronin, Presiden Macron yang sangat anti Islam itu berani membayar uang senilai 10 Juta Euro.
 
Bukan hanya itu. Demi Patronin, Presiden Macron juga membebaskan 200 tahanan Mali untuk ditukar dengan Shopie Petronin yang misionaris Kristen itu.

Presiden Macron dengan bangga lalu menyambut Shopie di bandara. Tapi apa yang terjadi? Saat Shopie Pètronin turun dari pesawat udara, ternyata terjadi pemandangan yang tak ia duga. Shopie Petronin berpakaian muslimah. Berkerudung dan bercelana panjang.

Wanita kulit putih asli Prancis itu telah memeluk agama Islam. Shopie Petronin bahkan telah mengubah namanya menjadi Maryam Petronin. Dan itu baru diketahui di bandara setelah disambut sedemikian hormatnya oleh Macron yang telah berkorban banyak demi kebebasan Shopie Petronin.

Maryam Petronin pun menyampaikan banyak pesan kepada sang presiden. Inilah pesan-pesan yang menyentuh kalbu kemanusiaan yang kini viral itu:

Tuan Macron

Damai bagi mereka yang mengikuti petunjuk dan, sebagai berikut ... Saya menerima bahwa Anda heran bagaimana Sophie Petronin, seorang wanita Perancis ras kulit putih murni, Kristen Katolik, telah masuk Islam setelah 75 tahun menjadi Kristen dan selama 4 tahun penahanan di antara umat Islam!

Izinkan saya menyederhanakan segalanya untuk Anda, Tuan Macron ...

Ya, saya adalah seorang tawanan Muslim ... tetapi mereka tidak pernah menyentuh saya dengan buruk dan perlakuan mereka terhadap saya adalah penghargaan dan penghormatan. Mereka biasa menawari saya makanan dan minuman dan mempengaruhi saya pada diri mereka sendiri meskipun sumber daya langka .. dan mereka menghormati privasi saya. Tidak ada yang pernah melecehkan saya secara verbal atau fisik, dan mereka tidak menghina agama saya, Yesus atau Perawan Damai atas mereka berdua seperti yang Anda lakukan dengan Nabi Muhammad SAW.

Mereka tidak memaksakan Islam pada saya, tetapi saya melihat dalam akhlak mereka orang-orang yang menyucikan diri dengan air dan berdoa kepada Tuhan shalat lima waktu dan puasa bulan Ramadhan

Tuan Macron ...

Orang Muslim di Mali memang miskin, ya, dan negara mereka miskin. Tidak ada Menara Eiffel dan mereka tidak tahu parfum Prancis kita, tetapi mereka adalah yang paling bersih dari kita dan hati yang paling murni.

Ya, mereka tidak memiliki mobil mewah dan tidak menghuni menara-menara tinggi, tetapi perhatian mereka di atas awan dan iman mereka lebih teguh dari pada pegunungan.

Tuan Macron ...

Pernahkah Anda mendengar pembacaan Al-Qur'an dalam hidup Anda saat mereka membaca Al-Qur'an dalam doa mereka saat fajar dan malam?

Betapa indahnya bacaan bahkan jika Anda tidak mengerti apa yang mereka lantunkan, dan tubuh Anda gemetar dan tubuh Anda gemetar saat Anda mendengarkan mereka melantunkan firman Tuhan, karena mereka menghafalnya dengan hati. Kemudian Anda menyadari dalam pikiran bawah sadar Anda bahwa ini bukanlah ucapan manusia melainkan melodi surgawi yang turun dari langit dan Anda memiliki keinginan kuat untuk mengetahui arti dari apa yang Mereka nyanyikan saat fajar dan di malam hari dari himne surgawi!

Tuan Macron ...

Sudahkah Anda membuat satu sujud dalam hidup Anda untuk Tuhan dan membuat dahi Anda menyentuh tanah dan berbisik kepada Tuhan Anda tentang kekhawatiran Anda dan berterima kasih kepada-Nya atas berkat-Nya seperti yang mereka lakukan? Pernahkah Anda merasakan kedekatan Tuhan dengan Anda dan kedekatan Anda dengan-Nya?

Tuan Macron ...

Wanita mereka hitam seperti arang, tapi hati mereka putih seperti susu. Mereka memakai pakaian sederhana, tetapi di mata laki-laki mereka adalah yang paling cantik, mereka tidak bergaul dengan laki-laki asing, mereka tidak mengganggu mereka, dan salah satu dari mereka tidak memasukkan seorang laki-laki ke dalam rumahnya tanpa kehadiran suaminya. . Mereka tidak minum alkohol, tidak bermain judi, dan tidak berzina!

Tuan Macron ...

Kaum Muslim di sana percaya pada semua nabi, bahkan Nabi Tuhan Yesus yang mereka cintai lebih dari kita.

Dan ibunya, Mary, yang saya namai menurut namanya karena cinta dan penghormatan mereka yang besar terhadapnya dan posisinya.

Tuan Macron ...

Anda mungkin bertanya kepada saya: Bagaimana mereka mencintai Kristus lebih dari kita?

Saya menjawab Anda: Ya, mereka mencintai Tuhan Kristus lebih dari kami karena negara kami menumpahkan darah orang yang tidak bersalah dalam nama Kristus, negara mereka menjadi sunyi dan kekayaan mereka dijarah, jadi kami menikmati barang-barang dari negara-negara Muslim dan kami mengekstraksi upeti dari penguasanya dengan berbagai cara dan kami memaksakan proyek komersial dan konsumen yang tidak berkembang pada mereka dan menyebarkan hasutan di antara mereka dan kemudian menjual senjata untuk membunuh satu sama lain, tetapi kami tetap Kami menganggap mereka teroris ketika mereka menyadari bahwa kami adalah terorisnya, bukan mereka!
 
Tetapi mereka memperlakukan saya dan sandera lainnya dengan moral Kristus yang kami pelajari di gereja-gereja tetapi kami tidak menerapkannya pada kenyataannya.

Tuan Macron ...

Kesimpulannya ... Saya tidak ingin mendeklarasikan Islam saya di Mali sehingga saya tidak akan dikatakan telah masuk Islam di bawah pedang, dan saya memutuskan untuk mendeklarasikan Islam saya saat saya bebas di tanah Prancis untuk menyampaikan pesan Islam kepada jutaan orang Prancis dan Eropa dengan bagian-bagian Kristen dan ateisnya secara keseluruhan!

Tuan Macron ...

Ini adalah agama Islam yang kalian perangi siang dan malam, ini telah menggerakkan hati saya dan memenuhi pikiran saya ...

Saya tidak lagi melihat Prancis dengan keindahan glamornya

Mali yang paling indah dari yang miskin, sederhana

Saya bahkan memutuskan untuk kembali lagi. Tapi setelah mengajak keluarga dan orang yang saya cintai masuk Islam.

Karena saya ingin mereka merasakan manisnya apa yang telah saya rasakan dari penyembahan kepada satu-satunya Tuhan, yang untuknya tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pemurah, Yang Maha Penyayang, dan saya ingin mereka kebaikan dunia ini dan akhirat.

Saya juga mengundang Anda untuk masuk Islam dan mengulang akun Anda dengan agama besar ini, yang merupakan pesan dari semua nabi dan rasul dari zaman Adam, melewati Yesus Kristus, dan diakhiri dengan tuan dari Anam * Muhammad * saw. atas dia.

Dan damai sejahtera bagi mereka yang mengikuti petunjuk ...

- Maryam Petronin



[news.beritaislam.org]

Minggu, 18 Oktober 2020

Kisah Mualaf Tionghoa Wendy Lofu, Dapat Hidayah Setelah Fitnah Islam, Sampai Buat Tim untuk Fitnah Islam

 Kisah Mualaf Tionghoa Wendy Lofu, Dapat Hidayah Setelah Fitnah Islam, Sampai Buat Tim untuk Fitnah Islam



10Berita Seorang pria asli keturunan Tionghoa, Wendy Lofu yang pada awalnya sangat membenci Islam, namun kini hatinya telah berlabuh pada Islam.

Wendy Lofu, menceritakan lika-liku perjalanannya masuk Islam lewat video yang diunggah dalam YouTube Vertizone TV pada Selasa (13/10/2020).

