OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label DAERAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DAERAH. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Februari 2018

Masyarakat Jambi Kecam Nama Puncak Gunung Kerinci Jadi Puncak Joko Widodo

Masyarakat Jambi Kecam Nama Puncak Gunung Kerinci Jadi Puncak Joko Widodo


10Berita, Rencana Kabupaten Solok Selatan, Sumbar yang akan mengusulkan pergantian dan pemberian nama puncak gunung Kerinci dengan nama Presiden ke-7 Republik Indonesia, Puncak Joko Widodo mendapat respon berbagai pihak di Kabupaten Kerinci.

Berbagai kalangan dari pecinta alam maupun masyarakat Kerinci merasa keberatan dengan usulnya pergantian nama tersebut. Karena mereka menganggap gunung kerinci merupakan wilayah Kabupaten Kerinci, sehingga tidak boleh dilakukan pergantian nama secara sepihak oleh Sumbar.

"Wah tidak setuju ini saya, dari zaman jauh nenek saya lahir sudah ada namanya puncak indrapura gunung kerinci, ya otomatis kerinci punya, sudah di kasih lewat pintu belakang. Maau merubah nama puncak kerinci pula. mohon pemerintah harus tanggap masalah ini," ungkap Alpika Dores menanggapi usulan perubahan nama ini, Jumat (15/2).

Demikian juga dikatakan Ansi, dari pecinta alam(SISPALA) Kerinci mengatakan keberatan apa yang akan diusulkan Kabupaten Solok Selatan tersebut.

"Kami dari Sispala tidak setuju apa yang dilakukan oleh saudara di solok itu. Puncak kerinci adalah puncak indrapura jangan diubah lagi.itu sudah warisan nenek moyang kami masyarakat kincai," katanya

Lain lagi tanggapan dari Isran yang mengatakan kendati Dita to namanya nanti, tetap saja nama Gunung Kerinci akan abadi. "Walaupun di ganti namanya. Bagiku tetap KERINCI.nama itu akan tetap abadi di hatiku," ucapnya

Ada lagi kabar di masyarakat bahwa gunung Kerinci bahwa sudah lama diperebutkan oleh Sumbar. Sehingga dengan menghilangkan nama kerinci berarti gunung tersebut tidak ada kaitannya dengan kabupaten kerinci.

"Setelah dirobah namanya, maka mereka akan mengklaim gunung jokowi termasuk dalam kawasan sumbar, berdasarkan peta. terutama utk pengembangan pariwisata. karena gunung kerinci adalah salah satu ikon besar pariwisata. Jangan sampai terjadi,," ungkap Rudi seorang pemerhati wisata di Kerinci.

Sebelumnya informasi yang diperoleh Tribun, para pegiat pariwisata Sumatera Barat dan Sekretariat Bersama Pendakian Kerinci Solok Selatan mengusulkan pemberian nama puncak kerinci dengan nama Presiden ke-7 Republik Indonesia, Puncak Joko Widodo. Kalangan DPRD Provinsi Sumatera Barat menyetujui hal ini.

Karena menganggap Jokowi juga pernah melakukan pendakian kerinci pada tahun 1983, dan hal tersebut sangat berkesan bagi beliau. Terlebih waktu itu Jokowi melalui Solok Selatan untuk sampai di Kresik Tuo.usulan dan plang namanya nanti rencanaya akan letakkan di puncak kerinci 3805 Mdpl. Menunggu persetujuan dari Joko Widodo.

Kepala seksi Pengelolaan Kawasan Strategis  dan Destinasi Kepariwisataan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solok Selatan, Aig Wadenko mengatakan selain nama Jokowi, mereka juga mengusulkan nama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya.

“Kami mengusulkan tempat perkemahan terakhir pada ketinggian 3200 mdpl diberikan nama Camping Siti Nurbaya, sebagai apresiasi atas besarnya perhatian menteri untuk pembukaan jalur tersebut,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan ada 11 nama lagi yang digunakan sebagai tempat perkemahan sepanjang jalur pendakian 14,2 Km. Nama-nama tersebut memiliki arti penting dalam pembukaan jalur tersebut.

Sumber : kabarsatu.news

Rabu, 14 Februari 2018

Anggota FPI Penggrebek Pasangan Mesum Dijadikan Tersangka, Kapolres klaten DIGUGAT Praperadilan

Anggota FPI Penggrebek Pasangan Mesum Dijadikan Tersangka, Kapolres klaten DIGUGAT Praperadilan


10Berita, Tim Pengacara Pembela Aktivis Islam sebagai kuasa dari angggota FPI Klaten, Ustadz Sulis dan kawan-kawan mengajukan gugatan praperadilan terhadap Kapolres Klaten AKBP Juli Agung Pramono, S.H., SIK, M.Hum di Pengadilan Negeri Klaten, Selasa 13 Februari 2018.

Anggota Tim Pengacara Pembela Aktivis Islam, Aziz Yanuar menjelaskan, alasan pengajuan gugatan praperadilan tersebut lantaran Ustadz Sulis dan kawan-kawan ditetapkan sebagai tersangka tidak melalui prosedur hukum yang benar.

“Ustadz Sulis dan kawan-kawan ditangkap, ditahan secara serampangan dan sewenang-wenang, yang menyalahi KUHAP dan bertentangan dengan due process of law. Singkatnya Ustadz Sulis ditersangkakan dulu, ditangkap dan ditahan kemudian, baru dicarikan bukti,” ungkap Aziz.

Padahal, faktanya, jelas Aziz, Ustadz Sulis dkk dijerat karena menjalankan haknya sebagaimana Pasal 1 angka 24 jo. Pasal 111 ayat (1) KUHAP yaitu untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana sehubungan dengan penggunaan fasilitas kamar Hotel Srikandi oleh pasangan yang tidak terikat perkawinan (perbuatan mesun).

