OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 22 Februari 2017

10

Jaya Suprana: Banjir Di Jakarta dan Kesombongan Penguasa

Penulis adalah pembelajar agenda pembangunan berkelanjutan


10Berita– FAKTA membuktikan bahwa banjir tidak pernah melanda Jakarta selama 2,7 tahun Basuki Tjahaja Purnama menjadi gubernur DKI Jakarta. Fakta kenihilan banjir di Jakarta dimanfaatkan sebagai bahan kampanye keberhasilan palon petahana pada Pilgub Jakarta 2017 sehingga berhasil melaju ke putaran ke dua.

Memang tiada banjir di Jakarta sampai dengan 15 Februari 2017 sebagai hari pelaksanaan pilgub Jakarta. Namun sehari kemudian, pada hari Kamis 16 Februari 2017 terberitakan bahwa curah hujan tinggi yang turun sejak Senin dinihari di bagian hulu dan tengah Sungai Ciliwung menyebabkan banjir melanda permukiman di bantaran Sungai Ciliwung Jakarta.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menjelaskan berdasarkan data sementara yang dihimpun Pusdalops BPBD DKI Jakarta, banjir tidak hanya merendam permukiman di bantaran Sungai Cilwung, tapi juga sebagian Kali Cipinang.

Sebanyak 7.788 jiwa atau 3.393 kepala keluarga yang terdampak langsung dari banjir kiriman ini. “Tempat tinggal mereka terendam banjir dengan ketinggian bervariasi antara 10–150 sentimeter,” kata Sutopo, Kamis, 16 Februari 2017.

Daerah yang terendam banjir adalah Jakarta Timur meliputi Kecamatan Ciracas di Kelurahan Cibubur dan Kelurahan Rambutan,Kecamatan Kramat Jati di Kelurahan Cililitan, serta Kelurahan Cawang dan Kecamatan Jatinegara di Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan Biadara Cina. Daerah yang cukup parah terendam banjir hingga ketinggian 150 sentimeter adalah Kelurahan Cawang.

Ada sebanyak 1.188 kepala keluarga atau 3.896 jiwa terdampak banjir. Diwilayah Kampung Melayu, banjir hingga ketinggian 100 sentimeter dan yang terdampak 443 kepala keluarga atau 1.456 jiwa.

“Belum ada laporan jumlah pengungsi. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada karena potensi hujan berintensitas tinggi masih berpeluang terjadi. Puncak hujan diperkirakan sampai akhir Februari mendatang,” ujarnya.

Banjir yang melanda Jakarta sehari setelah Pilkada merupakan peringatan dari Yang Maha Kuasa agar jangan ada yang terkebur maka sombong sesumbar bahwa manusia sanggup menihilkan banjir. Sedahsyat apa pun manusia berusaha, akhirnya tetap saja Tuhan yang Berkuasa.

Banjir yang melanda Jakarta pada tanggal 16 Februari 2017 padahalpada tanggal 28 September 2019 permukiman warga Bukit Duri sudah berhasil digusur oleh pemprov DKI Jakarta merupakan bukti bahwa penggusuran rakyat atas nama normalisasi kali Ciliwung bukan cara yang tepat dan benar demi menanggulangi banjir.

Menggusur rakyat demi menghentikan banjir ibarat jauh panggang dari api. Banjir yang nyata melanda Jakarta setelah rakyat digusur merupakan bukti bahwa rakyat sama sekali bukan biang keladi banjir. Setelah rakyat mengikhlaskan diri untuk dikorbankan terbukti banjir tetap datang. Benar-benar suatu pengorbanan rakyat yang sia-sia.
Maka di dalam Kontrak Politik dengan rakyat Jakarta, Ir. Joko Widodo menjanjikan bukan menggusur namun menata permukiman rakyat.InsyaAllah, di masa depan pemerintah DKI Jakarta dalam menatalaksana pembangunan infrastruktur bukan mengabaikan apalagi memusuhi namun berkenan melibatkan para tokoh cendekiawan, arsitek dan ahli tata kota yang tergabung di Ciliwung Merdeka dan Forum Kampung Kota yang telah cermat dan seksama menyusun konsep pembangunan infra struktur tanpa melanggar hukum, HAM, Pancasila serta agenda pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati dan diikrarkan Persatuan Bangsa-Bangsa sebagai pedoman pembangunan planet bumi abad XXI.

Laskar Ciliwung Merdeka dan Forum Kampung Kota senantiasa siapmenjadi mitra pemprov DKI Jakarta menatalaksana pembangunan infrastruktur tanpa harus mengorbankan lingkungan alam, sosial, budaya apalagi rakyat.

Sumber : okezone, bataranews


Related Posts: