Mendagri Turki Ancam Kirim 15 Ribu Pengungsi ke Eropa
10Berita-ANKARA–Ketegangan yang terjadi antara Turki dengan Jerman dan Belanda membuat Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengancam akan mengirimkan 15 ribu pengungsi ke Eropa.
Ancaman itu dilayangkan di tengah krisis diplomatik antara Ankara dengan Jerman dan Belanda. Sebelumnya Belanda melarang menteri Turki untuk melakukan kampanye di Rotterdam pekan lalu.
“Kami memiliki Kesepakatan diterima kembali (Readmission Deal). Saya menantang Eropa, apakah mereka punya keberanian ? Jika mereka mau, Turki akan mengirim 15 ribu pengungsi ke Eropa,” Tegas Soylu.
Kesepakatan diterima kembali atau Readmission Deal antara Uni Eropa dan Turki muncul karena kasus pengungsi dari Turki yang hendak menuju Eropa barat dengan melintasi laut Aegea, Yunani secara ilegal.
Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Pemerintah Yunani wajib untuk mengembalikan pengungsi ke Turki.
“Mereka harus ingat, bahwa Eropa tidak bisa merancang permainan di daerah ini terlepas dari Turki,” tambah Soylu, dilansir Hurriyet Daily, Jumat (16/3/2017).
Menurut Soylu, Jerman dan Belanda mencoba untuk mendapatkan apa yang tidak bisa mereka capai saat aksi protes Gezi Park, Turki pada 2013 lalu.
Ditambah kegagalan kudeta Erdogan yang didalangi Organisasi Teroris Fethullahist (Feto) pada Juli 2016.
“Siapa yang pertama kali mencoba menyelesaikan masalah? Jerman dan Belanda. Apakah pemilihan umum akan diadakan di Jerman? dan apakah Konstitusi di Jerman atau Belanda Akan berubah?,” Katanya, mengacu pada referendum 16 April 2017 mendatang, memuat keputusan sistem parlementer saat ini apakah harus diganti oleh presiden eksekutif dengan kekuatan jauh ditingkatkan untuk Presiden Recep Tayyip Erdogan.
“Ini adalah masalah internal Turki. Apa peduli mereka? Mengapa mereka terlibat di dalamnya? Apakah mereka menerima Turki ke dalam Uni Eropa? Apakah mereka memberikan dukungan ke Turki dalam memerangi terorisme?,” pungkasnya.
“Ada permainan yang dimainkan melawan Turki. Mencoba mencegah Turki menjadi lebih kuat di masa depan,” tambah Soylu.
Ia mengklaim bahwa Turki selama bertahun-tahun telah melewati berbagai masalah, dan pada periode ini adalah yang paling kuat.
“Beberapa Negara mungkin tidak bisa mengatasinya,” ungkapnya.
Dalam pidatonya, Soylu mengatakan “Amandemen konstitusi akan membawa sistem yang menghasilkan tindakan, bukan kata-kata.” []
Sumber: islampos