“Bisa dibilang saya ini terpaksa masuk Islam. Karena tujuan pertama saya untuk mengenal Islam itu untuk memfitnah Islam,” ujarnya sambil menghela nafas.

“Saya bener-bener tidak suka dengan Islam dulunya,” kata Wendy.

Kebenciannya pada Islam akhirnya mengarahkan dia pada perbuatan yang nyata. Wendy sempat membuat sebuah kelompok khusus untuk memfitnah Alquran. Menyangkal segala kebenaran yang ada di dalamnya untuk kemudian disebarkan di sebuah forum online.

Wendy sadar bahwa saat akan mencari kesalahan dalam Islam, ia harus memahami terlebih dahulu kitab suci mereka, yaitu Alquran. 

Lama-kelamaan dia akhirnya malah menemukan kebenaran Alquran sebagai Wahyu Allah, bukan karangan manusia.

Respon sang mama yang menyentuh hati

Sebelum meutuskan untuk menjadi seorang muslim, Wendy dikenal sebagai anak yang nakal bahkan ia mengaku dirinya tak berguna, hanya suka membawa masalah, baik masyarakat dan juga keluarga.

Hubungannya dengan sang mama pun sangat tidak harmonis kala itu, ia bahkan sempat tak diaku sebagai anak

“Sampai pernah teman saya datang ke rumah, dan mama saya mengatakan saya tidak punya anak yang namanya Wendy,” ungkap Wendy.

Tetapi, saat Wendy akhirnya memutuskan untuk bersyahadat, orang yang pertama kali ia kabarkan adalah mamanya. “Mah saya sudah syahadat ya, saya sudah masuk Islam,” ujarnya.

Saat itu yang ada di pikiran Wendy adalah bahwa sang mama akan mengusirnya dari rumah dan ia mungkin akan lebih tidak diaku sebagai anak.

Namun, nyatanya Allah mentakdirkan hal yang menakjubkan. Sang mama justru sangat bersyukur pada saat itu.

“Mama saya malah mengucapkan, ‘Alhamdulillah, setan di rumah itu sudah pergi’. Setan itu saya yang dulu. Betapa nakalnya saya, betapa ga bergunanya saya deh, saya benar-benar sampah masyarakat. mama sangat merestui saya masuk Islam,” ujar Wendy.

Simak selengkapnya video penuturan Wendy Lofu..

[Video]


Sumber: 

Selasa, 13 Oktober 2020

Kisah Menakjubkan Lauren Booth Ipar Eks PM Inggris Tony Blair Saat Mau Masuk Islam

 Kisah Menakjubkan Lauren Booth Ipar Eks PM Inggris Tony Blair Saat Mau Masuk Islam

  


10Berita - Beliau adalah "Lauren Booth". Ipar dari mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

Ada kisah yang menakjubkan sebelum beliau masuk Islam. Beliau bercerita:

"Sebelum saya masuk Islam, kedua putri saya berumur 8 dan 10 tahun. Dan saya katakan kepada mereka:

'Ibu mau masuk Islam. Bagaimana menurutmu nak?'

Kemudian anak-anak menjawab:

'Kami punya 3 pertanyaan bu. Tolong ibu jawab.

Pertanyaan pertama: Ketika ibu sudah masuk Islam, apakah ibu masih menjadi ibu kami?'

Aku katakan: 'Tentu aku tetap menjadi ibumu, bahkan aku akan menjadi ibu yang lebih baik dari sebelumnya'.

Pertanyaan kedua: 'Ketika ibu sudah masuk Islam, apakah ibu masih minum alkohol?'

Aku katakan: 'Ibu tidak akan pernah mendekati alkohol setelah ini. Selama-lamanya'.

Pertanyaan ketiga: 'Ketika ibu sudah masuk Islam, apakah ibu masih memakai baju yang memperlihatkan sebagian tubuh?'

Aku bertanya: 'Kenapa kalian bertanya seperti ini?'

Maka anakku yang bernama Holy menjawab: 'Karena ibu suka memakai baju yang kelihatan dadanya. Dan kami tidak suka itu'.

Maka aku menjawab: 'Setelah aku masuk Islam, maka aku akan terus memakai baju yang tertutup ketika keluar rumah'.

Tiba-tiba mereka teriak: 'Saya suka kalau ibu masuk Islam. Saya suka agama Islam'.

Itulah yang terjadi. Dan alhamdulillah anak-anakku sekarang adalah wanita muslimah dan shalat bersamaku. Subhanallah.

*Cerita ini, beliau sendiri yang bercerita.

(Abdurrahman Al-Amiry)

 

Sumber: 

Senin, 24 Agustus 2020

Kisah 'Hijrah' I Gede Swadaya, Preman Sakti di Kuta, Hidayah 'Dengar Adzan', Jadi Peruqyah: Ikhlas

 Kisah 'Hijrah' I Gede Swadaya, Preman Sakti di Kuta, Hidayah 'Dengar Adzan', Jadi Peruqyah: Ikhlas




I Gede Swadiaya alias Muhammad Khairuddin - ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM

10Berit, BALI - “Saat itu, Ustad Yusuf salat, saya di sebelahnya minum Red Label. Dalam kondisi mabuk, saya mendengar lantunan bismillahirrohmanirrohim, kok hati saya tergetar bahagia. Dua puluh tahun saya mencari ustad muda dari Bangkalan Madura ini. Namun, sampai detik ini belum ketemu. Rindu dan ingin berterimakasih,” ujar Bli I Gede Swadiaya alias Muhammad Khairuddin, Sabtu (22/8/2020) di Pantai Pamuteran, Bali.


Udara Pantai Pamuteran Buleleng sangat bersahabat sore itu.


Matahari tampak malu mengintip di balik selarik awan yang menggaris indah.


Sementara, angin berembus lembut, ditingkahi ombak bergulung ringan dengan deburan lelahnya saat mencapai bibir pantai.


Di depan pura kecil itu, saya dan Moh Khoiruddin meriung dengan sejumlah peruqyah aswaja.


Sosoknya tegas namun ramah. Sorot matanya tajam, narasi-narasinya lugas terukur. Tangannya terlihat masih kekar berurat.


Tato tiga naga, mengukir di tubuhnya.


Ia mengawali ceritanya mengenal islam. Lalu melompat pada jejak jejak hidupnya pada 1999 silam.


Ia asli Lombok, NTB. Merantau ke Bali pada 1997 dengan berbekal beragam kesaktian, mulai kebal bacok, hingga anti bengep, ia dapatkan dari dukun dukun di daerahnya.


“Tahun 1997, saya sampai di Bali,” ia mengisahkan.


Pertarungan demi pertarungan ia lakoni di kerasnya kehidupan kota besar untuk mencari nama dan ‘mengibarkan bendera’.


Hingga ia menjadi bartender di hotel bintang lima di Kuta, Bali.


Beragam jenis miras, ia rasakan. Maklum, ahli peracik miras yang levelnya bisa diadu.


“Saya waktu itu, tiada hari tanpa mabuk,” ucapnya.


Sadisnya, berkutat di dunia gemerlap, ia pun nyaris tiap hari berhubungan seksual dengan beragam wanita. Baik dari dalam dan luar negeri. Ini juga menjadi bagian dari ritual kesaktiannya.


“Astaghfirulloh, bejat sekali saya waktu itu. Dan itu membuat murka Tuhan, bahkan terlarang di agama saya terdahulu. Entah berapa ratus wanita saya tiduri,” tiba-tiba matanya sayu tatkala mengingat jejak jejaknya itu.


Tetiba ia diam tercekat, matanya nanar menerawang jauh di garis cakrawala laut itu. Tampak sekali penyesalannya. Diam, membisu.


Di sudut matanya, tertahan air yang hendak runtuh. Tercekat.


Kiprahnya di dunia Preman, tak kalah moncer. Namanya dikenal sebagai penguasa kawasan Sadasari, Kuta, Bali bersama teman sehidup sematinya, Kadek Rama.


Bekal kesaktiannya sangat membantu ‘karirnya’ di dunia keras itu. Duit mengalir deras, namun selalu habis untuk foya foya menuruti nafsu duniawinya.


“Saya pernah dikeroyok puluhan orang kelompok lawan. Hingga saya dikubur di selokan dengan tumpukan bebatuan. Disangkanya saya mati. Saya masih hidup,bengep saja tidak. Begitu bangun, saya langsung datangi markasnya, duel lagi. Mereka takluk, hormat dan menjadi bagian dunia kami,” ujarnya.


Penguasa lahan parkir, penjaga pub hingga narkoba akrab dalam sentuhan hidupnya yang menghadirkan kebahagiaan semu itu.


Fase Mengenal Islam


Pada 1999, ia menempati kontrakan bersama seorang pemuda yang mengenyam pendidikan pesantren, asal Bangkalan, Madura.


Namanya, Muhammad Yusuf, satpam BCA Kuta.


“Saya memanggilnya Ustad Yusuf. Saleh dan berilmu,” kisahnya.


Khoiruddin mengisahkan, Yusuf tidak pernah resek dengan gaya hidupnya yang preman. Tak jarang, ia ngobrol sembari mabuk di hadapan Yusuf. “Kadang ia mengingatkan, jaga kesehatan, jangan terus terusan mabuk,” kata ayah satu putra ini.


Hingga suatu ketika, ia datang saat Yusuf persiapan solat. Dengan cueknya, Khoiruddin membuka miras red label, duduk lalu diminumnya sampai teler. Sementara, Yusuf asyik meriung dengan Tuhannya dalam sembahyang yang khusyuk.


“Dalam kondisi mabuk, saya mendengar lantunan bismillahirrohmanirrohim, hati saya kok tergetar bahagia. Apa ini? Kok hati saya ceesssss. Padahal mabuk,” ujarnya.


Saat itu, secuil hidayah sudah mulai meresap, namun ia masih belum mengikuti kata hatinya itu.


Hingga pada 1999 akhir, suatu malam ia mengendarai RX King kesayangannya ke Klungkung. Dalam kondisi teler, ia kecelakaan di Kali Unda, pukul 21.00 WITA. Tak seorang pun tahu bahwa ia kecelakaan. Badannya tertindih motor di bibir jurang Kali Unda sekira 10 meter dalamnya.


“Saya dibangunkan adzan subuh. Reflek, saya mengucap astaghfirulloh. Padahal gak ngerti artinya hahahahaha,” runtut ia bercerita.


Sejenak kemudian, ia terus berucap astaghfirulloh sembari mengangkat motor yang menindihnya. Entah kekuatan darimana, ia berhasil menyingkirkan motor yang menindihnya tersebut, lalu berangkat pulang ke kontrakannya.


Ketemulah dengan Yusuf yang saat itu usai menjalankan salat subuh. Kalimat pertama yang meluncur dari mulutnya adalah, ISLAM.


“Ustad, saya mau masuk islam,” ujarnya.


Yusuf pun kaget, dan mengiranya kesurupan.


“Kamu kenapa? Kesurupan?” tanya Yusuf.


“Tidak, saya serius. Saya sangaaaaaat serius,” balas Khoiruddin.


Keduanya lalu berdiskusi serius. Yusuf mengatakan, agar Khoiruddin untuk mengikuti kata hatinya. Lalu, menyelami islam dulu agar tidak kecewa.


“Dia bilang, mengislamkan kamu itu gampang, tetapi mengislamkan hatimu itu yang paling utama. Dia bilang seperti itu. Mulailah saya belajar wudhu, belajar salat, tetapi belum islam. Masih mabuk hahahahahaha,” ujarnya.


Sekejap kemudian, ia menunduk.

“Saya rindu beliau (Ustad Yusuf). Sungguh saya rindu. Saya ingin berterimakasih karena mengenalkan saya pada islam. Siapapun yang menemukan, saya ingin sekali bertemu belio. Sampaikan rindu saya ,” ujarnya.


Singkat cerita, dalam perjalanannya mengenal islam, ia berkenalan dengan wanita teman mantan pacarnya. Namanya Rohaimah, putra tokoh agama di Mamban Lauk, Kec. Wanasaba, Lombok Timur.


Cintanya luruh pada wanita tersebut. Dasar mantan jagoan, ia langsung mendekati wanita itu dan tanpa ba bi bu. mengajaknya pacaran.


“Temannya bilang, mana mau dia sama kamu yang preman begitu? Tapi, yaah saya ogah mundur,” tegasnya.


Seperti diduga, Ruhaimah menolak mentah mentah. Namun tunggu dulu, Ruhaimah mengatakan menolak untuk pacaran, melainkan langsung minta dilamar.


“Jika kamu laki laki, dan serius, ini alamat rumah saya, datangi ayah saya, minta saya. Saya tidak mengenal pacaran,” Khoiruddin mengisahkan kata kata Ruhaimah.


Jiwa laki lakinya bergelegak, tak berapa lama, ia langsung ke Lombok Timur, menemui ayah Ruhaimah. Di hadapan ayahnya, ia terang terangan meminta Ruhaimah dan meminta diislamkan.


Namun tegas ia katakan, ia memang sedang mempelajari islam sebelum mengenal Ruhaimah dan berniat menjadi mualaf. Bukan karena wanita, kemudian berislam.


“Ayah istri saya mengatakan, kalau anak saya mau sama penjahat, bajingan atau apalah, saya bisa apa? Kalau anak saya bahagia? Saya bisa apa? Apalagi bisa membawa orang menuju kebaikan. Itu sudah jalan Allah. Begitu ayahnya menyabdakan,” ujarnya.


Ia kemudian melakoni khitan, berislam lalu menikahi pujaan hatinya. Jejak hidupnya kemudian lebih dekat dengan ulama dan kyai kyai NU.


“Saya menangis dianggap santri oleh Ra Zaim (KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, pengasuh pesantren Salafiyah Syafiiyyah Sukareja, Situbondo, yang juga cucu KHR As’ad Syamsul Arifin). Bayangkan, saya ini bejat dan banyak tatonya, dianggap santri dan dirangkul. Ya Allah ya Raaabb, bahagia rasanya,” ujarnya.


Kemudian hari, putra tunggalnya, Muhammad Idris dipondokkan di pesantren tersebut dan dikenal memiliki prestasi bahkan hingga level nasional, dalam bidang MTQ dan Kaligrafi. Bahkan dikabarkan mendapat beasiswa ke luar negeri.


“Ah, yang itu jangan diungkap dulu. Biarkan waktu yang menjawab,” elaknya.


Menjadi Praktisi Ruqyah


Kedekatannya dengan ulama, membuat jalan hidupnya berubah drastis. Kesaktiannya dulu, diempaskan habis. Ia kemudian mendalami penyembuhan ruqyah, totok dan hipnoterapi ASWAJA yang tergabung dalam Jamiiyyah Ruqyah Aswaja (JRA), Singaraja Buleleng Bali dan Keluarga Besar Ruqyah Aswaja (KBRA). Di JRA bahkan, memiliki peran sentral.


“Saya jalani dengan ikhlas untuk taqorrub ilallah dan untuk mengabdi di jalan kebaikan. Semoga menjadi penebus kesalahan kesalahan saya terdahulu. Saya niati berkhidmad dan menolong sesama, bukan untuk mencari hidup. Perkara rejeki, urusan Allah. Saya bahagia menerima ajaran islam, itu sudah cukup,” ujarnya sembari bercerita pernah dibisyarohi amplop berisi segepok uang mainan ini.


Ditanya mengapa berani menceritakan sisi kelam hidupnya? Dan apakah istrinya mengetahui?


Dengan tegas ia menjawab, bahwa niatnya hanya untuk mengajak orang menjadi baik. Apapun agamanya.


"Istri saya menerima saya apa adanya. Sisi gelap ini adalah takdir saya yang digariskan. Hanya sedikit yang saya harapkan, kelak kisah ini semoga menjadi inspiring story bagi siapapun dan menjadi wasilah dakwah dari saya yang pernah berkelindan dengan lumpur dosa ini,” pungkasnya.


Sayup sayup, adzan maghrib menyapa telinga. Di ufuk barat, matahari luruh di peraduan, enggan menampakkan garangnya.


Asap rokok Khoiruddin menyembur di embusan terakhir. Seolah penanda bagi kami untuk beranjak. Langkah ringan kami berayun menuju musola di sebelah Pura Segara. Dalam Bahagia. (Kangcoy Malee Sareeh)

Sumber:TRIBUNJATIM.COM

Senin, 13 Juli 2020

Kisah Haru Tere Jadi Mualaf, Sempat Agnostik hingga Mimpi Ditanya Siapa Tuhan?

