10Berita Jakarta – Setelah kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan, teror kembali dialamatkan kepada dua pimpinan KPK. Belum lama ini, Rabu (9/1) telah ditemukan bom pipa palsu di rumah Ketua KPK Agus Rahardjo di kawasan Perumahan Graha Indah, Bekasi.
Sedangkan di rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di Kalibata, ditemukan botol berisi spiritus dan sumbu api yang sempat meledak dan menyisakan bekas hitam di dinding rumahnya. Polisi sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di kediaman Agus dan Laode.
Menurut keterangan saksi Suwarni (59), pukul 01.00 dini hari terdengar suara ledakan di rumah Laode yang disebabkan oleh botol tersebut. Akibatnya, dinding rumah Laode menyisakan bekas hitam pekat namun tak ada korban jiwa dari kejadian itu.
Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah mengatakan KPK mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat untuk tetap bekerja seperti biasa walaupun baru saja menerima serangan teror. Pernyataan tersebut ia sampaikan merespons teror yang menimpa dua pimpinan KPK tersebut.
Saat ini polisi juga sudah membentuk tim dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror bekerjasama dengan Mabes Polri dan Polda Metro Jaya untuk mengungkap kasus teror tersebut.
“Polri sudah menurunkan beberapa tim jajaran Polda Metro Jaya di kedua kediaman pimpinan KPK, di-backup Bareskrim, Pusident, Puslabfor, dan Densus 88,” ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal di kantornya, Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Menurut keterangan Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono, dua Komisioner KPK itu akan diperiksa sebagai korban.”Tentunya [diperiksa] sebagai korban. Secepatnya,” kata Argo, Rabu (9/1).
Dari barang bukti yang didapat penyidik di lokasi kejadian, disita pecahan botol. Sementara bekas kepulan asap tengan diidentifikasi. Diduga ledakan itu berasal dari bom, tapi masih dianalisa jenisnya. Adapun kediaman Agus berada di Bekasi, Jawa Barat, dan kediaman Laode di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan.
Mantan Penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abdullah Hehamahua mengaku heran atas aksi teror yang hanya ditujukan kepada dua pimpinan KPK, yakni Agus Rahardjo dan Laode M Syarif. Abdullah juga menyinggung soal teror yang terjadi tak lama setelah KPK melakukan sejumlah operasi tangkap tangan (OTT) di berbagai tempat.”Anehnya bagi saya, kok teror dilakukan hanya ke dua [Agus Rahardjo dan Laode M Syarif] orang ini,” kata Abdullah melalui pesan singkat, Rabu (9/1).
Abdullah coba menjelaskan tentang tiga kekuatan koruptor yakni: uang, ‘geng’ dan senjata. Menurut dia, jika koruptor yang belum diungkap KPK merasa terganggu, mereka dapat menggunakan salah satu atau ketiga kekuatan tersebut untuk menyerang KPK.
Abdullah kemudian mengaitkannya dengan sejumlah pejabat yang diciduk KPK dalam berbagai kesempatan. “Apalagi pejabat-pejabat yang ditangkap KPK belakangan ini berasal dari kubu yang punya tiga kekuatan di atas,” kata dia.
Lebih lanjut, Abdullah menyarankan kepada seluruh jajaran di tubuh KPK untuk tidak gentar terhadap aksi teror yang terjadi pada Rabu (9/1). Ia mendorong KPK untuk terus mengungkap kasus korupsi sesuai dengan SOP yang berlaku.
“Dan kalau ditakdirkan meninggal karena menangkap presiden, menteri, pejabat tinggi atau salah ‘seorang naga’, itulah kehormatan besar yang diberikan Allah kepada kawan-kawan karena meninggal sebagai seorang syuhada,” tutur Abdullah. (des)
Sumber : panjimas