“Semestinya Kapolres Klaten memberikan apresiasi, bukan malah menjerat pidana Ustadz Sulis dkk dan memperlakukannya layaknya pelaku terorisme, dengan memindahkan tahanan Ustadz Sulis dkk ke Polda Jateng,” pungkas Aziz yang juga merupakan Pengacara GNPF Ulama dan Anggota Badan Hukum Front FPI.

Sumber : PORTAL-ISLAM.ID

Senin, 12 Februari 2018

Keren !, Walikota Bima NTB Larang Perayaan Valentine Day di Wilayahnya

Keren !, Walikota Bima NTB Larang Perayaan Valentine Day di Wilayahnya


10Berita, Wali Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, H Qurais H Abidin, menerbitkan surat edaran perihal larangan merayakan Valentine Day atau Hari Kasih Sayang di kota Bima.

“Surat Edaran Wali Kota Bima Nomor 54 Tahun 2018 tersebut dimaksudkan untuk mencegah perilaku generasi muda, mahasiswa dan pelajar Kota Bima yang melanggar nilai-nilai moral dan akhlak yang umumnya terjadi setiap tanggal 14 Februari atau Valentine Day,” kata H Qurais H Abidin dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/2/2018).

Dalam edaran tersebut, Wali Kota meminta seluruh pimpinan perguruan tinggi dan kepala sekolah/madrasah di wilayah Kota Bima untuk melarang kegiatan mahasiswa/pelajar, baik pada lingkungan perguruan tinggi/sekolah/madrasah atau di luar, yang bertujuan untuk merayakan Hari Kasih Sayang.

H Qurais H Abidin pun meminta pimpinan perguruan tinggi dan kepala sekolah/madrasah untuk membuat surat pemberitahuan kepada seluruh orang tua dan wali murid untuk dapat mengawasi putra-putrinya agar tidak terjebak dan melakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi masyarakat Kota Bima.

Selain kepada guru dan orang tua, Wali Kota juga meminta Ormas Islam se-kota Bima agar senantiasa ikut menjaga ketertiban sosial dengan menegakkan dakwah amar makruf nahi munkar, dengan menjunjung tinggi aturan hukum yang berlaku dan tetap melakukan koordinasi dengan aparat dan dinas terkait pada setiap aksi yang dilakukan.

Sementara itu, Dinas Koperindag, Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak diinstruksikan untuk mengawasi penjualan alat kontrasepsi pada semua apotik dan toko obat di Kota Bima agar penjualannya lebih selektif sebagai upaya untuk mencegah perilaku seks bebas di kalangan pasangan yang belum menikah.

Camat dan lurah pun diimbau untuk mempersiapkan tema khutbah tentang larangan perayaan Hari Kasih Sayang atau valentine day.

Sebagai upaya tambahan, Satuan Polisi Pamong Praja diarahkan untuk melakukan pengawasan dan pengamanan pada malam perayaan Hari Kasih Sayang atau valentine day serta melakukan razia pada tanggal 13-15 Februari 2018 di seluruh kos-kosan, hotel/penginapan, kafe dan tempat-tempat hiburan lainnya.

Sumber : Dakwah media 

Sabtu, 10 Februari 2018

Pengabdian Perawat Berjilbab di Kampung Suku Asmat

Pengabdian Perawat Berjilbab di Kampung Suku Asmat

Laporan wartawan Republika Muhyiddin, langsung dari Asmat Papua:

Bukan rahasia, daerah-daerah di Kabupaten Asmat sukar dijangkau. Demikian juga dengan Kampung Yaosakor, Distrik Siret. Dari Agats, ibu kota Kabupaten Asmat, kampung ini hanya bisa dijangkau dengan perahu cepat melalui Sungai Aswed.

Bersama tim relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT), Republika.co.id menyusuri sungai yang membentang berkelok-kelok dan banyak bercabang itu sejak Rabu (7/2)."Biasanya kalau air lagi surut, buaya-buaya itu ada di pinggir sungai, tidur," ujar Doni, salah satu awak perahu cepat.

Bercabangnya Sungai Aswed membuat awak perahu harus menanyakan arah menuju Yaosakor ke penduduk lokal yang juga menggunakan perahu cepat atau kepada nelayan yang tengah memancing ikan. Setelah empat jam berperahu, Republika.co.id dan tim ACT akhirnya tiba di Kampung Yaosakor. Anak-anak tempatan yang tengah bermain di dermaga ramai melambaikan tangan saat perahu merapat dan akhirnya bersandar di pelabuhan kecil dari kayu.

Tak jauh dari tempat kapal bersandar, tampak sebuah puskesmas yang tak sebegitu besar. Bangunannya dari kayu dan berdiri di semacam panggung. Bentuknya seperti bangunan lain di Asmat yang menyesuaikan dengan kontur tanah yang berawa.

Puskesmas itu termasuk yang paling ramai di Asmat. Ada sebanyak 26 tenaga kesehatan yang terdiri atas perawat, bidan, dan ahli gizi. Namun, tidak ada dokter di Puskesmas Yaosakor. Akibatnya, anak-anak yang menderita penyakit parah harus dirujuk ke rumah sakit yang ada di Distrik Agats, pusat pemerintahan Kabupaten Asmat.

Republika.co.id menemui Devi Dewiana (26 tahun), salah satu perawat di puskesmas itu. Di tengah warga Yaosakor, Devi dan rekan-rekannya tampak ganjil. Dia satu dari sedikit yang berjilbab di Yaosakor. Penduduk Muslim yang tinggal di kampung itu hanya empat perempuan dan dua laki-laki.

"Yang Muslim hanya kami-kami ini saja enam orang," kata Devi. Untuk melaksanakan Shalat Jumat, laki-laki Muslim di kampung itu harus naik kapal ke masjid di kampung tetangga.

Membuka obrolan, Devi mengatakan, banyak tantangan yang dihadapinya saat mengabdi di kampung ini. "Kemarin, pas imunisasi kita panggil masyarakatnya, yang kadang tidak mau. Takut disuntik," ujar Devi kepada Republika.co.id. Perawat asal Makassar, Sulawesi Selatan itu sudah setahun mengabdi di Yao Sakor setelah ditugaskan Dinas Kesehatan Papua dari Jayapura.

Meski sempat terkejut dengan penugasannya, Devi saat ini merasa bangga karena bisa menolong anak-anak pedalaman dari ancaman penyakit, seperti malaria dan campak ataupun gizi buruk. Terlebih, sang suami bersedia menemani ke Yaosakor.

Bagaimanapun, belakangan ini, upaya Devi dan rekan- rekannya seolah tenggelam di tengah mencuatnya kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk. Distrik Siret, termasuk salah satu wilayah terdampak bersama sejumlah distrik lainnya, seperti Suator, Kolofbrasa, Fait, Aswit, Pulau Tiga, dan Jetzi.

Tim Dinkes Papua menyatakan, dari lima kampung di Distrik Siret, sebanyak 108 orang terkena campak dalam pemeriksaan Januari lalu. Meski begitu, tak seperti di beberapa distrik lainnya, tak ada yang meninggal di Siret.

Terkait hal itu, menurut Devi, pemahaman warga Yaosakor memang masih kurang soal pentingnya kesehatan. "Pendidikannya masih rendah. Kadang kalau kita datang ke sana berlarian ke mana. Tapi kita edukasi, beri pengertian," ucapnya.

Ia mencontohkan, kondisi Puskesmas yang tak memiliki dokter kerap memaksa para perawat merujuk warga yang sakit parah ke RSUD Agats. "Nah, kadang pasien tidak mau dirujuk. Kalau tidak mau rujuk, kita kasih tanda tangan penolakan tindakan rujukan," kata Devi.

Hal senada juga diungkapkan perawat lainnya yang juga bertugas di Yaosakor, Ria Amriana (26). Seperti Devi, ia juga berasal dari Makassar dan berhijab. Meski berbeda keyakinan dengan kebanyakan warga Asmat yang beragama Katolik, Ria bersaksi jika ia diterima dengan baik.

Masyarakat kampung tersebut, menurut Ria, juga menghormati keduanya meskipun berbeda agama. "Untuk sementara, belum pernah (diusir). Kan pelayanannya kita di pustu (puskesmas pembantu) di kampung-kampung," ujar perempuan yang belum bersuami tersebut.

Berdasarkan pengakuan Devi dan Ria, mengedukasi warga tempatan soal kesehatan memang bukan pekerjaan mudah. Meski begitu, pekerjaan yang mereka lakukan bukanlah sesuatu yang mustahil. Salah satu kuncinya, menurut Ria, adalah pendidikan.

Ada sekitar 50 persen lebih peningkatannya. Cuma kalau di kampung sini ada sekolah SMP dan SD. Nahdi kampung lain juga ada sekolah cuma kadang mereka (para murid) ke bivak (rumah berpindah di hutan) mencari kayu hitam (gaharu)," kata Ria.

Sejak kabar KLB campak dan gizi buruk menyeruak dari Asmat, penampakan perempuan berjilbab di Asmat jadi bertambah. Mereka merupakan relawan dari sejumlah lembaga amil zakat (LAZ) yang menyalurkan bantuan dan tenaga kesehatan di daerah tersebut, seperti ACT yang sempat memberikan penyuluhan kesehatan kepada warga Kampung Yaosakor, Rabu (7/2).

"Kemarin Maghrib saja ada enam sampai tujuh saf yang shalat berjamaah, sedangkan subuh ada sekitar tiga saf," ujar Hajri, salah seorang relawan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) saat ditemui Republika.co.id di Masjid An-Nur di Agats, Rabu (7/2). Di sela-sela obrolan selepas Shalat Subuh itu, tampak empat relawan dengan seragam Baznas sedang membaca Alquran di masjid.

Umat Islam yang tinggal di Agats tergolong leluasa menjalankan ibadah mereka. Kebanyakan Muslim di daerah itu adalah para pedagang, pegawai pemerintahan, dan relawan.

Salah seorang tokoh masyarakat Asmat, Norbertus Kamona mengatakan, umat Katolik sebagai mayoritas juga sadar kalau umat Islam berhak melaksanakan ibadahnya dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945.

Bahkan, menurut dia, saat perayaan Hari Raya Idul Fitri, umat Islam juga kerap dibantu oleh umat Katolik. Begitu juga sebaliknya. "Sampai dengan hari ini, tetap kalau ada namanya takbiran yang bikin takbiran itu kita. Kemudian yang kerja kita orang Kristen," kata Norbertus sembari tersenyum.

Dia mengatakan, ada sekitar 80 Muslim dan Muslimah tempatan di distrik dengan jumlah total penduduk sekitar 15 ribu jiwa itu. "Yang agama Islam ada sekitar 80-an orang, yang lain itu mereka kan mendukung untuk membantu mereka untuk apa. Jadi masalah kehidupan beragama di sini tidak ada," kata Norbertus.

Wakil Bupati Asmat Thomas E Safanpo menjelaskan, setidaknya ada dua masjid di Kabupaten Asmat. Masjid An-Nur, salah satunya, dibangun dari tanah yang dihibahkan kakeknya. "Itu dibangun sekitar tahun 1972," katanya saat berbincang dengan Republika.co.id di pelabuhan Distrik Agats. "Kalau kalian mau lihat NKRI yang sesungguhnya, ada di Papua."

Sumber: Republika

Kamis, 08 Februari 2018

Catatan dari Asmat (3) : Suasana Malam hingga Jalanan dari Kayu

Catatan dari Asmat (3) : Suasana Malam hingga Jalanan dari Kayu

10Berita, PAPUA –Jika malam tiba, ibu kota berangsur angsur sepi. Kecuali di Jalan Yos Sudarso. Jalan itu layaknya Kemang di Jakarta atau Malioboro di Yogyakarta. Warga lalu lalang untuk sekadar “cari angin”, “cuci mata” mencari makan malam atau sekadar jajan. Keramaian mulai reda dari jam sembilan ke atas.

Patut diperhatikan, hati-hati bila keluar malam di atas jam 21.00 WIT. Menurut penuturan warga setempat, di atas jam tersebut adalah jam rawan kejahatan. Apalagi untuk turis atau pendatang.

Damai, itulah gambaran suasana Agats malam hari. Biasanya, warga suka keluar ke jalanan di depan rumah untuk sekadar bercengkrama maupun tidur-tiduran menikmati malam. Bintang-bintang terlihat jelas, kebetulan malam ini langit sedang cerah.

Ada “Jalan Tol” di Agats

Aktifitas warga Agats, Kabupaten Asmat dihubungkan dengan jalan kayu selebar satu meter. Kita tidak akan menemui jalan beraspal di sini, kecuali jalan beton.

Saat memasuki kota dari dermaga, akan terlihat jalan beton selebar empat meter. Bisa dibilang jalan ini adalah jalan protokolnya atau “Jalan Tol” kota Agats. Kendaraan roda dua biasa berlalu-lalang di sini.

Jalan beton dibangun di sepanjang Jalan Yos Sudarso. Jalan serupa juga mulai dibangun di distrik-distrik luar ibu kota dengan konstruksi beton dan komposit.

Pada 2017 lalu Pemkab Asmat mencanangkan jalan beton pada 11 titik dan dua titik jalan komposit di tiga distrik, yaitu Distrik Atsj, Fayit, dan Suator.

Jalan Yos Sudarso adalah pusat aktifitas warga ibu kota Agats. Sebagian gedung pemerintahan  berdiri di sana, di antaranya Kantor Pelabuhan, Kantor Polsek, Bank, Rumah Sakit Daerah, Taman Baca. Pertokoan juga berdiri di sepanjang jalan itu.

Mereka menjual beragam barang, mulai dari pernak-pernik, pakaian, rumah makan, sayur-sayuran dan kebutuhan pangan lainnya. Warga juga banyak yang berdagang di pinggir jalan. Kebutuhan warga mayoritas disuplai dari Timika dan Merauke. Bersambung….

* Laporan Suandri Ansyah, anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) dari Asmat, Papua.

Sumber : Jurnal Islam

Catatan dari Asmat (2) : Agats, Kota di Atas Rawa

Catatan dari Asmat (2) : Agats, Kota di Atas Rawa

Oleh : Suandri Ansyah, Anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU)

10Berita, PAPUA — Pukul 14.40 WIT, Selasa (6/2/2018) speed boat yang mengantar relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan tim jurnalis tiba di Bandara Ewer. Kami pun segera berangkat ke Agats lewat Sungai Asewet. Perahu adalah sarana transportasi utama untuk mencapai kota. Perjalanan ke Dermaga Agats memakan waktu sekitar 20 menit. Sungai Asewet bermuara ke laut Arafura.

Aktifitas Dermaga Agats cukup ramai. Lalu lintas kapal kecil mondar-mandir di sekitar dermaga, mengangkut barang bawaan atau  penumpang yang akan pergi dan datang dari Agats.

Anak-anak tengah asyik berenang saat kami tiba. Mereka tertawa dan berteriak-teriak. Terlebih saat saya mengarahkan kamera. Mereka berloncatan ke sana kemari, seakan ingin aksi “lompat indah” terbaiknya terabadikan di kamera saya.

Di dalam kota, seluruh bangunan dibuat dengan desain panggung. Mulai dari rumah, pasar, pertokoan, kantor pemerintahan, hingga lapangan sepak bola. Bahan bangunan terbuat dari kayu. Di bawahnya air menggenang dan berlumpur.

Tanah yang kosong ditumbuhi rumput-rumput liar dan pohon mangrove. Sampah dan botol-botol bekas tak jarang menumpuk. Desain panggung dipilih untuk menghindari rendaman air jika laut pasang.

Air bersih sangat sulit di dapat di sini. Untuk kebutuhan sehari-hari warga memanfaatkan air hujan. Banyak warga memiliki tandon air berukuran besar yang dipasang di tempat-tempat strategis, ada yang di halaman, belakang rumah atau membuat tower. Hujan benar-benar sebuah berkah bagi kota ini.

Memasang selang di atap rumah dan mengalirkannya ke toren adalah salah satu cara memaksimalkan tampungan. Banyak warga memiliki lebih dari satu tandon, terutama penginapan dan fasilitas publik seperti masjid. Untuk kebutuhan minum dan masak, warga lebih memilih air mineral kemasan.

Di ibu kota, harga relatif bersaing dengan di luar Agats. Air kemasan 1,5 liter yang saya beli dihargai Rp 10.000. Sementara kebutuhan listrik sudah mengalir di sini, PLN punya kerja.

Profesi warga Agats terbilang beragam, kebanyakan nelayan. Ada juga tukang ojek, kuli panggul, tukang angkut, supir kapal, dan pedagang. Jasa penginapan juga tersedia di sini, termasuk calo-nya. (suandri/)

Sumber: Jurnalislam.com

Catatan dari Asmat (1): Sulitnya Menembus Agats

Catatan dari Asmat (1): Sulitnya Menembus Agats

Oleh: Suandri Ansyah, anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU)

10Berita, PAPUA – Selasa (6/2/2018) siang rombongan relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan jurnalis tiba di Bandara Ewer, Kabupaten Asmat, Papua. Rombongan berangkat dari bandara lama Mozes Kilangin, Timika.