Kisah Haru Tere Jadi Mualaf, Sempat Agnostik hingga Mimpi Ditanya Siapa Tuhan?


Tere (Instagram)

10Berita, SETELAH memeluk Islam, Theresia Ebenna Ezeria Pardede alias Tere terus berdakwah. Penyanyi yang pernah menjadi anggota DPR RI ini menceritakan lika-liku perjalanannya menjadi mualaf untuk motivasi orang-orang agar dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Tere menegaskan bahwa proses dirinya menjadi mualaf bukan karena paksaan, melainkan panggilan hati karena meyakini Islamlah satu-satunya agama yang benar dan diridhai oleh Allah.

"Perjalanan hijrah saya sebenarnya bisa dibilang berliku, karena sekali memang benar tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Dan sesungguhnya agama yang diridhai di jalan Allah itu Islam, sudah disempurnakan agama ini untuk kita jalani sebagai bekal ke akhirat," ujar Tere dalm bincang-bincang dengan presenter Fenita Arie disiarkan di channel YouTube Cerita Untungs seperti dikutip Okezone, Jumat (10/7/2020).

Pelantun lagu ‘Dosa Terindah’ ini mengatakan, mulanya ia mencari tahu Tuhan yang sebenarnya. Tere berpikir secara rasioanal, tepatnya saat masih kuliah di tahun 1998, awal kebebasan berpendapat khususnya tentang agama terbuka, setelah sebelumnya dibungkam Orde Baru.

  Bagaimana Hukum Berbohong demi Mendamaikan Orang Berselisih?

Saat itu salah seorang temannya yang muslim menceritakan bahwa Islam mempercayai adanya Yesus Kristus atau Isa Alaihissalam yang disembah sebagai Tuhan oleh Kristen. Namun, Isa dipercaya sebagai seorang Nabi serta Rasul Allah dan itu tertulis dalam Alquran.

Sementara Tuhan sebenarnya adalah Allah yang menciptakan Isa dan alam ini.

"Allah mengizinkan saya menemui ayat-ayat yang membuka cakrawala berpikir saya. Sebenarnya secara logika, tapi waktu itu hati saya masih keras. Saya sempat agnostik, sekitar setahun," terangnya.

Kemudian suatu hari, Tere mendapatkan kode dari Allah, yaitu berupa mimpi. Di dalam mimpinya itu ia dihampiri oleh sebuah cahaya yang menanyakan siapa Tuhanmu dan siapa Nabimu.

"Sampai akhirnya dapat kode keras. Kode kerasnya adalah dikasih mimpi. Mimpinya waktu itu terbujur kaku dalam gelap, dan ditanya sebuah cahaya. Cahayanya itu nanya, siapa Tuhanmu siapa Nabimu. Alhamdulillah, Allah kasih saya bangun, bangunnya juga udah keringet dingin," katanya.

 


Setelah mimpi tersebut kemudian Tere menanyakan tentang arti mimpinya itu. Kemudian tidak lama berselang beberapa waktu ia pun memutuskan untuk membaca dua kalimat syahadat dan jadi mualaf.

"Alhamdulillah dikasih kesempatan bersyahadat. Tapi memang bersyahadat itu enggak segampang orang kira. Qadarallah 2 September 2000 saya bersyahadat," tuturnya.

Lalu tidak hanya sampai mengucapkan dua kalimat syahadat, Tere pun terus belajar dan memumpuk keimanannya agar menjadi sosok muslim yang sesungguhnya. Mulai dari mengenakan jilbab, belajar membaca Alquran beserta tajwidnya, serta banyak kenikmatan lainnya setelah ia menjadi mualaf.

Minggu, 28 Juni 2020

Kisah Maryam Younarae, Selebgram Korea Selatan yang Jadi Mualaf Setelah Terpikat dengan Ajaran Islam

Kisah Maryam Younarae, Selebgram Korea Selatan yang Jadi Mualaf Setelah Terpikat dengan Ajaran Islam 
 

10Berita, Selebgram Korea Selatan, Maryam Younarae membagikan kisahnya menjadi seorang Muslim di kanal YouTube miliknya. Pemilik nama asli Younarae ini memutuskan menjadi seorang mualaf pada 11 Juli 2019 lalu.

Setelah mualaf, Yoo Na-rae menambahkan nama Maryam sebagai identitasnya. Ia mengungkapkan, sebelum memeluk Islam Younarae bekerja di sebuah toko kue bersama ibunya di daerah Stasiun Subway, Ansan, Korea Selatan.

"Kita berjualan mulai dari jam 05.00 pagi sampai lewat malam jam 23.00 malam. Karena pekerjaannya, aku sering pulang kerja sampai larut malam," kata Maryam di awal kisah.

Karena hal itu, Maryam beralih profesi menjadi seorang fisioterapis ketika kontrak tokonya di Stasiun Subway selesai. Ia menjadi fisioterapis salah satu rumah sakit Ansan, Gyeonggi-do. Meski sudah bekerja sebagai fisioterapis, Maryam sesekali membantu ibunya berjualan di toko kue dekat Stasiun Subway tersebut.

Suatu hari, ada seorang laki-laki bernama Ryzal menawarinya belajar bahasa Inggris secara gratis. Sebagai imbalannya, Ryzal meminta Younarae mengajarinya bahasa Korea.

"Ketika sedang membantu ibuku berjualan, ada seorang laki-laki datang. Dia bertanya,'kenapa aku sudah tidak kelihatan lagi di kios.' Sayangnya pertanyaan itu tidak aku jawab karena tidak lancar berbahasa Inggris," ungkap Younarae.

Setelah perjumpaan itu, mereka saling mengajari bahasa satu sama lain. Dari pelajaran bahasa itulah membuat mereka saling mengenal.

Lambat laun Maryam mengenal Ryzal lebih dalam. Kemudian ia mengetahui ajaran agama Islam setelah bertemu dengan laki-laki yang kini menjadi suaminya. Ryzal diketahui berada di Korea Selatan lantaran menuntut ilmu. Saat itu Ryzal merupakan mahasiswa asal Malaysia yang berkuliah di salah satu universitas di Korea Selatan jurusan jurnalistik.

Maryam tak hanya terpikat pada pria asal Negeri Jiran itu, tetapi juga agamanya. Tepat pada Mei 2019 saat bulan suci Ramadan, menjadi awal Maryam untuk mempelajari Islam lebih mendalam.

Hatinya terketuk untuk mengenal Islam setelah melihat Ryzal dan kerabat sesama muslim lainnya berpuasa. Sikap mereka membawa pertayaan dalam diri Maryam, mengapa mereka tetap bergembira dan tidak sabar menyambut Ramadan sedangkan mereka harus menahan rasa lapar.

Pertanyaan itulah yang membuat Maryam penasaran dan mencari tahu tentang berpuasa kepada orang muslimin lainnya. Kala itu Maryam juga berpuasa pertama kali dalam hidupnya untuk mengetahui bagaimana perasaanya saat berpuasa.

Tak lama pada Juni 2019 orang tua Ryzal mengunjunginya di Korea Selatan. Maryam semakin penasaran dengan ajaran agama Islam.

"Kunjungan keluarga ku ke Korea Selatan pada Juni 2019, membuat Maryam semakin ingin tahu lebih banyak tentang Islam. Dia penasaran ketika melihat mereka sering mencari masjid untuk berhenti salat. Ketika Maryam ingin keluar bekerja pada jam 06.00 waktu setempat, Maryam melihat ibuku sudah di atas sejadah dan mengerjakan ibadah salat Subuh dan berdoa. Maryam kagum dengan kesungguhan keluargaku dalam berdoa kepada Allah SWT," ucap Ryzal.

Setelah melalui perjalanan panjang, Maryam Younarae akhirnya memutuskan datang ke Masjid Itaewon di Seoul, pada 10 Juli 2019. Ditemani Ryzal, mereka menemui seorang imam masjid di sana.

"Maryam langsung diberikan sedikit arahan serta beberapa ajaran agama Islam dan meminta Maryam pulang. Ia meminta Maryam membaca dan mendalami apa itu Islam, rukun iman, dan rukun Islam sebelum bersedia memeluk agama Islam," papar pria asal Negeri Jiran tersebut.

