Resensi Buku : Duology , Penakluk Turki dan Pemegang Akhir Khilafah Utsmaniyah
10Berita – Ketika mendengar hadits yang berbunyi: “Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat pemimpin adalah pemimpinnya, dan sekuat-kuat pasukan adalah pasukannya,” Muhammad Al-Fatih menganggapnya sebagai kabar gembira, inspirasi, sekaligus motivasi. Ia menyadari bahwa untuk meraih kemenangan istimewa dibutuhkan kelayakan dan persiapan khusus. Tentu saja mewujudkan “sehebat-hebat pemimpin” dan “sekuat-kuat pasukan” bukanlah hal yang sederhana.
Buku ini secara detil memotret perjalanan hidup sosok Al-Fatih; sejak era kelahirannya pada saat Sultan Murad II memerintah hingga akhir hayatnya. Tak terlewatkan momen-momen penting ketika Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453 M; dari persiapan perang, pengepungan selama 54 hari, hingga pengambilalihan dan pemulihan kota tersebut setelah ditaklukkan.
Penaklukan Konstantinopel inilah yang menegaskan posisi Daulah Utsmaniyah sebagai negara kuat di mata dunia. Keberhasilan meruntuhkan Imperium Bizantium menjadikan kekuatan politik dunia mana saja berhitung ulang jika ingin berkonfrontasi dengan Turki Utsmani.
Nama besar Penulis menjadi jaminan kualitas tersendiri dari buku ini. Dr. Ali Ash-Shallabi merupakan sosok yang diakui kepakarannya di bidang Sejarah Islam. Karya-karyanya sudah banyak terbit dan diakui secara internasional. Semoga hadirnya sosok Muhammad Al-Fatih lewat buku ini menjadi teladan dan sumber inspirasi bagi umat Islam hari ini.
Judul : Muhammad Al-Fatih (1432-1481M) Sang Penakluk yang Diramalkan
Penerbit : Aqwam
Penulis : Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi
Ukuran : 14 x 20,5 cm
Tebal : 410 hlm
Berat : 0,5 kg
“Jika khilafah Utsmaniyah dimusnahkan suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Tetapi, bila aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari khilafah islamiyah.” — Abdul Hamid II, 1902
——-
Sultan Abdul Hamid II adalah tokoh besar di penghujung senja Khilafah Turki Utsmani. Beliau juga dikenal sebagai “benteng terakhir” yang menghalangi upaya Gerakan Zionisme Internasional untuk membeli Palestina. Setelah diusir oleh Sultan, Bapak Zionis Internasional Theodor Herzl bersama rekannya banker Yahudi Mizray Qrasow pergi ke Italia. Kemudian Qrasow mengirim telegram kepada Sultan, “Anda akan membayar pertemuan itu dengan nyawa dan kekuasaan Anda.”
Setelah upaya itu gagal, orang-orang pro-Zionis berkonspirasi untuk menjatuhkan Sultan dari dalam. Mereka memiliki agen-agen yang menjadi pejabat-pejabat tinggi Negara. Pelengseran Sultan Abdul Hamid dari tampuk khilafah pada bulan April 1909 menjadi pukulan yang sangat telak bagi umat Islam. Ketika Sultan Abdul Hamid turun tahta, pada dasarnya Palestina juga sudah jatuh ke tangan Zionis.
Bernard Lewis, sejarawan Yahudi ternama dari Amerika, “Rekan-rekan kita dari kalangan Masonis dan Yahudi telah bekerjasama secara diam-diam untuk menyingkirkan Sultan Abdul Hamid. Dia adalah penghalang yang kuat bagi bangsa Yahudi, sebab dia menolak memberikan Tanah Palestina untuk Yahudi walaupun hanya sejengkal.”
Keteladanan Sultan Abdul Hamid II terpotret dalam buku ini. Kehebatannya pun diakui oleh Kaisar Jerman Wilhelm II, yang pernah mengunjungi Sultan pada tahun 1898. Dia berkomentar, “Aku telah menemui banyak raja dan penguasa sepanjang hidupku. Aku temukan mereka semua lebih lemah jika dibandingkan denganku, atau yang terkuat sekalipun adalah yang sebanding denganku. Namun, jika berhadapan dengan Abdul Hamid, aku merasa gentar.”
Judul : Sultan Abdul Hamid II: The Last Khalifa
Penerbit : Aqwam
Penulis : Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi
Ukuran : 14 x 20,5 cm
Tebal : 352 hlm
Berat : 0.5 kg
Cover : Soft Cover
Buku 1 set Muhammad Al Fatih dan Sultan Abdul Mahmud II seharga Rp 140.000 (belum termasuk ongkir)
Bagi yang memesan silahkan WA ke 085811922988 dengan sebutkan judul buku dan alamat kirimnya agar kami tawarkan.
Salam
Sumber: Eramu