OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 18 Maret 2017

"Anti Arab atau Anti Islam?"



10BeritaBangsa Arab adalah bangsa yang dipilih oleh Allah sebagai tempat kelahiran manusia paling mulia di jagad raya. Di sana Al-Qur’an diturunkan dan dengan bahasanya pula Al-Qur’an dituliskan. Selain itu Jazirah Arab merupakan sumber awal kemunculan Islam dan tempat akan munculnya tunas  kembangkitan Islam yang sempat hilang. Inilah yang mendorong munculnya arabphobia di tengah-tengah musuh Islam.

Mereka berusaha agar manusia  membenci atau bahkan menjadi anti Arab. Hal ini hanyalah sebagai tipuan, karena maksud sebenarnya adalah anti Islam. Jalan yang ditempuh adalah dengan menyudutkan bangsa Arab sebagai bangsa yang melahirkan kelompok radikal atau teroris, sehingga banyak orang yang terhalang dari agama Islam .

Virus kebencian terhadap Arab, juga dikampanyekan beberapa pihak di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Di mulai dengan menyebut jilbab adalah budaya Arab hingga menuduh timur tengah (Tanah Arab) sebagai sumber kekaauan. Kaum muslimin pun di buat bimbang, sehingga tidak sedikit dari kaum muslimin termakan dengan perkataan mereka dan akhirnya menolok semua syaria’at Islam yang berbau Arab.

Sebenarnya, fenomena kemunculan kelompok anti Arab bukan hal yang baru. Dahulu pun ada kelompok yang anti dan benci terhadap Arab. Mereka dikenal dengan kelompok Syu’ubiyah. Abdurrahman bin Muhammad al-Qammasy mengatakan dalam footnote kitab beliau; al-Hawi fi at-Tasir Al-Qur’an al-Karim (4/58), bahwa kelompok ini sudah muncul di akhir Daulah Umawiyyah, kemudian  menjadi semakin kuat pada masa Daulah Abbasiyyah.

Anti Arab Tanda Kemunafikan

Kemunafikan merupakan sifat yang sangat berbahaya, baik untuk pribadi seseorang maupun kehidupan sosial. Dalam lingkup pribadi, sifat ini akan menyeret pelakunya ke jurang neraka, sedangkan bagi umat, ia adalah musuh dalam selimut yang kerap kali menjadi sebab keruntuhan suatu peradaban Islam.

Salah satu dari sekian banyak ciri-ciri orang munafik adalah membenci Arab atau semua hal yang ada pertalian dengan Arab dan Islam. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’abul Iman (3/159),  dari jalur al-Bara’, Rasulullah bersabda:

حُبُّ الْعَرَبِ إِيمَانٌ، وَبُغْضُهُمْ نِفَاق

“Mencintai Arab (Bangsa Arab) merupakan keimanan dan membenci mereka merupakan kemunafikan”.

Menurut Imam Hakim dalam al-Mustadrak (4/87) hadits ini sanadnya shahih. Sedangkan Imam adz-Dzahabi mengatakan hadits ini sanannya tidak shohih karena di dalamnya terdapat al-Haitsami yang haditsnya matruk (ditinggalkan).

Walaupun hadits ini masih dipermasalahkan keshahihannya, namun makna hadits ini dibenarkan oleh para ulama. Imam al-Munawi mensyarah hadits ini dalam kitab beliau Faidhu al-Qadir (12/419), “Jika seseorang mencintai mereka (Bangsa Arab) maka kecintaan terhadap mereka merupakan tanda keimanan dan jika membenci mereka maka kebenciaan tersebut tanda dari kemunafikan. Sebab, agama ini berkembang dari perjuangan mereka. Mereka menegakkannya dengan pedang-pedang dan kesungguhan.”

Imam Ahmad menyebutkan satu persatu kelompok-kelompok sesat yang harus diwaspadai, diantaranya adalah asy-Syu’ubiyah mereka merupakan pelaku bid’ah dan kesesatan, mereka mengatakan sesungguhnya Arab dan budak bagi kami sama. Mereka tidak melihat adanya hak bagi Bangsa Arab, mereka tidak mengakui adanya keutamaan Bangsa Arab dan mereka juga tidak mencintai orang-orang Arab.”  (al-Husai bin Abu Ya’la, Thabaqat al-Hanabilah, 1/33).

Begitu juga Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau al-Iqtidha as-Shiratu al-Mustaqim (149) ketika mengomentari pemahaman Syu’ubiyah yang membeci dan tidak suka terhadap Arab, beliau mengatakan, “Ucapan semacam itu (yang mengatakan Arab tidak memiliki keutamaan atas orang ‘ajam) muncul dari kemunafikan, baik bersifat i’tiqodi atau amali.”

