OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label Covid-19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Covid-19. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 Mei 2020

Peneliti Hong Kong: Virus Corona 100 Kali Lebih Mudah Menular Lewat Mata

Peneliti Hong Kong: Virus Corona 100 Kali Lebih Mudah Menular Lewat Mata 

10Berita,HONG KONG–Ilmuwan dari University of Hong Kong dilaporkan telah menemukan fakta baru soal virus Corona jenis baru, Covid-19. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa strain virus Covid-19 ternyata 100 kali lebih mudah menular lewat mata daripada sindrom pernapasan akut lain seperti SARS dan flu burung. Ilmuwan meneliti pada dua lubang wajah yang diuji oleh para ahli kesehatan masyarakat.
Tes laboratorium mengungkapkan tingkat virus (virus load) SARS-Cov-2 – jenis virus Korona yang menyebabkan penyakit Covid-19 jauh lebih besar daripada SARS di saluran pernapasan atas dan konjungtiva, sel-sel yang melapisi permukaan mata.

Tim yang dipimpin oleh Dr Michael Chan Chi-wai, dari sekolah kesehatan masyarakat HKU, menjadi salah satu peneliti pertama di seluruh dunia yang memberikan bukti bahwa virus Corona dapat menginfeksi manusia melalui kedua titik masuk.
“Kami membiakkan jaringan dari saluran pernapasan manusia dan mata di laboratorium dan menerapkannya untuk mempelajari SARS-Cov-2, membandingkannya dengan SARS dan H5N1. Kami menemukan bahwa SARS-Cov-2 jauh lebih mudah dalam menginfeksi konjungtiva manusia dan saluran pernapasan bagian atas dari SARS, dengan tingkat virus sekitar 80 hingga 100 kali lebih tinggi,” kata Dr Chan seperti dilansir dari AsiaOne, Jumat (8/5/2020).
Berdasarkan temuan itu, alur penularan Covid-19 lebih tinggi daripada SARS. Studi ini juga menyoroti fakta bahwa mata mungkin menjadi rute penting infeksi pada manusia.
Studi ini memperkuat saran kepada masyarakat untuk tidak menyentuh mata mereka dan mencuci tangan secara teratur untuk menghindari infeksi. Dr Chan mengatakan, meskipun ada tanda-tanda bahwa epidemi Covid-19 semakin stabil di Hongkong, situasi di tempat lain di dunia masih serius.

“Masih banyak kasus baru dilaporkan setiap hari. Kita seharusnya tidak lengah,” tegasnya.
Temuan-temuan dari tim Dr. Chan dan lainnya menantang asumsi yang ada di tahap awal krisis kesehatan bahwa staf medis akan dilindungi secara memadai dengan masker N95 dan pakaian pelindung, tanpa memerlukan kacamata khusus.
Pada akhir Januari, spesialis pernapasan Rumah Sakit Pertama Universitas Peking, Wang Guangfa melaporkan bahwa ia terserang demam dan radang selaput lendir hidung. Itu sekitar tiga jam setelah matanya mengalami konjungtivitis saat kembali ke Beijing dari Wuhan. Wang kemudian dikonfirmasi positif Covid-19, dengan matanya yang dicurigai sebagai rute infeksi. []
SUMBER: JAWAPOS

Peneliti Hong Kong: Virus Corona 100 Kali Lebih Mudah Menular Lewat Mata

Peneliti Hong Kong: Virus Corona 100 Kali Lebih Mudah Menular Lewat Mata 

 

10Berita,HONG KONG–Ilmuwan dari University of Hong Kong dilaporkan telah menemukan fakta baru soal virus Corona jenis baru, Covid-19. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa strain virus Covid-19 ternyata 100 kali lebih mudah menular lewat mata daripada sindrom pernapasan akut lain seperti SARS dan flu burung. Ilmuwan meneliti pada dua lubang wajah yang diuji oleh para ahli kesehatan masyarakat.

Tes laboratorium mengungkapkan tingkat virus (virus load) SARS-Cov-2 – jenis virus Korona yang menyebabkan penyakit Covid-19 jauh lebih besar daripada SARS di saluran pernapasan atas dan konjungtiva, sel-sel yang melapisi permukaan mata.

BACA JUGA: Nyaris Temukan Fakta Baru Virus Corona, Profesor Peneliti Covid-19 Tewas Ditembak

Tim yang dipimpin oleh Dr Michael Chan Chi-wai, dari sekolah kesehatan masyarakat HKU, menjadi salah satu peneliti pertama di seluruh dunia yang memberikan bukti bahwa virus Corona dapat menginfeksi manusia melalui kedua titik masuk.

“Kami membiakkan jaringan dari saluran pernapasan manusia dan mata di laboratorium dan menerapkannya untuk mempelajari SARS-Cov-2, membandingkannya dengan SARS dan H5N1. Kami menemukan bahwa SARS-Cov-2 jauh lebih mudah dalam menginfeksi konjungtiva manusia dan saluran pernapasan bagian atas dari SARS, dengan tingkat virus sekitar 80 hingga 100 kali lebih tinggi,” kata Dr Chan seperti dilansir dari AsiaOne, Jumat (8/5/2020).

Berdasarkan temuan itu, alur penularan Covid-19 lebih tinggi daripada SARS. Studi ini juga menyoroti fakta bahwa mata mungkin menjadi rute penting infeksi pada manusia.

Studi ini memperkuat saran kepada masyarakat untuk tidak menyentuh mata mereka dan mencuci tangan secara teratur untuk menghindari infeksi. Dr Chan mengatakan, meskipun ada tanda-tanda bahwa epidemi Covid-19 semakin stabil di Hongkong, situasi di tempat lain di dunia masih serius.

BACA JUGA: PDP Covid-19 di Bantul Meninggal Usai Melahirkan, Begini Kondisi Bayinya

“Masih banyak kasus baru dilaporkan setiap hari. Kita seharusnya tidak lengah,” tegasnya.

Temuan-temuan dari tim Dr. Chan dan lainnya menantang asumsi yang ada di tahap awal krisis kesehatan bahwa staf medis akan dilindungi secara memadai dengan masker N95 dan pakaian pelindung, tanpa memerlukan kacamata khusus.

Pada akhir Januari, spesialis pernapasan Rumah Sakit Pertama Universitas Peking, Wang Guangfa melaporkan bahwa ia terserang demam dan radang selaput lendir hidung. Itu sekitar tiga jam setelah matanya mengalami konjungtivitis saat kembali ke Beijing dari Wuhan. Wang kemudian dikonfirmasi positif Covid-19, dengan matanya yang dicurigai sebagai rute infeksi. []

SUMBER: JAWAPOS


Rabu, 06 Mei 2020

Ilmuwan Indonesia Berhasil Telusuri Asal Virus Corona Yang Datang ke Indonesia, Semuanya Berasal dari China

Ilmuwan Indonesia Berhasil Telusuri Asal Virus Corona Yang Datang ke Indonesia, Semuanya Berasal dari China


10Berita  Lembaga Biologi Molekuler Eijkman berhasil menelusuri perjalanan dari tiga sampel Virus Corona atau COVID-19 yang menyerang Indonesia.

Dan dari hasil penelusuran itu terungkap bahwa tiga sampel Virus Corona semuanya berasal dari China.

Dalam keterangan resminya melalui akun Facebook, Selasa 5 Mei 2020, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menceritakan secara detail kisah penelusuran para ahli mereka untuk menemukan asal muasal Virus Corona di Indonesia.

"Jadi 3 sampel virus di Indonesia berasal dari mana?" tuis Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengawali kisahnya.

“Lembaga Biologi Molekuler Eijkman telah men-submit 3 sekuens full genome dari virus SARS-COV-2 pada pasien Indonesia, dengan ID: EIJK2444; EIJK0141; dan EIJK0317, ke portal GISAID. Data sekarang sudah available dan bisa diakses siapa saja, asal sudah mendaftar di GISAID ya.

Lantas, mudah saja untuk diketahui 3 sampel tersebut berasal dari mana transmisinya, jika sekuens Indonesia sudah di tangan, dan belasan ribu sekuens pembanding lainnya juga tersedia. Tapi karena saya malas men-download semuanya itu, jadi saya memfilter analisis global dari Institusi/Organisasi lain untuk melihat asal-muasal sampel Indonesia.

Organisasi tersebut bernama Nextstrain yang sudah sangat baik mengkurasi data dari GISAID, menganalisis, dan memvisualisasikannya. Kudos to Nexstrain!

Jadi, dari 3 sampel tersebut, secara evolusi, semua transmisinya berasal dari China, sama kayak manusia modern, berasal dari Afrika tapi, bukan dari China.

Kemudian virus dari China bermigrasi, dan berevolusi sepanjang migrasinya, sepanjang lompatan dari satu host ke host lainnya. Sama kayak manusia. Terus berevolusi. Tapi bedanya, virus berevolusi jauh lebih cepat dibanding manusia.

Menariknya ada 2 grup (clade) besar, "grup" Asia dan Eropa, yang berevolusi secara paralel di kedua grup tersebut. Grup tersebut ditandai oleh diferensiasi mutasi asam amino pada protein ORF1B (open reading frame) pada posisi asam amino 314, juga pada protein S (spike) pada posisi asam amino 614.

Ketiga sampel Indonesia berada di "grup" Asia. Ini menarik, protein S terdiferensiasi secara regional. Pasti ada fungsi yang berpengaruh. Tapi saya lihat gen ACE2 di dunia kok enggak berbeda ya. Ini untuk diteliti lebih jauh oleh virolog Indonesia. Anyway, namun sekali lagi, semua berasal dari China ya.

Nah. Dari 3 sampel virus tersebut, mengalami kisah perjalanan yang berbeda:

Untuk sampel EIJK2444, virus berasal dari Jepang. Awalnya berjalan dari China, menuju Australia, dan Jepang. Dan akhirnya di Indonesia. Pada akhirnya, virus ID EIJK2444 memiliki mutasi asam amino pada protein S posisi 76, dari Threonine menjadi Isoleucine.

Untuk sampel EIJK0317, virus berasal dari United Arab Emirates. Awalnya berjalan dari China, menuju UK, kemudian US, United Arab Emirates, dan berakhir di Indonesia. Pada akhirnya, virus ID EIJK0317 memiliki mutasi asam amino pada protein ORF1a posisi 461 dari Isoleucine menjadi Valine.

Untuk sampel EIJK0141, virus berasal dari US. Awalnya berjalan dari China, menuju UK, kemudian US, dan berakhir di Indonesia. Pada akhirnya virus ID EIJK0141 memiliki mutasi asam amino pada protein ORF1a posisi 2103 dari Serine menjadi Phenilalanine.
Begitulah kisahnya.

Menariknya, ketiga virus di Indonesia tersebut tidak (atau belum?) menjadi source bagi mutasi virus lainnya di negara lain. Setelahnya hanya terjadi pada transmisi lokal. Akan dilihat pada sekuens-sekuens baru dari sampel Indonesia.

Selain itu, semua mutasi kunci virus di Indonesia ini bersifat non-synonymous. Perlu dipelajari bagaimana mutasi ini berakibat pada struktur protein virus tersebut dan fungsinya. Apakah mengubah fungsi atau tidak. Dan ini serem siy. Mutasi fungsi jika lajunya cepat, bisa susah ditangani. Tapi, para virolog di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bisa menganalisisnya,”.



***

Kisah perjalanan Virus Corona dari China menuju Indonesia ini disebutkan dirangkum oleh Pradiptajati Kusuma salah satu peneliti postdoctoral LBM Eijkman di bidang evolusi dan genetika populasi, yang telah dengan baik merangkum cerita perjalanan virus SARS-CoV-2 dari analisis yang dilakukan di Nextstrain. Penjelasan yang diberikan, menunjukan salah satu manfaat kita telah melakukan perunutan genom dari tiga isolat tersebut.

Sumber: https://www.facebook.com/lembagaeijkman/posts/791693078026207
Terima kasih kepada Pradiptajati Kusuma, salah satu peneliti postdoctoral LBM Eijkman di bidang evolusi dan genetika...
Dikirim oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada Senin, 04 Mei 2020

Sabtu, 02 Mei 2020

Arab Saudi Bereskan Masalah Virus Corona dengan Cepat, Ternyata Cara yang Justru Tidak Diterapkan di Indonesia Ini yang Jadi Kuncinya

Arab Saudi Bereskan Masalah Virus Corona dengan Cepat, Ternyata Cara yang Justru Tidak Diterapkan di Indonesia Ini yang Jadi Kuncinya



10Berita - Hampir seluruh negara di dunia kini tengah berjuang melawan pandemi virus corona atau Covid-19.

Tidak sedikit korban yang terinfeksi di seluruh dunia dan meregang nyawa akibat virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China ini.

Namun, perlahan-lahan, kabar gembira pun mulai diumumkan dari berbagai penjuru.

Seperti kabar baik yang baru saja diumumkan oleh negara Arab Saudi.


Mulai Rabu (29/4/2020), pemerintah Arab Saudi telah melonggarkan status lockdown yang semula berlaku di negaranya.

Kini masyarakat Arab Saudi pun sudah bisa beraktivitas seperti biasa namun tetap harus menaati peraturan ketat pasca lockdown.

Toko retail dan pusat perbelanjaan di Saudi telah beroperasi untuk publik mulai pukul 9 pagi sampai 5 sore waktu setempat.

Dinilai berhasil menaklukan wabah virus corona di negaranya, pemerintah Arab Saudi pun membocorkan kunci suksesnya.

Sejak menemukan kasus pertama Covid-19 di negaranya, Kementerian Kesehatan Saudi telah melacak dan mengobati kasus penyakit virus corona melalui ragam teknik pengujian virus.


Selain mengambil langkah tegas memberlakukan lockdown, juru bicara kementerian kesehatan, Dr Mohammed Al-Abd Al-Aly dikutip dari Kompas.com secara cermat juga menandai daerah mana saja yang memiliki kemungkinan besar penyebaran virus.


"Mereka ditangani dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan yang kemudian diperlakukan sebagai area terkonsentrasi. Pada akhirnya akan melindungi daerah di sekitarnya," jelas Al-Aly.

Al-Aly menambahkan, evaluasi area dan wabah virus pun terus dilakukan.

"Setiap kita merasa perlu meningkatkan tindakan pencegahan pada area tertentu atau pun menguranginya, semua akan bergantung pada hasil evaluasi tersebut," lanjutnya.

Bahkan ketika status lockdown sudah dicabut, pemerintah Saudi tak mau mengambil risiko membebaskan masyarakatnya begitu saja.

Aturan ketat masih berlaku untuk menahan laju penyebaran virus corona. Mengingat negara-negara tetangga juga masih berjuang melawan virus ini.

Meski mal dan pusat perbelanjaan sudah beroperasi, Al-Aly memperingatkan siapa pun yang berbelanja harus menjauhi daerah yang ramai dan meninggalkan toko yang penuh orang.


Di mal, para pembeli harus diperiksa suhu tubuhnya di pintu masuk. Jika ada yang suhu tubuhnya lebih dari 38 derajat Celsius, maka dia harus segera dibawa ke pusat medis terdekat.

Juru bicara Menteri Perdagangan dan Investasi Arab Saudi, Abdulrahman Al-Hussein mengatakan, "Tidak diperkenankan untuk mencoba produk kosmetik dan parfum, serta elevator ditutup dan menerapkan tanda social distancing di lantai."

Selain itu, anak di bawah 15 tahun tidak diperkenankan masuk ke pusat perbelanjaan. Begitu pun orang lanjut usia dan orang dengan penyakit kronis seperti sakit jantung, paru-paru, ginjal dan imunitas diminta untuk tetap tinggal di rumah.

Meski telah longgar, kafe dan restoran masih ditutup, begitu pun ruang ganti pakaian dan tempat shalat.
Hal itu lah yang memungkinkan Kerajaan Saudi melonggarkan lockdown atau pembatasan tertentu selama Ramadhan.

Sumber: GridHITS.id

Minggu, 26 April 2020

Peneliti LIPI: Ada Kesalahpahaman Suhu Tinggi Perlambat Penyebaran Covid-19

Peneliti LIPI: Ada Kesalahpahaman Suhu Tinggi Perlambat Penyebaran Covid-19



Ilustrasi cuaca panas. ©2012 Shutterstock/VladisChern

10Berita - Peneliti bidang mikrobiologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra menilai, ada kesalahan pemahaman jika menganggap faktor suhu udara memperpendek masa hidup virus Covid-19.

Termasuk suhu udara, sinar matahari, dan tingkat kelembapan udara dalam mempengaruhi kecepatan, kematian virus Covid-19 di udara dan di permukaan yang tidak berpori.

Sugiyono menjelaskan, penelitian tersebut merupakan hasil analisis data jumlah penderita Covid-19 di berbagai negara. Dikaitkan dengan kondisi lingkungan setempat yang memang sebagian besar penderita Corona, terkonsentrasi pada wilayah bumi belahan utara yang sedang mengalami musim dingin.

"Jadi hasil penelitian itu hasil korelasi dari jumlah penderita Covid-19 di berbagai negara dikaitkan dengan kondisi lingkungan setempat, jadi hanya baru korelasi hipotesis (dugaan sementara) belum ada penelitian spesifik soal ini," ujar Sugiyono saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (25/4).

"Ada kesalahanpemahaman tentang suhu tinggi, kelembapan memperlambat penyebaran Covid-19. Mungkin hanya berdasar pengetahuan umum saja, bahwa semakin tinggi temperature, ketahanan virus akan semakin rendah. Namun, faktanya semua negara terjangkit tidak terpengaruh faktor lingkungan," tambahnya.

Tetapi, kata Sugiyono, ketika virus sudah terpapar dan masuk ke dalam tubuh itu bisa langsung ditularkan secara cepat lewat kontak langsung (droplet). Faktor lingkungan sudah tidak akan berpengaruh.


"Yang jelas dari bukti sejauh ini, virus Covid-19 dapat ditularkan di semua area, termasuk daerah dengan cuaca panas dan lembab, bisa menyerang siapapun dan dimanapun, tidak memandang ras maupun letak geografisnya," terangnya.

Walaupun, kondisi suhu bisa berpengaruh terhadap penyebaran virus seperti influenza (flu) tapi tidak untuk Covid-19. Oleh sebab itu, Sugiyono meminta masyarakat dan pemerintah tetap mengupayakan pencegahan yang optimal, tidak menganggap kondisi suhu bisa mengurangi penyebaran virus corona.

"Jangan sampai kita beranggapan bahwa di daerah tropis, seperti Indonesia dimana suhu dan kelembabanya tinggi, Covid-19 tidak akan menyebar separah di China dan beberapa negara Eropa. Tetap harus diupayakan pencegahan dan penanggulangan secara optimal," imbaunya.

Lebih jauh, saat ditanyakan apakah faktor peningkatan kesembuhan pasien Covid-19 hingga angka 1002 orang, data 24 April kemarin karena ada faktor suhu. Sugiyono, tidak menyakini angka kesembuhan yang meningkat pesat karena faktor suhu.

"Saya no comment, tapi untuk itu, sepertinya tidak ada faktor suhu atau kelembapan. Tapi faktor pelayanan medis dari tenaga medis kita," pungkasnya.

Jokowi Sebut Suhu Udara di Indonesia Bisa Matikan Virus Corona

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut, suhu udara di Indonesia dapat memperpendek masa hidup virus Covid-19.

Hal itu disampaikan Jokowi setelah mendengar pernyataan dari pejabat Department of Homeland Security dari pemerintah Amerika Serikat terkait penelitian terhadap virus Covid-19.

Berdasarkan hasil penelitian itu, suhu udara, sinar matahari, dan tingkat kelembapan udara memengaruhi kecepatan kematian virus Covid-19 di udara dan di permukaan yang tidak berpori.

"Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi kelembapan, dan adanya paparan langsung sinar matahari akan semakin memperpendek masa hidup virus Covid-19 di udara dan di permukaan yang tidak berpori," ujar Jokowi dikutip dari keteran pers Sekretariat Presiden, Jumat (24/4).

Menurut dia, hasil penelitian itu menjadi berita  menggembirakan bagi Indonesia yang beriklim tropis dengan suhu yang panas, udara lembap, dan kaya sinar matahari.

Meski begitu, Jokowi tetap mengingatkan agar masyarakat terus menjalankan protokol pencegahan penularan virus corona secara disiplin.

"Namun demikian, jangan lupa protokol pencegahan penularan Covid-19 harus terus kita jalankan secara disiplin dengan disiplin yang kuat. Satu, cuci tangan, selalu cuci tangan," ujarnya.

"Yang kedua, selalu menggunakan masker. Yang ketiga, jaga jarak. Dan yang keempat tingkatkan imunitas, tingkatkan daya tahan tubuh," sambung Jokowi.

Sumber: merdeka.com

Kamis, 23 April 2020

Profesor Faisal Rizal Temukan Anti Virus Covid 19

Profesor Faisal Rizal Temukan Anti Virus Covid 19



10Berita,Alhamdulillah...namanya Prof. Faisal Rizal. Temuannya diyakini bisa sebagai vaksin (Anti Virus Covid 19). Sudah dicoba pada yang positif, hasilnya sembuh. Semoga bisa sebagai vaksin yang disebarluaskan secara massal. Berkah Ramadhan Insya Allah. 🤲 

Seorang pria dengan gelar profesor di Sumatera Selatan mengklaim berhasil menemukan antivirus Covid-19 yang saat ini menjadi pandemi.

Penemu antivirus corona tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Faisal Rizal, M.Kes.

Faisal mempresentasikan hasil temuannya kepada Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru.

Faisal mengatakan bahwa antivirus yang ia temukan tersebut berupa produk gula yang menggunakan light technology.

Gula tersebut menurut dia mampu memecah protein menjadi asam amino, sehingga bisa mempercepat pencegahan dan pengobatan Covid-19.

Bahkan, Faisal mengatakan, antivirus temuannya tersebut sudah menunjukkan bukti keberhasilan saat dikonsumsi oleh orang yang positif Covid-19.

"Tingkat keberhasilannya sudah ada. Datanya kita dapat dari beberapa rumah sakit di luar Sumsel. Ada beberapa pasien yang sembuh. Proses penyembuhannya biasanya tidak lebih dari 5 hari," kata Faisal dalam keterangan yang disampaikan Pemprov Sumsel, Selasa (21/4/2020).

Faisal mengatakan, antivirus yang ia ciptakan tersebut bukan terbuat dari bahan kimia, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif ke tubuh manusia.

Menurut Faisal, virus corona akan cepat menyebar dan membelah diri jika pasien tersebut diberi protein.

Adapun, fungsi antivirus tersebut untuk memecah protein dalam tubuh, sehingga tehindar dari Covid-19.

"Jadi protein digunakan Covid-19 untuk membelah atau memperbanyak turunannya dan glukosa adalah energinya. Dampaknya, kita memiliki imunitas yang kuat. Tidak ada dampak buruk yang dihasilkan," kata Faisal.

Menurut Faisal, cara mengonsumsinya bisa sama seperti mengonsumsi gula biasa.

"Saya tekankan, ini tidak akan memengaruhi gula darah," ujar Faisal.

Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru sangat mengapresiasi temuan Faisal tersebut.

Meski demikian, menurut Herman, sebelum digunakan pada masyarakat, antivirus tersebut sebaiknya diuji lebih dulu melalui penelitian lebih lanjut.

"Tapi saya yakin ini baik. Apalagi dalam paparan yang dilakukan Prof Faisal disertai uji, sehingga ini sangat meyakinkan. Jika memang tidak ada dampak yang berarti, sebar saja ke masyarakat," kata Herman.

Herman sempat mencoba gula yang diklaim antivirus tersebut di sela-sela pemaparan.

Herman meminta agar tidak ada kecemasan di tengah masyarakat.

"Saya secara pribadi langsung mengonsumsinya. Mudah-mudahan ini bisa menjawab ketakutan masyarakat, karena beranggapan Covid-19 ini belum ada vaksinnya. Saat ini tinggal dinas terkait untuk menganalisis," ujar Herman. [Kompas]