Mozes Kilangin adalah bandara internasional milik PT Freeport Indonesia. Awalnya, bandara ini khusus perusahaan. Namun, pada 2013 peruntukannya diubah menjadi umum.

Salah seorang pekerja bandara bernama Atyh Wakum mengatakan, aktifitas bandara belakangan ini menjadi ramai semenjak kasus gizi buruk dan campak menguak ke media.

Rombongan terbang menggunakan pesawat Charter Twin Otter milik jasa penerbangan Airfast. Maksimal penumpang yang bisa diangkut 19 orang termasuk awak kokpit.

Pesawat take off pukul 12.00 WIT, kami dibawa terbang ke ketinggian 7500 kaki. Dari atas sana, landscape geografis Timika terlihat jelas. Kelok-kelok sungai berwarna kecoklatan membelah hijaunya hamparan kota Timika dan sekitarnya.

Untungnya, cuaca saat itu cerah berawan. Perjalanan kami lalui tanpa kendala berarti. Kecepatan pesawat 105 Knot. Di angkasa, sebagian jurnalis asyik mengambil pemandangan, sebagian berbincang-bincang.

Pukul 12.45 WIT kami mendarat di Bandara Ewer, Asmat. Bandaranya kecil, hanya ada satu landasan. Bandara ini dibangun di atas rawa, kontur tanahnya yang empuk membuat pesawat besar tak bisa mendarat di sini.

Rijal Juliawan, pilot yang membawa kami menuturkan, panjang landasan 600 meter dan saat ini sedang diperpanjang lagi menjadi 1.100 meter.

Dari kejauhan, bandara itu lebih mirip lapangan kosong dengan aspal melintang di tengahnya. Di sekelilingnya rumah-rumah panggung terbuat dari kayu, tepat di bawah rumah itu air menggenang.

Tak ada tower komunikasi laiknya bandara  lainnya. Rijal menuturkan, pendaratan dilakukan dengan teknik pendaratan visual (pandangan mata).

Semenjak kasus gizi buruk dan campak mencuat, frekuensi penerbangannya ke Asmat bertambah. “Tadi pagi ada. Besok kita juga kesini lagi,” tuturnya. Hari ini, dirinya sudah dua kali ke Asmat. Ia paling sering terbang ke Ilaga.

Di bandara, kami melipir sejenak di sebuah warung makan dan satu-satunya warung. Mengisi tenaga untuk melanjutkan perjalanan ke Agats lewat jalur sungai.

Makanan yang disediakan hanya mi instan rebus maupun goreng. Sepesialnya, warung itu tersedia Wi-Fi. Jaringan komunikasi apalagi internet adalah sesuatu yang berharga di Asmat, selain air bersih.

Sebelumnya, kondisi cuaca yang tak menentu sempat membuat relawan dan tim jurnalis tertahan di Timika. Berdasar jadwal perjalanan, sedianya Senin (5/2/2018) pagi tim akan berlayar ke Asmat lewat pelabuhan Pomako.

Gelombang laut dan ombak tinggi menjadi kekhawatiran terbesar. Beberapa penyedia jasa transportasi baik laut atau udara yang dihubungi tim relawan belum ada yang diperbolehkan berangkat ke Asmat.

Ada dua skema perjalanan untuk sampai ke Agats. Pertama lewat Pelabuhan Pomako di Timika. Kedua lewat Bandara Ewer di Kabupaten Asmat. Skema pertama bisa menyewa perahu long boat dengan waktu tempuh 10 jam. Jika gelombang laut tinggi, urungkan perjalanan. Karena tidak ada kapal yang diperbolehkan berlayar.

Skema kedua, menyewa pesawat Charter dari Bandara Mozes Kilangin menuju Bandara Ewer. Waktu tempuhnya sekitar 45 menit. Konsekuensinya, daya angkut penumpang lebih sedikit. Tentu menyulitkan jika membawa banyak orang dan barang.

Dari Bandara Ewer dilanjutkan dengan speed boat menuju Darmaga Agats dengan waktu tempuh sekitar 20 menit melewati sungai Asewet. Jika membawa banyak orang, sewalah banyak perahu. [] /Suandri Ansah/ JITU

Sumber : Jurnal Islam

Rabu, 07 Februari 2018

Pembebasan Lahan Bandara Baru Yogyakarta Harus Tuntas Bulan Ini

Pembebasan Lahan Bandara Baru Yogyakarta Harus Tuntas Bulan Ini

10Berita - PT Angkasa Pura (AP) I bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan mempercepat pembebasan lahan proyek New Yogyakarta International Airport.

Juru Bicara Proyek Pembangunan NYIA PT AP I Agus Pandu Purnama di Kulon Progo, Selasa (6/2/2018) mengatakan proses pembebasan lahan harus tuntas sepenuhnya pada akhir bulan ini.

"Fokus utamanya saat ini adalah penyelesaian lahan tersisa melalui konsinyasi di pengadilan. Sejalan itu, proses pembersihan lahan juga terus dilakukan," kata Agus.

Ia mengklaim 85,8 persen lahan atau sekitar 500 hektare sudah dibersihkan. Masih tersisa 87 hektare lahan yang belum dikerjakan karena belum tuntas proses pembebasannya.

"Kami menyesuaikan. Tahapan ini, yang perlu diselesaikan dulu adalah konsinyasinya. Akhir bulan ini harus selesai semua, tinggal sedikit," kata Pandu.

Sementara itu, pencairan dana ganti rugi pembebasan lahan pembangunan bandara di Temon yang terkonsinyasi di Pengadilan Negeri (PN) Wates terbilang masih sangat minim.