Kemudian keduanya kembali ke Masjid Itaewon pada 11 Juli 2019 untuk bertemu dengan imam masjid. Saat bertemu dengan imam masjid, Maryam bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan mengenai Islam.

"Aku sungguh kagum dengan kesungguhan Maryam mendalami Islam. Imam kemudian meminta Maryam menunggu selepas salat Ashar. Maryam akhirnya mengucapkan kalimat syahadat di hadapan Imam Abdul Rahman Lee bersaksikan Ryzal," cerita Ryzal.

Karena sudah saling mengenal satu sama lain dan Maryam sudah memeluk agama Islam, Ryzal melamar Maryam. Keduanya memutuskan menikah pada 15 Agustus 2019. Setelah menikah Maryam Younarae dan Ryzal membuat kanal YouTube bernama Duriankimchi TV. Kanal YouTube mereka pun populer dan telah mendapatkan 51 ribu subscribers serta lebih dari 210 ribu followers di Instagram.[]

Sumber: AKURAT.CO

Sabtu, 27 Juni 2020

Pendeta di Mojokerto Masuk Islam Habis Lihat Bintang Bentuk Lafadz Allah

Pendeta di Mojokerto Masuk Islam Habis Lihat Bintang Bentuk Lafadz Allah



Ibnu Mas'ud mualaf eks pendeta (kaus putih) bersama pimpinan Ponpes Al Hasani Kebumen Jateng Asyhari Muhammad Al Hasani. (Ist)

10Berita, Seorang pendeta di Mojokerto, Jawa Timur, Agus Setiyono langsung masuk Islam setelah melihat bintang berbentuk lafadz Allah. Kini, Agus Setiyono berganti nama menjadi Ibnu Mas'ud.

Lelaki 55 tahun itu kini tinggal di Kebumen di Pondok Pesantren Al Hasani, Desa Jatimulyo, Alian Kebumen Jawa Tengah. Di sana ia rajin membersihkan sampah yang berserak di makam. Ini adalah bagian dari pengabdiannya kepada agama barunya, Islam.

Untuk mencukupi kebutuhan harian, Ibnu Mas'ud tak segan bekerja menjadi tukang kebun sekolah. Ia juga memungut sampah atau barang rongsokan untuk dijual kembali.

Kehidupan Ibnu Mas'ud yang merupakan seorang mualaf ini sangat bertolak belakang dengan kehidupannya dulu. Padahal dahulu ia golongan priayi.

Tepatnya, saat ia masih menjadi pendeta di sebuah gereja di Mojokerto, Jawa Timur. Ia dan keluarganya sempat tinggal di kota bergelimang harta.

"Aktivitas saya sekarang azan di masjid, membersihkan makam, jadi tukang kebun dan memungut rongsok di tempat sampah," kata Ibnu Mas'ud saat berbincang dengan SuaraJawaTengah.id lewat telepon, (14/5/2020)

Kehidupan Ibnu Mas'ud berubah total setelah memutuskan masuk Islam. Ia meninggalkan segala urusan dunia yang pernah memanjakannya.

Ibnu Mas'ud pun meninggalkan anak istri karena menolak ajakannya masuk Islam.

Agus Setiyono, nama awal Ibnu Mas'ud sebelum mualaf, memperoleh hidayah usai melihat bintang berbentuk lafadz Allah dengan aksara Arab di suatu tengah malam.

Ibnu Mas'ud merasa itu petunjuk kebenaran. Hingga hatinya mantap untuk masuk Islam. Setiyono lalu disarankan budenya ke Ponpes Lirboyo Kediri untuk memantapkan keyakinannya dan mempelajari Islam.

Hingga ia bersahadat di sana, di bawah bimbingan KH Idris Marzuki saat masih hidup. Namanya kemudian diganti menjadi Ibnu Mas'ud.

"Setelah sahadat, saya diajari wudu, membaca alif baa ta, salat yang benar. Dari situ saya menjalankan tata krama Islam dengan baik,"katanya

Keputusan pendeta itu masuk Islam sempat ditentang kalangannya. Ia bahkan mengaku sempat mendapat ancaman. Namun siapapun tak bisa menggugat keputusannya. Mas'ud memutuskan meninggalkan kota dan orang-orang yang sempat berhubungan dengannya, termasuk keluarga.

Ibnu Mas'ud tak lagi memegang handphone untuk memutus kontak dengan kenalannya. Dari Jawa Timur, ia hijrah ke sebuah desa di Kecamatan Alian Kebumen Jawa Tengah. Di sana ia memperdalam pengetahuan Islam di Pondok Pesantren Al Hasani pimpinan Kyai Asyhari Muhammad Al Hasani yang juga Ketua Pagar Nusa Kebumen. Ia bertemu Kyai Asyhari sewaktu di Lirboyo hingga memutuskan ikut ulama itu pulang ke Kebumen atas restu KH Idris Marzuki.

Tiga tahun menimba ilmu di pesantren membuat pengatahuan agama Mas'ud terus bertambah. Ia yang telah
matang belajar teologi Kristen hingga menjadi pendeta, kini harus mulai nol lagi untuk mempelajari Islam.

"Alhamdulillah pengetahuan bertambah. Kegiatan istigasah, mujahadah saya ikuti. Kitab kuning saya pelajari," kata Ibnu Mas'ud.

Semakin dalam pengetahuannya tentang Islam, hatinya semakin mantab. Agama Islam ternyata tak seperti bayangannya dulu sebelum menjadi mualaf, yakni keras dan menakutkan.

Agama Islam mengajarkan kedamaian serta akhlak karimah. Bukan radikalisme sebagaimana dicitrakan selama ini. Ia kini tahu aksi teror hanyalah ulah oknum yang membawa nama agama untuk menghalalkan tindakannya.

Ibnu Mas'ud ternyata punya pengalaman tentang kejahatan terorisme yang sempat mengancam nyawanya. Gerejanya pernah dibom saat ia dan umat Kristiani lain menjalankan peribadatan Natal.

Seketika ledakan itu membuat jemaat lari kocar kacir. Mas'ud yang kala itu masih bernama Agus Setiyono ikut lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri. Insiden itu bahkan menewaskan seorang anggota Banser NU yang sedang berjaga mengamankan gereja.

Ibnu Mas'ud berhasil selamat dari insiden itu, meski ada jemaat yang luka karena terkena puing ledakan. Meski selamat, insiden itu melahirkan trauma mendalam bagi Mas'ud. Ia benar-benar ketakutan jika peristiwa serupa terulang dan menimpanya.

"Saya tidak membenci (Islam), saya hanya takut saat itu," kata Ibnu Mas'ud.

Sumber: SuaraJatim.id -

Sabtu, 20 Juni 2020

Kisah Mualaf Martin, Sempat Anggap Islam Aneh

Kisah Mualaf Martin, Sempat Anggap Islam Aneh



KIsah Mualaf Martin, Sempat Anggap Islam Aneh

10Berita, LONDON -- Pria asal Leeds, Inggris, Martin menjadi mualaf pada 2000 lalu saat dirinya berusia 29 tahun. Sebelumnya, ia menganggap Islam sebagai agama yang aneh.

"Saya awalnya enggan melakukan ini (mualaf) karena Islam sangat aneh bagi saya. Namun, saya mulai bertemu dengan Muslim dan belajar lebih banyak tentang agama," kata Martin dilansir dari laman Leeds New Muslims, Kamis (11/6).

Martin merupakan orang Inggris berkulit putih keturunan Irlandia, dan ia dilahirkan dalam keluarga Katolik. Martin menjadi anak lelaki altar untuk beberapa waktu dan ayahnya ingin menjadi seorang pastor.

Pada masa itu, Martin tidak mengetahui apa-apa tentang Islam. Ia bahkan tidak bisa membedakan antara Muslim, Hindu, dan Sikh.

Martin mengungkapkan, sebelumnya ia hanya orang biasa yang menjalani kehidupan normal. Ia senang bersosialisasi dengan teman-teman, menonton sepak bola, dan bertemu orang-orang. Namun kemudian ia bertemu dengan seorang wanita Muslim keturunan Prancis dan Maroko.

Dia berada di Inggris dengan penempatan kerja, sebagai bagian dari program kuliah yang dia ikuti. Dia tinggal bersama orang tua Martin sebagai keluarga angkat agar ia dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya.