Pernah suatu ketika Ibnu Sirin ditanya oleh seseorang, “Wahai Abu Bakar, apa pendapatmu terhadap perempuan yang bermimpi seakan-akan ia memakan kepala onta? Maka beliau berkata, “Hendaknya ia bertakwa kepada Allah dan hendaklah ia tidak membenci Arab.”

Sebuah Manuver untuk Menghina Nabi

Suatu ketika Rasulullah pernah berkata kepada Salman al-Farisi (salah seorang sahabat Nabi yang bukan berasal dari keturunan Arab), “Wahai Salman jangan engkau membenciku, maka jika engkau membenciku niscaya engkau telah memisahkan agamamu.” Salman berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana aku membencimu padahal dengan perantaramulah kami diberi hidayah oleh Allah? Beliau menjawab, “Ketika engkau membenci  Arab,  berarti engkau membenciku.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, Ahmad dan para ulama muhadits lainnya.

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam Iqtidha as-Shirath al-Mustaqim (155) ketika menjelaskan hadits ini, “Nabi menjadikan benci terhada Arab sebagai sebab terpisahnya agama dari seseorang dan menjadikan kebencian terhadap orang Arab sebagai tanda kebencian terhadap diri beliau.”

Abu ‘Ala al-Mubarakfuri mengomentari hadits ini dalam kitab beliau Tuhfatu Ahwazi (10/296), “Membenci Arab bisa berujung benci terhadap saidul kholqi (Rasulullah).”

Apa yang dikatakan oleh Syaikh Islam dan Abu ‘Ala adalah  realita hari ini, banyak orang yang membenci Arab sehingga kebencian mereka berefek terhadap kebencian terhadap Rasulullah. Mereka menolak jenggot dengan alasan, ‘Itu kan budaya Arab.’ Mereka juga menolak hijab; hukum hudud dan hukum Islam lainnya dengan alasan yang sama, semua itu merupakan budaya yang kolot, kuno dan tidak boleh diterapkan di Indonesia. Padahal, semua itu adalah perintah Nabi.

Pada dasarnya doktrin anti Arab merupakan usaha para musuh Allah untuk memadamkan cahaya-Nya, karena sumber agama Islam adalah dari Bangsa Arab. Kewajiban kita adalah memperkuat imunitas pada keluarga kita dan kaum muslimin dari kelompok anti Arab atau Syu’ubiyah, serta kelompok-kelompok sesat lainnya dengan menjelaskan penyimpangan mereka dan membantah argument-argumen mereka.

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam Majmu’ Fatawa (28/231),  “Hadirnya kelompok-kelompok pengusung bid’ah, yang tulisan dan ibadah mereka menyelisihi Al-Qur’an dan as-Sunnah, maka menjelaskan keadaan mereka dan memperingatkan umat dari mereka hukumnya wajib menurut kesepakatan kaum muslimin.”

Bahkan Imam Ahmad pernah ditanya,  manakah yang lebih utama antara seseorang  yang berpuasa, shalat dan beriktikaf atau seseorang yang berbicara (memperingatkan manusia) tentang ahlu bid’ah? Beliau pun menjawab, “Jika ia melaksankan shalat, puasa dan iktikaf maka itu hanya buat dirinya sendiri adapun jika berbicara (mengkritisi) tentang ahlu bid’ah maka manfaatnya bagi seluruh kaum muslimin, inilah yang lebih utama.”

Kesimpulan

Maraknya sikap anti Arab belakangan ini merupakan manuver musuh-musuh islam untuk menjauhkan umat Islam dari Arab sekaligus dari Islam. Hal ini karena kitab Suci dan Sunnah nabi semuanya tertulis dalam bahasa Arab. Arab juga menjadi tanah kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tidak hanya hari ini, ternyata dahulu kelompok-kelompok sesat dan musuh Islam juga menjadikan slogan anti Arab sebagai alat untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam. Padahal banyak sekali perkataan salaf tentang keutamaan Arab dan bahasanya.

Sebagai muslim kita wajib mencintai Arab, namun jangan dipahami setiap orang Arab dan apa yang datang dari Arab baik adanya. Karena selain ada Rasulullah dan para sahabat di Arab, tanah Arab juga pernah melahirkan sosok seperti Abu Jahal dan Abu Lahab.Wallahu a’lam.

Penulis: Ibnu Syamsin
Editor: Abu Absi dan Arju Khoir [kbn]

Sumber: Postmetro