Hingga awal Februari 2018, tercatat ada 123 perkara konsinyasi yang telah menjalani putusan penetapan. Namun, dari jumlah itu, baru dua perkara saja yang telah dilakukan pencairan dananya senilai Rp743.481.400 pada 2 Februari 2018. Dengan demikian, total nilai dana yang telah dicairkan hingga saat ini sebanyak Rp14.553.689.300 dengan saldo dana mengendap tercatat sebanyak Rp819.178.720.892.

Adapun hingga Februari 2018 ini ada 19 perkara baru konsinyasi yang masuk ke PN Wates. Perkara tersebut telah teregister dan kini dalam tahap pemberkasan untuk pengajuan penawaran kepada pemilik tanah.

"Sedangkan pada 2017 lalu tersisa 11 perkara yang belum tuntas dan saat ini proses persidangannya masih berjalan. Memang masih banyak yang belum dilakukan pencairan," kata Humas PN Wates Nur Kholida Dwi Wati.

Menurutnya, penyebabnya belum tercairkannya dana itu bermacam. Baik karena ada sengketa atas objek pengadaan tanah, lokasi termohon di luar kota dan masih dalam proses delegasi, serta beberapa dalam proses pelengkapan berkas persyaratan pencairan.

"Adanya sengketa atas objek pengadaan tanah untuk pembangunan fasilitas kepentingan umum ini menurutnya memang umum terjadi," katanya.

Sumber : Antara, Suara.com

Sabtu, 30 Desember 2017

Bahas Koalisi Keummatan menuju Pilkada 2018, Kang Sukma Silaturrahim dengan Habib Salim Segaf Al-Jufri

Bahas Koalisi Keummatan menuju Pilkada 2018, Kang Sukma Silaturrahim dengan Habib Salim Segaf Al-Jufri

10Berita, JAKARTA — Calon kepala daerah dari Partai Gerindra Bogor, Muhammad Nur Sukma menemui Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri di kantor DPP PKS Jl. TB. Simatupang, Jakarta Selatan, Jumat siang (29/12/2017).

Dalam kunjungannya, pria yang akrab disapa Kang Sukma ini membahas tema seputar upaya mengokohkan koalisi keummatan bersama antara tokoh dan partai, PKS, Gerindra dan PAN di seluruh Indonesia.

Siapapun yang jadi pemimpin di daerah beserta wakilnya, yang penting koalisi tidak pecah,” ujar inisiator dan Wakil Ketua Majelis Syuro Dewan Syari’ah Kota Bogor ini saat dihubungi Ummat Pos.

Menurut penuturan Sukma, Habib Salim Al-Jufri mengapresiasi kunjungan dan masukan-masukan yang diberikan terkait koalisi keummatan yang dibahasnya. Persatuan dan Kemenangan Ummat jauh lebih penting dari kepentingan apapun.

“PKS bersama koalisi keummatannya akan berusaha menjaga persatuan dan keutuhan koalisi untuk kemenangan bangsa Indonesia dalam menghadapi kontestasi pilkada serentak di tahun 2018 dan pemilu 2019, insyaallah,” kata Kang Sukma. [fm]

Sumber : UmmatPos.com

Kamis, 28 Desember 2017

Jangan Jual Tanah Gunungkidul, Cukup Sewakan Saja

Jangan Jual Tanah Gunungkidul, Cukup Sewakan Saja

10Berita, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat pesisir selatan untuk tidak menjual tanah, melainkan menyewakan kepada investor yang akan menanamkan modalnya.

Bupati Gunungkidul, Badingah, mengatakan seiring pesatnya perkembangan sektor pariwisata di daerah itu, banyak investor yang mengincar tanah warga di kawasan pantai selatan. Kesempatan itu harus disiasati para pemilik tanah dengan cerdik.

"Akan lebih baik pemilik tanah menyewakan lahan kepada investor. Selain akan memperoleh pendapatan dari hasil sewa, tanah masih menjadi milik masyarakat," katanya di Gunungkidul, Rabu, 27 Desember 2017, dilansir Antara.

Ia mengatakan pemkab mendukung penuh gerakan pemasangan patok tanda batas bidang tanah dan PTSL. Dia berharap dengan adanya status tanah memiliki legalitas hukum sehingga saat menyewakan sudah ada kepastian hukum.

"Saya berharap aparatur di kecamatan mendukung gerakan ini, sehingga masyarakat bisa mudah dalam mengurus surat-surat," katanya.

Sementara, Kepala BPN DIY Tri Wibisono mengatakan, pada akhir 2018, pihaknya menargetkan bisa menyelesaikan sertifikasi tanah sebanyak 240 ribu bidang. Sisanya sekitar 200 ribu akan diselesaikan pada 2019 mendatang.

Dengan begitu, pada 2020, akan masuk pada kebijakan satu peta."Tanah Sultan Ground (SG) dan Paku Alam Ground (PAG) masih dalam proses inventarisasi," katanya.

Tri mengatakan penyelesaian sertifikat tanahini nantinya akan mendukung perencanaan pembangunan. "BPN akan melakukan kompilasi tanah-tanah di desa, baik tanah kas desa, wakaf, maupun tempat peribadatan," katanya.

 

Musim liburan di Yogyakarta dimanfaatkan sebagian warga untuk mencari duit sebanyak-banyaknya dengan jalan pintas. Modusnya adalah menarik biaya parkir selangit dengan mencetak karcis parkir sendiri. Dalam bahasa setempat, mereka disebut juru parkir nuthuk.

Pada karcis parkir palsu itu tercetak biaya parkir sepeda motor Rp 5 ribu. Ada pula karcis parkir berbiaya Rp 10 ribu dan Rp 40 ribu yang diduga untuk pengendara mobil dan bus.

"Dalam sehari, (omzetnya) antara Rp 200-280 ribu per orang," ujar Kabag Humas Polresta Yogyakarta, AKP Partuti, Rabu, 27 Desember 2017.

Praktik parkir nuthuk meresahkan wisatawan. Tak sedikit yang berkicau di media sosial mengeluhkan tarif parkir selangit yang selalu diterapkan saat musim liburan di Yogyakarta itu.

Polisi akhirnya turun tangan. Tiga tersangka juru parkir nuthuk, yakni Nurdiyanto (46) dan Sarjana (55), warga Bantul, dan Rochmad (31), warga Kota Yogya, ditangkap.

"Malam tadi pukul 21.00 WIB di bawah pimpinan (Kasat Reskrim) Kompol Akbar Bantilan beserta satreskrim telah mengamankan tiga orang tersangka," katanya.

Tuti menyebutkan, penangkapan tiga tersangka ini bermula dari fenomena tarif parkir nuthuk. "Bertanya kepada salah satu pengguna kendaraan sehabis parkir dari Pekapalan (timur Alun-alun Utara). Dari pertanyaan itu mendapatkan informasi parkir (mobil) Rp 20 ribu," ucapnya.

Menurut Tuti, para pelaku mencetak sendiri karcis parkir itu. Maka itu, ketiga juru parkir nuthuk akan dijerat Perda Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran dengan ancaman hukuman tipiring dengan denda Rp 600 ribu.

"Hari ini (kemarin) ketiga tersangka dijadwalkan sidang tipiring (di PN Kota Yogyakarta), tetapi informasi terakhir sidangnya diundur besok pagi," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Sumber : Liputan6

Selasa, 26 September 2017

"Siapa yang Ingin Syahid Fisabilillah?" (Kisah Nyata Anak-anak Gaza)

"Siapa yang Ingin Syahid Fisabilillah?" (Kisah Nyata Anak-anak Gaza)

(Anak-anak TK TK Annajmul Quran (TK Bintang Al-Quran) di kamp pengungsi Jabaliya, Gaza Utara. TK pertama di Gaza yang 100% didanai masyarakat Indonesia. Foto: Sahabat Al-Aqsha)

10Berita~Ini kisah nyata tentang anak anak TK (Taman Kanak Kanak) di Gaza, Palestina. Cerita ini dituturkan oleh Bambang Bimo Suryono (yang terkenal dipanggil Kak Bimo) salah seorang pencerita (pendongeng) muslim terbaik juga guru saya yang pernah ke jalur Gaza beberapa waktu lalu.

Begini kisahnya, suatu hari Kak Bimo mendatangi TK di Jalur Gaza untuk menyalurkan bantuan dari Indonesia. Sekolah yang didatangi bernama TK Annajmul Quran (TK Bintang Al-Quran). Sekolah ini terdiri dari 7 orang guru yang kesemuanya hafal Quran. Murid mereka berjumlah 163 orang anak yang merupakan anak yatim piatu korban perang.

Saat didatangi dan dibawakan bantuan tak satupun dari 163 anak korban perang yang menengadahkan tangan untuk meminta (mengemis), "Saya minta, saya minta roti!" Kalimat seperti ini sama sekali tidak ada. Mungkin tidak ada kamus meminta bagi anak anak palestina. Padahal mereka sangat layak diberi, betul?

Lalu saat Kak Bimo hendak bercerita pada anak TK disana. Beliau mengawali dengan memberikan beberapa pertanyaan,

"Siapa diantara kalian yang ingin jadi dokter?" Tanya Ka Bimo

Ada tiga anak perempuan yang malu malu mengangkat tangan ingin jadi dokter.

"Siapa yang ingin jadi pemain sepak bola?" Tanya Ka Bimo lagi.

Riuuuuuh 6 - 7 anak anak laki laki ankgat tangan.

"Saya, saya, saya" Teriak mereka semangat.

Lalu pertanyaan terakhir, ini paling menarik dan banyak hikmahnya untuk kita.

"Siapa yang ingin syahid fisabilillah?" Tanya Kak Bimo dengan penuh semangat.

Mungkin anda mengira akan banyak anak anak TK yang rata rata sudah hafal Quran itu angkat tangan, betul?

Tapi nyatanya tidak ada satupun diantara mereka yang angkat tangan, tidak ada!

APA YANG TERJADI???

Anak anak soleh, dan solehah para penjaga Al Aqsa itu tidak angkat tangan tapi mereka semua kompak, tanpa aba aba, tanpa komando, mereka semua tanpa terkecuali spontan berdiri sambil kepalkan tangan dan berseru,

"Aku mau syahid, aku mau syahid, aku mau syahid" �

Jawaban itu diteriakkan lantang dengan penuh keyakinan,

"Aku mau syahid menyusul ayahku di syurga, aku mau syahid seperti pamanku, aku mau syahid seperti kakakku" �

Kata-kata itu diteriakkan keras dan tanpa ragu dari lisan penghafal Quran yang masih suci tanpa dosa.

Seketika Kak Bimo mundur, tak tahan tangisan beliau pun pecah, dadanya guncang karena mendengar dan menyaksikan cita-cita tertinggi mereka yaitu syahid fisabilillah. Bukankah ini impian tertinggi seorang mukmin? Dan itu diteriakkan oleh anak tak berdosa dengan mata merah menyala tanda keberanian yang luarbiasa.

Tidak selesai sampai disitu, Kak Bimo bertanya lagi,

"Siapa yang ingin syahid lebih dahulu?"

Kali ini jawaban mereka lebij dahsyat lagi,

"Saya saya saya!" Teriak mereka sambil kepalkan tangan bahkan anak anak yang tadinya hanya berdiri kini naik ke kursi agar lebih terlihat oleh penanya bahwa impian tertinggi mereka adalah syahid fisabilillah lebih awal. �

Siapa yang tidak merinding, berguncang dan menangis menyaksikan peristiwa yang mungkin tidak terjadi di tempat lain selain di bumi Allah Palestina.

Ayah bunda, bagaimana menurut anda kejadian ini?

Pertanyaannya kira kira bagaimana cara mereka dididik? Apa yang dilakukan orangtua mereka? Sehingga masih TK saja sudah sedemikian indah cita citanya. Mati syahid itu kalau benar niat dan caranya pasti garansi syurga,anak palestina paham ini. Sejatinya semua yang mengaku beriman pada Allah cita citanya adalah syahid fisabilillah.

Sekali lagi kira kira apa yang dilakukan orangtua palestina dalam mendidik anaknya?

Entahlah, satu hal yang saya tahu ini saya dengar dari seorang Syeikh asal Palestina saat kunjungannya ke NTB beberapa waktu lalu. Beliau mengatakan ada dua ruh utama bagaimana anak Palestina dididik orangtuanya:

1. Al Quran
Sejak 0 tahun sudah didengarkan Al Quran, diajarkan Al Quran dan didik dengan Al Quran.

2. Kisah Kisah
Anak anak disana dikisahkan cerita dari Al Quran, dikisahkan cerita para nabi, sahabat dan orang orang soleh terdahulu. Ini sangat merasuk dijiwanya. (Ini juga sama persis dengan orang-orang Aceh dulu yang anak-anaknya dididik dengan kisah-kisah heroik pejuang-pejuang Aceh. Dan itulah kenapa Aceh yang paling sulit ditaklukan penjajah).

Sudah kah kita sungguh sungguh melakukan dua hal diatas?

Ahhhh membayangkan semua anak anak Taman Kanak Kanak tanpa dikomandoi bercita cita mati syahid demi agamanya itu sungguh sangat istimewa.

Semoga buah hati kita kelak memiliki ruh Al Quran, dan menjadi pejuang Al Quran seperti anak anak palestina. Aamiin.

___
*Sumber: fb
**Sumber foto: http://sahabatalaqsha.com/nws/?p=14725

Sabtu, 12 Agustus 2017

Auction for Humanity Ajak Berkurban untuk Pengungsi Rohingya

Auction for Humanity Ajak Berkurban untuk Pengungsi Rohingya


10Berita~ Jakarta – Menyambut Hari Raya Idul Adha 1438 H, lembaga kemanusiaan Auction for Humanity (A4H) mengajak seluruh umat Islam di Indonesia berpartisipasi dalam program Qurban untuk Pengungsi Rohingya.

Abdush Shomad, relawan kemanusiaan Auction for Humanity menjelaskan program ini dilaksanakan karena pengungsi Rohingya kurang mendapat perhatian besar dari lembaga-lembaga kemanusiaan dunia.

“Mereka (Pengungsi Rohingya) adalah kaum muslimin terdzalimi. Karena mereka harus terusir dari tanah kelahirannya sendiri dan tugas kita sebagai umat Islam membantunya,” katanya melalui rilis yang diterima Kamis (10/08) di Jakarta.

Somad menjelaskan, tujuan program Qurban tahun ini agar pengungsi Rohingya bisa merasakan kasih sayang dari kaum muslimin Indonesia. Program inia juga menjadi bukti ukhuwah Islamiyah.

“Kita tunjukkan bahwa muslim itu bersaudara tak mengenal ras, suku, status dan kewarganegaraan. Kita ingin menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian disini, dan bahwa kami peduli,” pungkasnya.

Program Qurban Auction for humanity (A4H) untuk pengungsi Rohingya

Reporter: Imam S.
Editor: Wildan Mustofa

Sumber: Kiblat.

Selasa, 25 Juli 2017

Dipimpin Warga Kristiani, Pemkot Solo Buru PNS Anggota HTI

Dipimpin Warga Kristiani, Pemkot Solo Buru PNS Anggota HTI

10Berita –  Pemerintah Kota Solo menyatakan bahwa sampai saat ini pihaknya belum menemukan indikasi adanya Aparatur Sipil Negara (ASN) atau yang biasa disebut PNS di wilayahnya yang terlibat ormas Hizbut Tahrir Indonesia atau (HTI).

“Jika ada temuan ASN atau PNS terlibat HTI, maka hal itu akan dilaporkan ke pemerintah Pusat melalui Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,” ujar Walikota Solo, Hadi Rudyatmo, Senin (24/7).

Rudi melanjutkan, “Ya kita kan sampai hari ini belum mengerti atau belum tahu siapa saja ASN di Solo yang terlibat ormas itu. Belum tahu saya. Ya kalau Mendagri ada himbauan PNS terlibat HTI disuruh mundur dari status kepegawaiannya, ya data akan kami laporkan. PNS kan yang menangani Kementerian PAN dan RB,” ujar Walikota Solo, Hadi Rudyatmo.

Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD) Pemkot Solo melakukan penyisiran ASN di Solo yang jumlahnya mencapai 6.300 orang untuk menelusuri kemungkinan adanya keanggotaan HTI. Penyelidikan itu dilakukan dalam seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Merujuk Pasal 4 poin 3, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, setiap PNS dilarang mengikuti organisasi internasional tanpa izin pemerintah, sementara HTI merupakan salah satu organisasi lintas negara dan resmi dibubarkan Pemerintah.

Pasca pencabutan badan hukum HTI dan pembubaran ormas ini, Kementerian Dalam Negeri menegaskan pegawai negeri sipil (PNS) yang tergabung dalam struktur Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI, harus segera mengundurkan diri dari status Aparatur Negara.

Terkait imbauan ini, Kemendagri mengklaim sudah mengirimkan surat kepada kepala daerah se-Indonesia.

Begitu juga Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang mulai mendata dosen Perguruan Tinggi Negeri yang menjadi anggota HTI. Kementerian PAN dan RB sudah mengetahui adanya indikasi kuat PNS yang tergabung dalam HTI, terutama di kalangan dosen perguruan tinggi negeri di Indonesia. (KI/Ram)

Sumber: Eramuslim