"Kami saling tertarik dan mulai menjalin hubungan. Tetapi segera setelah itu, dia memberi tahu saya bahwa kami hanya bisa bersama melalui pernikahan. Dan karenanya, saya harus masuk Islam," kata Martin.


Akhirnya Martin pun memutuskan mempelajari islam. Ia bertemu dengan orang-orang Muslim, namun itu bukan pengalaman yang baik baginya.

Martin menginginkan seseorang yang bisa mengajari dirinya dasar-dasar agama. Kemudian dengan penyampaian dalam bahasa Inggris yang jelas dan dengan cara yang mudah dimengerti.

Namun, semua Muslim yang ia temukan menggunakan bahasa Arab atau Urdu. Selain itu, mereka sangat terikat dengan budaya aslinya dalam hal pakaian dan tingkah laku.

"Tidak ada yang dapat saya lihat di dalamnya yang membuat saya merasa saya bisa menjadi seorang Muslim. Bagaimanapun, saya memutuskan jika saya benar-benar ingin belajar tentang Islam, saya harus belajar sendiri. Jadi saya mulai membaca buku demi buku," ucap Martin.

Martin mengaku terkejut menemukan Islam berbagi garis keturunannya dengan agama Kristen dan Yahudi, dan semua yang ia baca selaras dengan jiwanya. Dan setelah berbulan-bulan belajar, Martin merasa yakin Islam merupakan agama yang benar dari Tuhan dan ia siap bertaubat.

Martin pun memutuskan bersyahadat sendirian dengan Allah Subhanahu wa taala dan Malaikat-Nya sebagai saksinya. Setelah itu, ia menganggap dirinya seorang Muslim.

Beberapa waktu kemudian, Martin mendaftarkan diri ke beberapa kelas paruh waktu Islam di universitas. Gurunya juga merupakan seorang mualaf dan begitu juga beberapa siswa lainnya. Akhirnya, Martin bertemu orang-orang yang sehubungan dengannya dan saat itulah praktik Islam benar-benar dimulai oleh Martin.

"Sebagai seorang manusia, saya memang berdialog dengan Tuhan, tetapi entah bagaimana terhenti. Islam menyalakan kembali dialog itu, menghubungkan kembali saya dengan-Nya dan menghapus perantara apa pun dalam hubungan kami," kata Martin.

Martin memberikan nasihat bagi orang yang ingin mencari tahu tentang islam. Mereka harus menggunakan waktu, dan meminta petunjuk kepada Allah Subhanahu wa taala. Islam memiliki semua jawaban atas segala pertanyaan.

Martin menambahkan, bagi mereka yang baru pindah agama menjadi Muslim, diharapkan tetap berpenampilan dengan baik. Hal ini karena mereka merupakan wakil dari Islam.

Sumber: Republika

Sadar Islam Sebagai Cara Hidup, Yamilia Putuskan Jadi Mualaf

Sadar Islam Sebagai Cara Hidup, Yamilia Putuskan Jadi Mualaf

Sadar Islam Sebagai Cara Hidup, Yamilia Putuskan Jadi Mualaf
10Berita, Peluk Islam Karena Berkeadilan, Ubah Nama Jadi Hajar

JAKARTA -- Perenungan Yamilia selama bertahun-tahun akan alam semesta, keberadaan kehidupan dan kematian, akhirnya membawanya pada titik kebenaran akan Islam. Gadis Amerika berusia 28 tahun ini merupakan mahasiswa studi sosial di University of Missouri, Columbia.

Setelah meyakini akan Islam, Yamilia memutuskan bersyahadat dan kemudian mengubah namanya menjadi Hajar. Dia menyukai nama ini karena itu adalah nama ibu Nabi Ismail atau istri dari Nabi Ibrahim, yang juga merupakan leluhur dari Nabi Muhammad SAW.

Hajar mulai belajar tentang Islam dua tahun sebelum akhirnya menemukan kebenaran yang telah dia lewatkan dalam kehidupan materi di Amerika Serikat. Penelitian tentang kehidupan dan sosialnya membuat Yamilia amat menderita lantaran dia tidak dapat menemukan jawaban yang meyakinkan. Baginya, budaya materialistis Amerika tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah mendasar tersebut.

Dia sempat mendengar tentang Islam. Namun, pandangannya menyimpang, karena dia mendengar Islam mendiskriminasi perempuan dan merupakan agama kekerasan dan kejam. Kala itu, Hajar tidak mengetahui apa-apa tentang Islam.

Namun kemudian, Hajar bertutur ia mulai belajar tentang Islam. Dia kemudian menemukan kemurnian dari ajaran Islam dan penolakan agama ini terhadap kekuatan materialistis. Saat itu, dia terus belajar lebih banyak untuk mendalami Islam. Hajar mengaku dia sangat kesulitan mempelajari Islam pada awalnya, sebab tidak ada cukup buku-buku yang jujur tentang Islam dalam bahasa Inggris.


"Saya mencintai Islam, karena ini adalah agama yang berkeadilan dalam hak, adil, kebebasan individu dan sebagainya. Islam memberi kebebasan individu dan peran hidup serta tanggung jawab atas tindakannya. Saya mulai semakin mengerti tentang Islam dan sebagai hasilnya memeluk Islam," ungkap Hajar, dilansir di Islamweb.net.

Tatkala Hajar memeluk Islam, dia merasakan tanggung jawab agamanya terhadap Allah dan Islam. Karena itu, dia mulai berdakwah dan menyerukan tentang kebenaran yang ia raih.

Hajar juga merasakan keinginan kuat untuk menunjukkan kepada orang Amerika soal hasil dari penelitiannya. Pasalnya, masyarakat Amerika tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang Islam karena distorsi Islam di Barat yang sengaja dilakukan oleh musuh-musuhnya dan para orientalis yang jahat.

Setelah masuk Islam, Hajar menunjukkan perubahan sepenuhnya dari seorang wanita muda Amerika yang ceroboh menjadi seorang yang bertanggung jawab, sederhana perilakunya dan hidupnya dikendalikan oleh sejumlah ajaran Ilahi. "Tujuan mulia saya adalah berjuang di jalan Islam melawan kapitalisme, tirani dan kejahatan yang memerintah dunia sekarang. Islam adalah satu-satunya solusi semua penderitaan ini serta kelaparan, perang, dan lainnya," ujarnya.

Bagi Hajar, Islam adalah satu-satunya solusi. Menurutnya, Islam adalah satu-satunya agama sejati yang menawarkan solusi, sistem dan prinsip untuk masalah sosial, politik dan ekonomi dunia. Hajar juga menyebut Islam sebagai cara hidup yang sesuai dengan sifat dikotomis manusia, jiwa dan tubuh, seperti firman Allah yang kemudian ditunjukkan dan dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW.

"Saya menemukan solusi masalah-masalah filosofis dalam Islam yang memberi saya waktu yang sangat sulit meneliti dan membaca," katanya.

Hajar berbicara dengan jujur dan ekspresif seperti yang dirasakan orang. Hajar juga mengucapkan beberapa ekspresi Arab.

Menurutnya, Islam bukan sekadar ibadah, tetapi merupakan sistem yang koheren dari perjalanan kehidupan. Ia mengatakan, jihad untuk kesetaraan, persamaan dan keadilan adalah gambaran paling penting dari Islam dan yang paling dibutuhkan saat ini.

Setelah menjadi mualaf, Hajar juga berupaya menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan dan pribadinya. Ia telah mengenakan jilbab sejak memeluk Islam. Tidak hanya itu, gaya hidupnya pun disesuaikan dengan ajaran Islam. Hajar mulai melakukan sholat wajib tepat waktu. Dia juga hafal sebagian dari ayat Alquran untuk sholat.

Hajar mengatakan, dia menyukai masalah atau kesukaran demi agamanya. Banyak Muslim disiksa, namun mereka tidak pernah menyerah.

Hal ini yang menyebabkan dia siap mentoleransi kesulitan untuk kembali ke Islam. Dia lantas menegaskan tidak akan peduli dengan apa pun, kecuali Islam.

Hajar juga berbicara soal Palestina. Dia meyakini Palestina adalah tanah Islam dan Arab yang secara hukum harus diberikan kepada warga Palestina.

Dia terkadang berbicara tentang masalah ini untuk menegaskan klaim Islam tentang Palestina. Di sini, Hajar berupaya menunjukkan diri sebagai wanita Amerika yang membela hak-hak Muslim dan menyebarkan Islam di Amerika.

Sumber: Republika

Kamis, 18 Juni 2020

Ramli, Mualaf yang Ingin Banyak Etnis China Masuk Islam

Ramli, Mualaf yang Ingin Banyak Etnis China Masuk Islam


10Berita, Musofa di utara Jakarta menyerupai Taj Mahal di India. Jika Taj Mahal adalah simbol cinta seorang raja kepada istrinya, Masjid Ramlie Musofa adalah lambang cinta seorang mualaf beretnis Tionghoa kepada Islam.

Masjid Ramlie Musofa berlokasi di seberang Danau Sunter atau tepatnya di Jalan Danau Sunter Selatan 1 blok 1/10 Nomor 12C – 14A, Jakarta Utara. Dibangun selama 5 tahun di atas lahan seluar 2.000 meter persegi, masjid tiga lantai itu diresmikan pada 2016 silam.

Arsitekturnya mirip dengan Monumen Taj Mahal. Sama-sama memiliki tiga kubah. Komposisi letak dan perbandingan ukuran antar kubahnya juga serupa. Sejumlah menara kecil yang mengitari tiga kubah tersebut juga mirip. Ditambah lagi semua bangunannya juga berwarna putih, membuat mata serasa melihat Taj Mahal mini di Jakarta.


Masjid itu didirikan oleh Haji Ramli Rasidin, seorang mualaf beretnis China. Ia mengucapkan syahadat di Aceh pada tahun 1964, ketika berusia 19 tahun.

Sofian Rasidin, anak kedua Ramli dan juga Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Ramlie Musofa, mengatakan, masjid itu didirikan oleh bapaknya menyerupai Taj Mahal karena terinspirasi akan makna filosofisnya. Taj Mahal didirikan Raja Shah Jehan dari Kerajaan Mughal sebagai lambang cinta pada sang istri, Mumtaz Mahal.

“Jadi bapak itu, Pak Haji Ramli, berharap masjid ini sebagai lambang cinta beliau kepada, pertama Allah SWT, kedua kepada Islam, ketiga kepada keluarga,” kata Sofian kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Sumber: Eramuslim

Senin, 15 Juni 2020

Kisah Mantan Penasihat Presiden Nixon Menemukan Islam

Kisah Mantan Penasihat Presiden Nixon Menemukan Islam


Robert Dickson Crane

10Berita, Oleh Nidya Zuraya

Berbagai posisi penting dalam pemerintahan Amerika Serikat (AS) pernah ditempati Robert Dickson Crane. Dia pernah menjabat sebagai penasihat politik luar negeri untuk Presiden AS ke-37, Richard Nixon, dari 1963 sampai 1968.

Untuk waktu yang sangat singkat menjabat wakil direktur perencanaan Dewan Keamanan Nasional pada masa pemerintahan Nixon. Juga, menjadi duta besar untuk Uni Emirat Arab (UEA) di masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan.

Setelah memeluk Islam, lelaki kelahiran Cambridge, Massachusetts, AS, 26 Maret 1929 ini, lebih banyak berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang mengkampanyekan tentang Islam.

Perjalanan Crane dalam menemukan Islam cukup panjang. Nenek moyang Crane dari garis ibu berasal dari daratan Eropa yang bermigrasi ke wilayah Amerika.

Keluarganya datang ke New Haven, Connecticut, pada 1636. Beberapa di antara mereka menetap di Elizabethtown (sekarang Elizabeth), New Jersey.

Sementara nenek dari pihak ayahnya berasal dari suku Indian Cherokee. Meski berasal dari kalangan suku Indian, namun keluarga besar Crane tetap menomorsatukan urusan pendidikan. Ayah Crane merupakan seorang pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Harvard.

Sementara keluarga besar ibunya dikenal publik Amerika sebagai salah satu penyokong finansial Universitas Northwestern. Karenanya tak mengherankan jika sedari kecil hingga dewasa ia mendapatkan pendidikan yang memadai.


Selepas menamatkan pendidikan menengah atas, Crane sempat berkuliah di Universitas Harvard, namun tidak sampai tamat. Kemudian ia melanjutkan pendidikan setingkat sarjana muda di Universitas Northwestern. Setelah lulus dari Northwestern, ia diminta untuk membantu menjalankan usaha keluarga.

Kedua orang tuanya memintanya untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Harvard. Sejak muda, Crane gemar menulis berbagai artikel.

Salah satu artikel yang pernah ditulisnya adalah mengenai strategi ruang angkasa Soviet. Ketika pecah Krisis Misil Kuba, ia menulis sebuah artikel panjang tentang strategi perang psikis.

"Saya sudah menduga bahwa Soviet akan memenangkan krisis misil itu. Setiap orang berpikir bahwa Amerika Serikat akan menundukkan mereka, tetapi bagi saya jelas bahwa tujuan Krushchev (pemimpin Soviet kala itu, red) bukanlah mengintimidasi atau menggunakan misinya untuk melawan Amerika Serikat. Tujuannya adalah mengkonsolidasi kekuatan Komunis di Kuba. Caranya adalah dengan memasang misil-misil tersebut, kemudian menariknya kembali dengan jaminan komitmen Amerika agar tidak mencampuri urusan Fidel Castro, itulah yang sebenarnya terjadi,’’ papar Crane dalam buku American Jihad, Islam After Malcolm X, karya Steven Barbosa.

Tanpa ia duga, artikel tersebut dibaca oleh mantan orang nomor satu di Amerika, Richard Nixon. Nixon membacanya di atas pesawat dalam penerbangan dari California ke New York.

"Dia memanggil saya segera setelah mendarat, pada Januari 1963, dan bertanya apakah saya bersedia menjadi penasihatnya untuk urusan politik luar negeri," ungkap Crane.

Sebagai penasihat presiden tentunya ia harus menguasai berbagai aspek persoalan terkait dengan politik luar negeri. Tugas utamanya saat itu adalah mengumpulkan artikel-artikel terbaik pada setiap pokok persoalan dan menggabungkan semua artikel tersebut menjadi buku ringkasan untuk dibaca oleh Nixon.

Berbagai macam artikel dibacanya, salah satunya adalah mengenai agama. Ia tertarik untuk membaca tentang bermacam-macam agama. Dan dia ingin mengetahui tentang Islam.

"Saat itu saya telah membaca sedikit tentang Islam, sebab saya pikir Islam akan menjadi sekutu Amerika Serikat yang paling kuat dan tahan lama untuk melawan Komunisme. Sebab kami berdua, saya dan Nixon, memandang Komunisme sebagai ancaman dunia," tutur Crane.

Saat Nixon hendak mencalonkan diri sebagai Presiden AS, Crane termasuk salah satu orang terdekat Nixon yang tidak memberikan dukungan. Terlebih lagi pemikirannya yang kerap berseberangan dengan ketua tim sukses Henry Kissinger, membuatnya disingkirkan selama masa kampanye 1968.

Setelah terpilih menjadi Presiden AS ke-37, Nixon menunjuk Crane menjadi wakil direktur perencanaan untuk Dewan Keamanan Nasional. Sementara posisi direktur dipegang oleh Kissinger.

Namun, hubungannya yang kurang harmonis dengan Kissinger membuat Crane tersingkir dari Dewan Keamanan Nasional.

Crane mengakui pada awalnya tidak pernah memikirkan Islam secara serius. Yang diketahuinya tentang Islam hanyalah bahwa Muslim yang baik harus membunuh orang Kristen dan surga orang Muslim seperti rumah pelacuran.

"Saya sangat muak dan tidak pernah berhasrat mempelajari agama ini. Agama ini sangat primitif. Dan saya menasihati Nixon untuk menggunakan Islam sebagai sekutu untuk melawan komunis. Saya pikir Islam adalah agama yang menjijikkan, tetapi paling tidak, dapat digunakan untuk melawan komunisme," kata dia memaparkan.

Tetapi, sebuah perjamuan makan di Bahrain mengubah pandangannya tentang Islam. Saat itu musim panas tahun 1977, Crane beserta istrinya sedang berada di Bahrain.

Di tengah suhu yang begitu panas, sang istri memintanya menemani melihat-lihat istana di Al-Muharraq, yang merupakan kota dagang tertua di dunia. Kota ini hanya terdiri dari lorong-lorong sempit, seperti sebuah jaringan jalan yang semrawut.

Kondisi jalan yang semrawut ini membuat Crane dan istrinya tersesat di tengah keramaian. Dalam kondisi bingung, tiba-tiba ada orang tua lewat di depannya dan mengajak Crane ke rumahnya yang berada tidak jauh dari lokasinya saat itu.

Crane beserta istri kemudian menghabiskan sisa hari mereka di sana. Sang tuan rumah menjamu mereka dengan berbagai macam makanan.

"Kami berbicara tentang berbagai hal, dan dia mengatakan bahwa dia seorang Muslim. Saya sungguh terpesona karena dia benar-benar orang baik. Kami tidak pernah membicarakan tentang Islam. Kami berbincang tentang apa-apa yang baik di dunia, tentang hal-hal yang buruk di dunia, dan tentang apa yang penting di dunia. Juga tentang peran Tuhan di dunia, tetapi tidak mengenai agama Islam,’’ ujar dia mengenang.

Momen tersebut benar-benar membekas dalam dirinya. Setelah perjamuan tersebut, Crane mulai berpikir apakah sebaiknya ia mulai mempelajari agama Islam.

Ia pun mempelajari Islam, dan menyadari bahwa segala sesuatu dalam Islam adalah benar-benar apa yang selama ini selalu diyakininya.

Pada tahun 1980, ia berkesempatan mengikuti sebuah konferensi tentang gerakan Islam di New Hampshire. Seluruh pemikir besar dari gerakan Islam dunia hadir di sana.

Ketika waktu makan siang tiba, Crane lebih memilih bergabung bersama para tamu asing. Yang ada dalam pikirannya saat itu hanyalah keinginan untuk belajar sebanyak mungkin dari mereka.

Tanpa banyak bertanya, Crane kemudian mengikuti langkah para delegasi asing ini ke sebuah ruangan yang lantainya ditutupi permadani. Semula ia mengira mereka akan makan siang. Namun, dia baru menyadari kalau hari itu adalah hari Jumat.

"Mereka akan melakukan shalat Jumat. Saya memutuskan sebaiknya saya meninggalkan mereka. Tetapi saya pikir itu akan menyinggung perasaan mereka. Lalu saya hanya duduk di bagian belakang ruangan," ujar dia.

Yang bertindak selaku imam shalat saat itu adalah Hasan Al-Turabi, seorang tokoh terkemuka gerakan Islam internasional asal Sudan. Menyaksikan Al-Turabi bersujud, Crane pun terhenyak sesaat.

"Saya menyadari bahwa dia membungkuk kepada Allah. Jika dia dapat bersujud kepada Allah maka itu artinya dia sepuluh kali lebih baik dari saya. Saya memutuskan bahwa saya juga harus bersujud," batinnya.

Dia merasa mendapatkan teladan dari situ. Saat itu juga, Crane bersujud dan memutus kan untuk menjadi seorang Muslim.

Sumber: Republika

Jumat, 12 Juni 2020

Sempat Rasakan Hidup Enak dan Susah, Satu Keluarga Pengusaha Ini Kompak Dapat Hidayah dan Jadi Mualaf: Perasaan Hati Sejuk dan Tenang

Sempat Rasakan Hidup Enak dan Susah, Satu Keluarga Pengusaha Ini Kompak Dapat Hidayah dan Jadi Mualaf: Perasaan Hati Sejuk dan Tenang

Satu Keluarga Pengusaha Terpandang di Palembang Ini Putuskan Mualaf

10Berita - Keluarga pengusaha yang berasal dari Palembang ini sempat menjadi sorotan karena kisah spiritualnya.

Mereka memutuskan untuk memeluk agama Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Cheng Ho, Jakabaring pada Jumat (10/05/2019) lalu.

Ateng alias Suyono, Ong Mei Lu (istri Ateng) dan Lois Fernando bergantian mengucap dua kalimat syahadat.

Proses pembacaan dua kalimat syahadat ini dipimpin oleh H Ahmad Affandi selaku ketua pembina iman tauhid Islam (PITI) Sumatera Selatan.

Baca Juga: Jaga Sikap agar Tak Terlibat Konflik, Ashanty Ternyata Pernah Berikan Pesan Menohok ke Krisdayanti: Jadi Istri yang Baik, Ngurus Anak yang Bener

Proses sakral tersebut dihadiri Gubernur Sumsel Herman Deru, Gubernur periode 2003-2008 Syahrial Oesman, tokoh masyarakat Kemas H Halim, Ketua MUI Sumsel Aflatun Muchtar, Ustad Sodikun dan lainnya.

"Saya tidak akan banyak bicara, hidayahlah yang memangil saya untuk masuk Islam dan ini sudah pangilan hati. Perasaan hati sejuk dan lebih tenang," ujar Hermanto, pemilik toko Jaya Raya elektronik di kawasan 16 Ilir.

Pria kelahiran Palembang 7 February 1956 ini menceritakan, sewaktu kecil rumahnya dekat dengan masjid, dan sekarang rumahnya berada di seberang masjid.

Kesehariannya yang banyak berinteraksi dengan umat Muslim memengaruhi jiwanya untuk masuk Islam.

Baca Juga: Dikenal Bersahabat Dekat, Ayu Ting Ting Ternyata Tak Komunikasi dengan Ivan Gunawan Saat Pacaran dengan Shaheer Sheikh: Pas dia putus baru, 'Aa lagi di mana'


Satu Keluarga Pengusaha Terpandang di Palembang Ini Putuskan Mualaf
"Prosesnya butuh dua tahun untuk memutuskan memeluk agama Islam. Terlebih saya sudah mengalami tiga fase yaitu yang pertam hidup enak, lalu tahun 1998 krisis moneter, dan ketiga yang kebakaran toko," katanya.

Menurutnya, saat insiden kebakaran toko ia banyak dibantu oleh temen-temen muslim.

Perjalanan hidup ini memang semuanya butuh proses, untuk itu ia pun menjelaskan terhadap keluarga dan terhadap etnisnya atas keputusan yang diambil.

"Keluaraga semua terima, cuma kalau mau keluarga semua Islam butuh proses dan waktu," jelasnya.

Baca Juga: Diam-diam Krisdayanti Curhat Selama 3 Jam Saat Heboh Unggahan Raul Lemos Soal Selingkuh, Ashanty Beri Tanggapan Menohok: Jadi Istri yang Baik

Usai resmi memeluk agama Islam, Hermanto Wijaya untuk pertama kalinya salat Ashar berjamaah di Masjid Raya Citra Grand City.

Proses mengambil wudu dan salat diajarkan oleh para ustaz.

"Saya sangat senang bisa salat di sini," katanya.

Baca Juga: Kini Bahagia Usai Dikarunai Bayi Kembar, Syahnaz Sadiqah Malah Ngaku 'Pisah Ranjang' dengan Jeje Govinda, Ada Apa?

"Namanya baru proses belajar ya. Tempat kita dulu juga ada jongkok tapi jongkoknya tidak sampai habis ke bawah. Kalau untuk baca-bacaanya nanti dipandu ustad, bisa bisa privat belajar bertahap," katanya.

Momentum mualaf berdekatan dengan bulan Ramadan, Hermanto mengatakan akan belajar puasa.

"Saya akan puasa, tapi kayaknya belum bisa full karena proses belajar. Dan pastinya saya akan naik Haji namun prosesnya bertahap," katanya.

Ia juga menuturkan bahwa sudah sunat 30 tahun lalu saat muda.

Baca Juga: Digadaikan Cintanya, Anang Hermansyah Ternyata Pernah Rela Temani Krisayanti Tidur di Hutan Demi Lepas dari Narkoba: Alhamdulillah Punya Suami Sebaik Dia

Sehabis salat Jumat, masyarakat tidak langsung pergi dari masjid namun memilih untuk duduk dan menunggu proses pengucapan dua kalimat syahadat dimulai.

Di sela proses pembacaan dua kalimat syahadat, Hermanto sempat ditanya apakah masuk Islam karena ada paksaan?

"Tidak ada, saya masuk Islam tanpa paksaan. Melainkan murni dari dalam hati saya,"tegasnya.

Ateng dan anggota keluarganya mengucap dua kalimat syahadat di masjid Cheng Ho, Jumat (10/05/2019).(*)

Sumber: