OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label Internasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Internasional. Tampilkan semua postingan

Jumat, 31 Juli 2020

Shalat Idul Adha pertama di Masjid Hagia Shopia

Shalat Idul Adha pertama di Masjid Hagia Shopia




10Berita, ISTANBUL - Ribuan umat muslim Turki menghadiri shalat Idul Adha pertama di masjid Hagia Sophia pada hari Jumat, 31 Juli 2020.

Shalat Idul Adha pertama di Hagia Sophia sejak 86 tahun ini dipimpin oleh kepala Direktorat Urusan Agama (Diyanet) Ali Erbaş.

Datang dari seluruh penjuru negeri, ribuan umat muslim memenuhi Hagia Sophia, serta jalan-jalan di sekitar landmark bersejarah di Istanbul.

Ketua Parlemen Mustafa Şentop, Menteri Transportasi dan Infrastruktur Ali Karaismailoğlu, Gubernur Istanbul Ali Yerlikaya dan Walikota distrik Fatih Istanbul Mehmet Ergün Turan hadir bergabung di Hagia Sophia.

Pada 10 Juli, pengadilan Turki membatalkan dekrit Kabinet 1934 yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum, membuka jalan untuk penggunaannya sebagai masjid.

Dua minggu setelah keputusan pengadilan, shalat pertama di Hagia Sophia diadakan dengan dihadiri sekitar 350.000 orang, serta tokoh-tokoh politik top di Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdoğan.

Pada hari Jumat ini, umat Islam menandai dimulainya Qurban Bayram, liburan empat hari yang menandai berakhirnya ibadah haji dan perayaan keagamaan terpenting kedua setelah Idul Fitri.

Pada hari suci ini, umat Islam mengorbankan ternak, yaitu, domba, kambing, sapi atau unta, untuk memperingati kesediaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya Ismail atas perintah Allah.







Sumber: Daily Sabah

Jumat, 24 Juli 2020

Dahsyat! Sholat Jumat Pertama di Aya Sophia, Jamaah Membludak

Dahsyat! Sholat Jumat Pertama di Aya Sophia, Jamaah Membludak


10Berita – Situs bersejarah Aya Sofya kembali digunakan kembali sesuai fungsinya sebagai masjid. Setelah 86 tahun, akhirnya Aya Sofya bisa menjadi tempat umat muslim Turki menjalankan ibadah shalat Jumat.

Dari unggahan foto di berbagai media dan jejaring sosial pada Jumat (24/7), terlihat jamaah membludak memenuhi sekitar situs yang telah dibangun sejak abad ke-5 tersebut.




Tampak pula para jamaah mengenakan masker sembari membawa sajadah, sesuai instruksi Gubernur Istanbul, Ali Yerlikaya.


Melalui akun Twitter-nya, Ali juga mengunggah sebuah foto interior Aya Sofya yang telah dipersiapkan untuk shalat Jumat. Tampak karpet berwarna biru digelar. Sementara gambar-gambar Siti Maryam dan Isa AS tidak tampak.

Pada awalnya, para jamaah baru diizinkan masuk pada pukul 10.00 waktu setempat. Namun karena membludaknya antusiasme, akhirnya pintu masuk mulai dibuka pada 09.00 waktu setempat.

Banyak jamaah yang sudah menunggu di sekitar Aya Sofya sejak subuh. Bahkan beberapa bermalam di sana.


Kepala Direktorat Urusan Agama Turki (Diyanet), Ali Erbas mengatakan telah menunjuk Mehmet Boynukalin seorang profesor hukum Islam di Universitas Marmara Istanbul, beserta dua imam masjid Istanbul lainnya Ferruh Mustuer dan Bunyamin Topcuoglu untuk menjadi imam masjid Aya Sofya.

Erbas juga menyebutkan ada lima muazin untuk masjid Aya Sofya termasuk dua dari Masjid Biru Istanbul yang terkenal.

Aya Sofya telah diubah dari gereja menjadi masjid sejak Sultan Mehmet II Al Fatih menaklukkan Konstantinopel, yang sekarang menjadi Istanbul, pada 1453. Namun pada 1934, pemerintahan sekuler Turki berusaha mengubahnya menjadi museum.

Pada 10 Juli, dekrit tersebut telah dibatalkan oleh pengadilan Turki sehingga Aya Sofya kembali dapat menjalankan fungsinya sebagai masjid. []

Sumber: Eramuslim

Kamis, 16 Juli 2020

Hamas: Saluran berita Al-Arabiya Saudi Bantu Kampanye Zionis

Hamas: Saluran berita Al-Arabiya Saudi Bantu Kampanye Zionis


10Berita – Kelompok perlawanan Hamas pada Selasa mengatakan saluran berita Al-Arabiya milik Saudi melakukan kampanye menyesatkan dan memutarbalikkan fakta yang didasarkan pada kebohongan dan fitnah dari dinas keamanan Israel.

Menurut Hamas, kampanye itu bertujuan untuk mempengaruhi perlawanan Palestina.


“Apa yang dilakukan saluran Al-Arabiya dan outlet media lainnya sepenuhnya konsisten dengan kebijakan pendudukan Zionis dan rencana agresi yang berkelanjutan terhadap rakyat kami dan menghapus hak historisnya,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

Al-Arabiya adalah saluran berita dari Uni Emirat Arab yang dimiliki oleh Arab Saudi. (rol/aa)

Kunjungi website

Zionis-Yahudi Marah Al Aqsha Jadi Target Pembebasan Erdogan

Zionis-Yahudi Marah Al Aqsha Jadi Target Pembebasan Erdogan


10Berita – Konferensi Presiden Organisasi-Organisasi Zionis-Yahudi Amerika pada Selasa (14/7) mengutuk pernyataan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan yang mengatakan bahwa perubahan status Hagia Sophia menjadi masjid adalah upaya awal untuk membebaskan Masjid Al-Aqsa. Kelompok yang membawahi 53 Organisasi Yahudi itu mengecam pernyataan Erdogan yang menyiratkan bahwa dia akan mengambil kendali atas situs-situs suci di Yerusalem.

“Kami terkejut dengan pernyataan yang menghasut dan ofensif yang dibuat oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Ini menyiratkan bahwa dia berusaha untuk mengambil kendali atas situs-situs suci di Kota Tua Yerusalem, yang merupakan rumah bagi Masjid al-Aqsa,” ujar kelompok tersebut, dilansir Times of Israel, Kamis (16/7).


Erdogan secara resmi mengumumkan bahwa status Hagia Sophia telah berubah dari museum menjadi masjid. Menurut harian pro-pemerintah Turki, Yeni Safak, Presiden Erdogan mengatakan bahwa kebangkitan Hagia Sophia adalah pertanda pembebasan Masjid Al-Aqsa dan pembebasan umat Islam dari penderitaan.

“Retorika tentang Masjid al-Aqsa ini dapat memicu kekerasan terhadap Israel dan warganya, dan akan menambah ketegangan di wilayah tersebut. Kami mengutuknya dengan keras dan mendesak Presiden Erdogan untuk menarik kembali kata-kata dan tindakannya,” ujar pernyataan kelompok Organisasi Yahudi.

Pengadilan tinggi Turki membatalkan dekrit Kabinet 1934, yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum. Langkah ini membuka jalan bagi Hagia Sophia agar digunakan kembali sebagai masjid setelah 85 tahun. Dalam beberapa jam, Erdogan menandatangani dekrit yang menyerahkan Hagia Sophia kepada Departemen Urusan Agama Turki.

Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama berabad-abad di bawah pemerintahan Kekaisaran Bizantium. Kemudian bangunan itu berubah menjadi masjid setelah penaklukannya atas Istanbul pada tahun 1453. Pada 1935, Hagia Sophia diubah menjadi museum. (rol)

Sumber: Republika

Pidato Erdogan: Kita Semua Bergembira atas Kembalinya Hagia Sophia Menjadi Masjid

Pidato Erdogan: Kita Semua Bergembira atas Kembalinya Hagia Sophia Menjadi Masjid




PIDATO PRESIDEN ERDOGAN ATAS KEMBALINYA HAGIA SHOPIA MENJADI MASJID 

(Pidato ini diposting di akun twitter Presiden Erdogan, 15 Juli 2020. Video dibawah. Berikut terjemahannya)

Kita semua bergembira atas kembalinya Hagia Sophia dari museum menjadi masjid.

Ini menandai Hagia Sophia akan mulai beroperasi sesuai statusnya sebagai masjid yang merupakan hasil wakaf.

Dalam kesempatan ini kembali saya tegaskan bahwa Hagia Sophia dikembalikan menjadi masjid dari yang sebelumnya museum, bukan gereja.

Sultan Muhammad Alfatih dan sultan-sultan setelahnya menerima Hagia Sophia pada tahun 1453 dalam keadaan rusak dan kemudian menjadikannya sebagai masjid. Hagia Sophia telah direnovasi dan diperluas dalam kurun waktu yang panjang. Hagia Sophia dulu diterima dalam bentuk yang rusak kemudian direnovasi secara menyeluruh, mulai dari ruangan, menara, perpustakaan, air mancur, termasuk bangunan dan kamar mandi.

Jadi, tidak mungkin menafikan kondisi ini dalam kurun waktu 5 abad lamanya.

Tidak mungkin bagi siapapun yang hidup di atas bumi ini memiliki rasa tidak sudi atas penaklukan Istanbul (Konstantinopel), bukan hanya karena mereka menganggap diri mereka sebagai bangsa Turkey atau muslim.

Sesungguhnya langkah yang mengikuti setelah penaklukan Istanbul adalah peristiwa yang terjadi di Sögüt, Manzikert dan Iznik.

Jika kita melihat permasalahan ini dari sisi sejarah maka kita akan melihat ketika penaklukan terjadi Sultan Muhamamd Alfatih langsung merenovasi Hagia Sophia. Sebaliknya, tentara salib yang memerangi Konstantinopel sekitar 250 tahun sebelumnya membiarkan Hagia Sophia terlantar.

Dan perusakan dan penelantaran ini masih saja dibanggakan oleh beberapa kota Eropa di antaranya Vatikan. Jadi, masalahnya (bagi mereka) bukan pada Hagia Sophia-nya tapi pada pihak yang berkuasa atas Hagia Sophia dan kota Konstantinopel (Istanbul).

Kita tidak sedang menghilangkan eksistensi kita pada wilayah ini setelah seribu tahun lamanya, atau penguasaan kita atas Istanbul setelah kurang lebih 600 tahun lamanya. Itu sebabnya kita mengambil keputusan secara mandiri terkait rakyat, kebebasan dan hak kita termasuk dalam issue Hagia Sophia.

Kita telah mengubah Hagia Sophia menjadi museum (1934) dan itu keputusan yang salah, sekarang kita mengubahnya menjadi masjid.

Kita sekarang merasa lega dan bahagia telah menunaikan tanggung jawab kita di hadapan jutaan arwah leluhur kita yang dikubur di bawah tanah, juga terhadap 83 juta rakyat kita yang hidup di atas tanah ini.

Sesungguhnya hari ini adalah hari kebahagiaan dan kegembiraan tiada tara atas kembalinya tempat ibadah yang agung ini ke bentuk asalnya tanpa kita harus bilang “tapi”, “karena” atau “disebabkan”. Tidak layak bagi seorangpun khawatir.

Ketika kita mengembalikan Hagia Sophia sesuai status wakaf (dari Alfatih) maka kita akan tetap menjaga statusnya sebagai warisan tsaqofah sebagaimana yang dilakukan oleh leluhur.

Saat ini Turkey dalam kondisi terbaik dari semua negara-negara di dunia terkait kebebasan menjalankan ibadah terlepas apapun agamanya.

[Video - Pidato Erdogan]

Persatuan Ulama Dunia: Hagia Sophia Guncang Dunia, Israel Hancurkan Ratusan Masjid di Palestina Diam Saja

Persatuan Ulama Dunia: Hagia Sophia Guncang Dunia, Israel Hancurkan Ratusan Masjid di Palestina Diam Saja





10Berita Anggota Persatuan Ulama Dunia, Dr. Nawaf Hayel Takrouri, mengeritik pemimpin negara-negara barat yang mengecam Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan, setelah mengembalikan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid. Dia membandingkan langkah otoritas Israel menutup ratusan masjid di Palestina, sementara mereka hanya diam.

“Zionis yang menjajah Palestina lebih dari 70 tahun lalu mengubah banyak masjid di desa-desa dan kota-kotanya menjadi museum hingga kafe,” kata Nawaf seperti dikutip laman resmi Internasional Union for Muslims Scholars (IUMS), Rabu (15/7).

Nawaf membeberkan, selain menutup ratusan masjid, Israel juga berusaha menutup Masjid Al-Aqsa di Yerussalem. Bahkan, 3 tahun lalu, Israel ingin menutup Masjid Al-Aqsa dan melarang umat Islam beribadah di tempat isra dan mi’raj Nabi Muhammad itu. Namun, umat Islam di Palestina terus memprotes sehingga penutupan gagal.

Nawaf mengaku bangga dengan ketegasan Erdoga mengembalikan Hagia Sophia menjadi masjid. langkah tegas itu menjadi harapan baru pembebasan Masjid Al-Aqsa dari cengkraman Israel.

“Semogga Allah memberi kemuliaan kepada Presiden Erdogan atas sikap terhormat itu. Semoga Allah melindungi Turki dan semua negara muslim dan kesucian mereka dari semua agresi,” ucap Nawaf.(indonesiainside)


Rabu, 15 Juli 2020

Al Ahmar, Masjid di Palestina dari Abad ke-13 Diubah Zionis-Israel Jadi Klab Malam

Al Ahmar, Masjid di Palestina dari Abad ke-13 Diubah Zionis-Israel Jadi Klab Malam


10Berita– Sebuah masjid Palestina yang dibangun abad ke-13 di distrik Safed diubah menjadi kelab malam. Distrik Safed masuk ke dalam wilayah Palestina yang dijajah Zionis-Israel.

Masjid bernama Al Ahmar itu sudah digunakan untuk berbagai fungsi sejak 1948. Awalnya, masjid itu digunakan sebagai sekolah Yahudi, kemudian menjadi pusat kampanye pemilihan umum, selanjutnya digunakan sebagai toko pakaian dan kini menjadi bar dan aula acara.

Khair Tabari, Sekretaris Safed and Tiberias Islamic Endowment, berusaha menyelamatkan masjid itu selama bertahun-tahun. Dia meminta agar masjid dikembalikan ke pihak Endowment dan saat ini sedang menunggu putusan dari pengadilan Nazareth.


Tak hanya alih fungsi, nama masjid kuno itu juga diubah dari masjid Al Ahmar menjadi Khan Al Ahmar.

Mengutip laporan Gulf News dan Al Quds Al Arabi, bangunan itu kini dikelola perusahaan yang berafiliasi dengan pemerintah Kota Safed, Zionis-Israel.

Sumber: Eramuslim

Selasa, 14 Juli 2020

Keputusan Erdogan Soal Hagia Sophia Dipuji Sejumlah Pihak

Keputusan Erdogan Soal Hagia Sophia Dipuji Sejumlah Pihak




10Berita, ANKARA—Keputusan pemerintah Turki untuk mengalihfungsikan Hagia Sophia menjadi masjid, mendapat dukungan dan pujian dari negara-negara Arab.
“Kami mengucapkan selamat kepada Turki dan diri kami sendiri karena mengubah Hagia Sophia kembali ke masjid, karena itu milik semua Muslim," ujar Ekrema Sabri, pengkhotbah Masjid Al-Aqsa Yerusalem, dalam sebuah pernyataan yang dikutip di AA, Selasa (14/7).
Mufti Besar Oman, Ahmed bin Hamad al-Khalili, juga mengucapkan selamat kepada Presiden Turki Recep Tayyip  Erdogan dan Muslim di seluruh dunia karena atas dibukanya kembali Hagia Sophia sebagai masjid.
“Kami mengucapkan selamat kepada diri kami sendiri, seluruh negara Muslim, dan khususnya bangsa Turki yang dipimpin oleh pemimpinnya, Recep Tayyip Erdogan, karena mengubah Hagia Sophia kembali ke rumah ibadah di mana Allah mengizinkan namanya untuk dinaikkan dan disebutkan," cuit Ahmed melalui akun Twitter pribadinya.
Kelompok Ikhwanul Muslimin menggambarkan keputusan Turki atas status Hagia Sophia sebagai langkah bersejarah. Juru bicara kelompok tersebut, Talaat Fahmy menyebut langkah ini sebagai penegasan kedaulatan rakyat Turki, yang mayoritas Muslim, atas tanah dan hak mereka.
“Keputusan pengadilan Turki untuk mengembalikan Hagia Sophia ke masjid adalah tindakan pengembalian hak kepada pemiliknya,” ujarnya.
Uni Maghreb Arab juga menggambarkan pembukaan kembali masjid Hagia Sophia kepada para jamaah sebagai peristiwa bersejarah besar.
"Kami menyampaikan ucapan selamat yang tulus kepada bangsa Islam secara keseluruhan dan khususnya kepada orang-orang Turki, yang dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan, pada kesempatan pembukaan kembali masjid Hagia Sophia untuk berdoa," tulis Perserikatan itu dalam sebuah pernyataan.
Pada Jumat lalu, pengadilan Turki membatalkan dekrit kabinet 1934 yang telah mengubah Hagia Sophia menjadi museum, dan membuka jalan untuk kembali menggunakan Hagia Sophia sebagai masjid setelah 85 tahun.
Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama berabad-abad di bawah pemerintahan Kekaisaran Bizantium, dan berubah menjadi masjid pada 1453 setelah penaklukan Istanbul. Namun pada 1935, kabinet memutuskan untuk mengubah Hagia Sophia menjadi museum.


Sumber:

https://www.aa.com.tr/en/culture/arabs-hail-turkey-s-reopening-of-hagia-sophia-mosque/1908596

Erdogan Bersumpah Bebaskan Masjid Al Aqsa Setelah Hagia Sophia

Erdogan Bersumpah Bebaskan Masjid Al Aqsa Setelah Hagia Sophia


10Berita -Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersumpah untuk membebaskan Masjid Al Aqsa setelah mengubah status Hagia Sophia dari museum menjadi masjid pada Jumat kemarin.

Turki menganulir status museum Hagia Sophia yang telah diberlakukan sejak 1934. Hagia Sophia pernah menjadi masjid pada 1453 sejak penaklukan Konstantinopel.

“Kebangkitan Hagia Sophia menandai pembebasan Masjid Al Aqsa,” kata situs web Kepresidenan Turki, dikutip dari Jerusalem Post, 13 Juli 2020.

“Kebangkitan Hagia Sophia adalah batu loncatan umat Islam di seluruh dunia yang akan datang…kebangkitan Hagia Sophia adalah kebangkitan api harapan umat Islam dan semua yang tertindas, disalahkan, tertindas dan dieksploitasi.”


Pidato dalam bahasa Turki diterjemahkan sedikit berbeda ke bahasa Arab dan Inggris, menurut Jerusalem Post.

Dalam bahasa Arab pidato mengatakan bahwa mengubah Hagia Sophia menjadi masjid adalah bagian dari “kembalinya kebebasan al Aqsa”.

Presiden Turki mengaitkan keputusan untuk menghidupkan kembali Islam dari Bukhara di Uzbekistan ke Andalusia di Spanyol. Terminologi ini, yang menghubungkan al Aqsa di Yerusalem dengan Hagia Sophia dan Spanyol. Dalam terjemahan Turki referensi yang sama ke Spanyol tampaknya tidak dimasukkan seperti dalam bahasa Arab.

Sumber: eramuslim

Senin, 13 Juli 2020

Para Pemimpin Dunia Tuntut Serbia Bertanggung Jawab atas Pembantaian Muslim Bosnia pada 1995

Para Pemimpin Dunia Tuntut Serbia Bertanggung Jawab atas Pembantaian Muslim Bosnia pada 1995





10Berita, Sejumlah pemimpin dunia, pada Sabtu (11/7), menuntut agar para pemimpin Serbia menerima sepenuhnya tanggung jawab atas pembantaian pada 1995. Pembantaian tahun 1995 merupakan bagian dari genosida terhadap Muslim selama Perang Bosnia.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dan Perdana Menteri Inggris, Belanda, dan Spanyol, termasuk di antara beberapa tokoh internasional yang mengirim pesan video ke acara peringatan 25 tahun insiden Srebrenica. “Rekonsiliasi berarti menolak pembantahan atas genosida dan kejahatan perang dan segala upaya untuk memuliakan penjahat perang yang dihukum,” kata Guterres dalam pidatonya di video tersebut.

Efef Džaferović, anggota Muslim Bosnia dari kepresidenan tripartit Bosnia, menyerukan lebih banyak dari para pemimpin dunia dalam menghadapi upaya untuk meremehkan, merelatifkan, atau menyangkal apa yang terjadi.

“Saya menyerukan kepada teman-teman kita dari seluruh dunia untuk menunjukkan, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan, bahwa mereka tidak akan menerima pembantahan genosida,” katanya. “Genosida Srebrenica dibantah para pemimpin Serbia. Kami berutang bukan hanya pada Srebrenica, tetapi juga pada kemanusiaan, untuk menentang pembantahan itu,” tambahnya.

Seruan serupa datang dari Bakir Izetbegović, Kepala Partai Aksi Demokratik (SDA), partai politik Muslim Bosnia utama. “Komunitas internasional tidak membela Srebrenica 25 tahun yang lalu, tetapi memiliki kemungkinan untuk membela kebenaran itu saat ini,” katanya.

Bosnia masih terpecah secara etnis, seperempat abad setelah eksekusi brutal pada Juli 1995. Lebih dari 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim Bosnia, yang dipilih dan dibunuh dalam 10 hari oleh pasukan Serbia Bosnia. Dalam operasi yang direncanakan sebelumnya, banyak yang dibawa dengan bus untuk dieksekusi, dan buldoser digunakan untuk mendorong mayat mereka ke kuburan massal di tengah hutan.


Namun, orang-orang Serbia Bosnia masih memuliakan para pemimpin masa perang mereka, Radovan Karadzic dan Ratko Mladic sebagai pahlawan. Beberapa bahkan mengadakan perayaan pembebasan Srebrenica 1995.

Serbia meminta maaf atas pembantaian itu tetapi masih membantah interpretasi internasional yang meluas bahwa peristiwa itu adalah genosida. Pada saat itu, pengusiran orang Bosnia yang sebagian besar Muslim, dalam apa yang disebut pembersihan etnis, adalah bagian dari upaya untuk menciptakan kejayaan Serbia.

Saat ini, beberapa pemimpin Serbia dituduh secara aktif terlibat dalam pembantahan genosida.  Salah satu tokoh tersebut adalah Milorad Dodik, anggota kepresidenan Bosnia tripartite dari Serbia. Tahun lalu, ia menyebut pembantaian Srebrenica sebagai mitos palsu.

Dalam sebuah opini untuk Euronews, mengatakan bahwa ia mendapat dukungan terbuka dari presiden Serbia Alexsandar Vučić, dan menyerukan Uni Eropa untuk mengambil sikap yang lebih kuat.

“Tidak mengherankan, bahwa Dodik memiliki hubungan baik dengan para pemimpin seperti Putin dan Orban. Tetapi bermasalah bahwa dia diperlakukan sebagai mitra yang sah oleh banyak diplomat Eropa juga,” tulis Edina Becirevic, (akademisi dan penulis), dalam sebuah opini untuk Euronews. “UE harus menyadari bahwa peluang untuk menekan para pemimpin Serbia dan Serbia Bosnia untuk memperlakukan sejarah secara objektif tidak boleh disia-siakan,” tambahnya.

Tokoh terkemuka lain yang menyangkal bahwa genosida terjadi di Srebrenica adalah Walikota Mladen Grijicic, yang berulang kali mengemukakan teori, yang menuduh bahwa kejahatan itu dibesar-besarkan. “Setiap hari ada bukti baru yang menyangkal presentasi saat ini dari semua yang terjadi di Srebrenica,” katanya.

Faktanya, bukti pembantaian yang dilakukan oleh orang-orang Serbia Bosnia pada 1995 sangat banyak, dan dikumpulkan dengan sangat teliti, membuat pengadilan Bosnia dan internasional memutuskan bahwa itu adalah genosida.  Tetapi 25 tahun setelah pertempuran berakhir di bekas Yugoslavia, pertempuran untuk membentuk memori tentang apa yang terjadi masih berkecamuk. (harianaceh)


Minggu, 12 Juli 2020

Hagia Sophia Jadi Masjid, Erdogan Raih Dukungan

Hagia Sophia Jadi Masjid, Erdogan Raih Dukungan


10Berita, ANKARA -- Hagia Sophia resmi menjadi Masjid dan tidak lagi berada di bawah naungan Menteri Kebudayaan Turki melainkan kini di bawah Kementerian Urusan Agama Turki.

Ozgur Unluhisarcikli, direktur Ankara dari German Marshall Fund, mengatakan, langkah itu akan memenangkan hati dan pikiran di dalam negeri. Sebab kebanyakan orang Turki akan mendukung keputusan menjadikan situs itu masjid untuk sentimen keagamaan atau nasionalis.
"Ini adalah debat yang tidak bisa dihilangkan oleh presiden Erdogan dan oposisi tidak bisa menang. Faktanya, masalah ini juga berpotensi untuk memecah belah partai-partai oposisi," kata Ozgur seperti dilansir Aljazirah, Sabtu.
Sekutu nasionalis Erdogan, Devlet Bahceli pun menyambut keputusan tersebut. Menurutnya, pembukaan kembali Hagia Sophia untuk ibadah Muslim telah lama menjadi keinginan penduduk Turki


Sementara para turis khawatir, Hagia Sophia akan ditutup buat kunjungan wisata. "Kami ingin datang dan mengunjungi Istanbul dan museum Hagia Sophia, tetapi sayangnya kami menyadari bahwa mulai hari ini ditutup," kata Renato Daleo, seorang turis dari Italia.
Ksennia Bessonova, seorang Rusia yang tinggal di Istanbul diapit oleh putrinya yang berusia 16 bulan dan suaminya, mengatakan mereka juga ingin mengunjungi situs itu. "Itu adalah mimpi kecil kami karena sejak putri kami lahir, kami tidak dapat datang dan kami pergi," katanya.
Dia berharap pihak berwenang tidak akan mengubah apa pun di dalamnya. "Dari apa yang teman dan keluarga kami katakan kepada kami itu adalah sesuatu yang istimewa dan kami ingin merasakan hal yang sama. Saat ini saya tidak yakin apa yang diharapkan tetapi saya merasa sedih."
Pada Jumat, Erdogan memberi jaminan bahwa Hagia Sophia akan terbuka untuk semua pengunjung, termasuk non-Muslim. "Pintu Hagia Sophia akan tetap terbuka untuk pengunjung dari seluruh dunia," kata ajudan pers, Fahrettin Altun.
"Orang-orang dari semua denominasi agama dipersilakan untuk mengunjunginya, sama seperti mereka telah dapat mengunjungi masjid lain, termasuk Masjid Biru," ujarnya menambahkan.
Tuai kecaman

Langkah Erdogan menuai sejumlah kecaman dari internasional
Yunani menyebut Turki melakukan provokasi. Amerika Serikat (AS) dan Prancis juga menyatakan kekecewaannya. Begitu juga Rusia yang menganggap bangunan itu sebagai warisan dunia. Dewan Gereja Sedunia menulis surat kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan atas langkah itu. Mereka mendesak Erdogan untuk mencabut keputusannya.
Presiden Erdogan tetap melanjutkan rencana itu meskipun ada seruan dari negara-negara dan pihak-pihak tersebut. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan, Moskow menyesali keputusan Erdogan.
"Katedral itu berada di wilayah Turki, tetapi tanpa pertanyaan adalah warisan semua orang," katanya kepada kantor berita Interfax dikutip laman Aljazirah, Sabtu.
Dewan Gereja Sedunia menulis surat kepada Erdogan untuk mengungkapkan kesedihan dan kegelisahan atas langkah itu. Mereka mendesak Turki untuk membalikkan keputusannya.
"Sebagai museum Warisan Dunia, Hagia Sophia telah menjadi tempat keterbukaan, pertemuan, dan inspirasi bagi orang-orang dari semua bangsa," ujar sekretaris jenderal sementara Ioan Sauca.
Sauca mengatakan, status museum telah menjadi ekspresi yang kuat dari komitmen Turki terhadap inklusi dan sekularisme. Sementara itu, Uskup Hilarion yang berpengaruh, yang mengepalai departemen Gereja Ortodoks Rusia untuk hubungan gereja eksternal, juga menyatakan kesedihannya.
"Ini merupakan pukulan bagi Kekristenan global. Bagi kami (Hagia Sophia) tetap merupakan katedral yang didedikasikan bagi Juru Selamat," katanya kepada TV Rossiya24 yang dikontrol pemerintah Jumat malam lalu.

Sumber: 

Erdogan Dikecam Ubah Hagia Sophia jadi Masjid; Dulu Spanyol Ubah Masjid Cordoba jadi Katedral

Erdogan Dikecam Ubah Hagia Sophia jadi Masjid; Dulu Spanyol Ubah Masjid Cordoba jadi Katedral





10Berita, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan sejumlah negara lainnya kecewa atas keputusan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengubah Hagia Sophia sebagai masjid.

Selain AS, sejumlah pihak seperti Badan Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), Rusia, dan Yunani juga turut menyesalkan perubahan status Hagia Sophia menjadi masjid.

Dikutip AFP, Yunani menganggap langkah Turki mengubah fungsi Hagia Sophia merupakan bentuk provokasi bagi peradaban.

Sementara itu, Dewan Gereja Sedunia telah meminta Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membalikkan keputusannya mengubah Hagia Sophia sebagai masjid. Dewan meminta Erdogan mengubah kembali Hagia Sophia sebagai museum. 

UNESCO pun telah melayangkan protes resmi atas alih fungsi Hagia Sophia menjadi masjid, terutama karena pemerintah Turki tidak mengkomunikasikan hal itu sebelumnya.

Recep Tayyip Erdogan lantas menanggapi kecaman dari seluruh dunia atas keputusannya memfungsikan kembali situs warisan dunia Hagia Sophia menjadi masjid.

"Keputusan ini tidak dibuat dengan mendengar apa yang orang lain katakan, tapi mempertimbangkan apa yang menjadi hak kami dan apa yang diinginkan negara kami [Turki]," ujar Erdogan, Sabtu (11/7) waktu setempat, melansir AFP.

Erdogan menegaskan bahwa keputusan tersebut diambil mewakili keinginan Turki dalam menggunakan hak kedaulatan yang dimiliki.

"Mereka yang tidak melawan Islamofobia di negaranya menyerang keinginan Turki untuk menggunakan hak-hak kedaulatannya," kata Erdogan melalui sebuah video.

Jika kini pemerintahan Turki mengalihfungsikan Hagia Sophia menjadi masjid, jauh sebelumnya Masjid Cordoba yang merupakan peninggalan kejayaan peradaban Islam di Spanyol kemudian diubah menjadi katedral.

Berikut kisahnya...

Cerita Masjid Agung Cordoba Beralih Jadi Kathedral Mezquita

Kini bangunan indah di kota Andalusia berubah menjadi Kathedral Mezquita. Masjid Cordoba gagah berdiri di tenggara Madrid. Berdiri di kaki bukit Siera de Montena, Masjid Cordoba menjadi saksi kemasyhuran peradaban Islam di bumi Spanyol.

Masjid Cordoba dulunya sebuah katedral bernama Visigoth St Vincent. Pertama kali diubah menjadi Masjid tahun 784 M dibawah kepemimpinan Abd ar-Rahman I. Masjid terus mengalami renovasi saat pemerintahan Abd ar-Rahman II dibangun menara. 

Sementara di masa pemerintahan Al-Hakam II masjid diperbesar dan dibangun mihrab. Renovasi terakhir dilakukan pada masa al-Mansur Ibn Abi Aamir tahun 987 dengan membangun penghubung dengan istana.

Aktivitas masjid digunakan juga untuk pengadilan syariah selain akitivitas ibadah. Masjid Agung Cordoba menjadi pusat keislaman di Andalusia selama tiga abad. Cordoba yang menjadi pusat pemerintahan Islam di Spanyol juga turut menjadikan Masjid yang pernah bernama Al Jami ini menjadi pusat kegiatan pemerintahan dan aktivitas warga.

Masjid kembali berubah menjadi katedral pada masa penaklukan tentara Kristen pada abad ke-16. Bagian tengah masjid berubah menjadi altar utama dan tempat paduan suara. Arsitekturnya sangat khas peninggalan Islam dengan pilar-pilar dan struktur marmer. Arsitektur Masjid Cordoba menyerupai struktur Masjid Agung Damaskus, Suriah.

Goresan kaligrafi ayat-ayat Alquran pada dinding mihrab masih dipertahankan. Meski berubah menjadi katedral, UNESCO pada 15 Desember 1994 menetapkan Masjid Cordoba sebagai salah satu tempat peninggalan yang sangat bersejarah dan penting di dunia.(gelora)


Hagia Shopia Kembali Menjadi Masjid, Barat Kecewa Meronta Meraung, ADA APA?

Hagia Shopia Kembali Menjadi Masjid, Barat Kecewa Meronta Meraung, ADA APA?




HAGIA SOPHIA KEMBALI MENJADI MASJID, BARAT KECEWA MERONTA MERAUNG ADA APA?

Amerika meradang. Yunani meraung-raung. Eropa meronta-ronta. Tapi, Erdogan tetap mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid.

Tak ada kekuatan internasional yang mampu menghentikan tekad Erdogan.

Setelah sekian lama Hagia Sophia dijadikan meseum oleh rezim sekuler Turki, kini adzan kembali berkumandang dari dalam Hagia Sophia. Seperti yang dilakukan Sulthan Muhammad Al Fatih dahulu.

Erdogan tak akan berani lakukan ini kalau bukan karena semuanya telah dipersiapkan.

Bayangkan, kiri kanan kaum kafir meradang menanggapi rencana Erdogan untuk mengubah Hagia Sophia menjadi masjid. Itu tidak mudah.

Tapi Erdogan sepertinya betul-betul yakin, bahwa Turki telah kembali. Turki sudah siap menghadapi  semua serangan.

Turki hari ini bukanlah Turki era rezim sekuler dahulu yang menjadi "The Sick man of Europe" (Negara sakit di Eropa). Erdogan berhasil menjadikan bangsa Turki berdiri tegak di atas kaki sendiri. Tak perlu menjadi lamit/budak bagi bangsa lain.

Maka ketika negara negara kafir protes rencana Erdogan mengubah Hagia Sophia kembali menjadi  masjid, Erdogan mengatakan: "Ini urusan Turki, bukan urusan kalian".

[Saksikan video ciamik dari Cordova Media ini]

Sabtu, 11 Juli 2020

Erdogan: Kebangkitan Hagia Sophia adalah pertanda pembebasan Masjid al-Aqsa

Erdogan: Kebangkitan Hagia Sophia adalah pertanda pembebasan Masjid al-Aqsa


10Berita, ISTANBUL - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengumumkan peralihan status Hagia Sophia dari musuem menjadi masjid.

“Keputusan telah diambil untuk menyerahkan manajemen Masjid Ayasofya (Hagia Sophia) pada Direktorat Urusan Agama dan membukanya untuk ibadah,” demikian bunyi keputusan yang ditandatangani Erdogan, Jumat, 10 Juli 2020.

Keputusan Erdogan itu disampaikan tidak lama setelah pengadilan tinggi di Turki mencabut status Hagia Sophia sebagai museum.

Pengadilan tinggi Turki memutuskan pada Jumat, 10 Juli 2020 bahwa konversi Hagia Sophia menjadi museum pada 1934 adalah melanggar hukum.

Putusan pengadilan itu membatalkan keputusan kabinet Turki tahun 1934, yang dipimpin tokoh sekuler Mustafa Kemal Ataturk.

Dalam pidato yang disiarkan langsung beberapa jam setelah keputusan presiden dikeluarkan untuk mengembalikan ikon Istanbul Hagia Sophia dari sebuah museum menjadi masjid, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Hagia Sophia akan mulai dibuka untuk beribadah pada Jumat 24 Juli 2020 mendatang.

“Seperti halnya semua masjid lainnya, pintu Hagia Sophia akan terbuka untuk semua, termasuk warga negara Turki dan wisatawan. Kami berencana untuk membuka Masjid Hagia Sophia untuk beribadah pada 24 Juli. Hagia Sophia berada di bawah yurisdiksi Turki. Setiap keberatan terhadap keputusan pengadilan kami akan dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan kami,” kata Erdogan.

Pengadilan administrasi utama Turki pada hari Jumat membatalkan dekrit pemerintah 1934 yang menjadikan Hagia Sophia menjadi museum. Keputusan yang telah lama ditunggu-tunggu ini telah membuka jalan bagi ikon kota Istanbul Hagia Sophia untuk digunakan sebagai masjid.

Pengadilan menyatakan bahwa Hagia Sophia secara resmi terdaftar sebagai masjid dalam aktenya, menambahkan bahwa diputuskan penggunaannya untuk apa pun selain masjid secara hukum tidak mungkin. "Keputusan Kabinet pada tahun 1934 yang mengakhiri penggunaannya sebagai masjid dan mendefinisikannya sebagai museum tidak mematuhi hukum," kata keputusan pengadilan.

Dalam pidatonya yang dimulai pukul 8:53 malam waktu setempat, dalam referensi yang jelas ke 1453, tahun Istanbul ditaklukkan oleh Ottoman, Erdogan mengatakan shalat pertama yang akan dilakukan di Hagia Shopia adalah shalat Jumat. Presiden meminta masyarakat untuk tidak terburu-buru berkunjung agar tidak menunda persiapan pembukaan kembali.

Berpidato dengan latar belakang salinan dekrit Ottoman Sultan Muhammad Al-Fatih yang menyatakan Hagia Sophia sebagai bagian dari kekuasaan Ottoman, Erdogan mengatakan itu adalah hak 567 tahun untuk merebut kembali Hagia Sophia sebagai masjid dan mengingatkan dekrit sultan yang memuat kutukan bagi mereka yang mengubah Hagia Sophia menjadi sesuatu yang lain selain masjid.

"Hak-hak bangsa Turki atas Hagia Sophia tidak kurang dari hak mereka yang membangunnya 1.500 tahun yang lalu," kata Erdogan, dalam kritik terselubung terhadap negara-negara lain yang mengecam pemindahan museum menjadi masjid. “Sejarah adalah saksi dari perjuangan kita untuk membawa toleransi ke mana pun bangsa kita ditaklukkan. Saat ini, kami memiliki 435 gereja dan sinagog yang terbuka untuk beribadah. Meskipun demikian, kami melihat yang sebaliknya, beberapa bangunan yang dibangun nenek moyang kita di Eropa Timur dan Balkan saat ini,” katanya.

Setelah melafalkan puisi dan esai oleh penulis dan pemikir Turki yang memuji Hagia Sophia dan menyerukan agar dikembalikan ke masjid, Erdogan mengatakan struktur itu akan menjadi simbol bagi dunia lagi. "Kebangkitan Hagia Sophia adalah pertanda pembebasan Masjid al-Aqsa," kata Erdogan.

Hagia Sophia, salah satu situs bersejarah dan warisan budaya paling penting di dunia, dibangun pada abad keenam pada masa pemerintahan Kekaisaran Bizantium sebagai Gereja Ortodoks Yunani. Kemudian dijadikan masjid setelah Konstantinopel ditaklukan oleh Sultan Utsmani, Muhammad Al-Fatih.



Sumber: DailySabah


Di Bawah Erdogan, Hagia Sophia Kini Kembali Menjadi Masjid

Di Bawah Erdogan, Hagia Sophia Kini Kembali Menjadi Masjid

10Berita, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah memerintahkan untuk mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid.

Pernyataan Erdogan disampaikan setelah sebelumnya pengadilan Turki, Jumat (10/7), mencabut status museum yang disematkan kepada Hagia Sophia.

Perintah presiden itu disampaikan lewat sebuah dekrit. Seperti dilansir CNN, lewat dekrit itu pengurusan Hagia Sophia tak lagi di bawah Menteri Kebudayaan, namun di Kementerian Urusan Agama.

Beberapa jam sebelumnya, persidangan di Dewan Negara yang mendebatkan kasus ini membatalkan keputusan kabinet pada 1934 di era Kemal Ataturk yang sudah berjalan enam abad.

Di era sekulerisme Ataturk, Hagia Sophia diubah menjadi museum dari sebelumnya masjid.

“Keputusan kabinet pada 1934 yang mengakhiri pemanfaatan Hagia Sophia sebagai masjid dan mengubahnya jadi museum tak sesuai dengan hukum,” ujar Dewan Negara.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah berulangkali menegaskan keinginannya untuk mengubah bangunan warisan dunia itu menjadi masjid.

Meski mendapat penentangan dari sejumlah pihak, Erdogan menilai urusan Hagia Sophia adalah kedaulatan Turki.

Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, menyatakan pembukaan kembali Hagia Sophia sebagai masjid tidak akan menghilangkan identitasnya.

Tempat tersebut dikatakan akan selalu menjadi warisan sejarah dunia.

“Membuka Hagia Sophia untuk beribadah tidak menghalangi wisatawan lokal atau asing mengunjungi situs ini. Jadi kerugian dari warisan dunia tidak dipertanyakan,” kata Kalin dikutip dari Anadolu Agency.

Kalin menegaskan sejarah Hagia Sophia dimulai pada abad keenam sebagai sebuah gereja, berlanjut sebagai masjid, dan kemudian sebagai museum.

Status Hagia Sophia menjadi museum adalah status yang paling jauh dari tiga identitas bangunan ikonik.

Perjalanan Hagia Sophia
Hagia Sophia adalah gereja pertama yang diresmikan pada 15 Februari 360 M di masa pemerintahan kaisar Konstantius II oleh uskup Eudoxius dari Antioka. Gereja dibangun di sebelah tempat istana kekaisaran Byzantium.

Pada 7 Mei 558 M, di masa kaisar Justinianus, kubah sebelah timur runtuh terkena gempa. Kemudian, pada 26 Oktober 986 M pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (958-1025) juga kembali terkena gempa.

Akhirnya, pada awalan abad ke-14 dilakukan renovasi besar-besaran agar tidak terkena gempa lagi.

Keistimewaan kubah ini terletak pada bentuk kubahnya yang besar dan tinggi. Ukuran tengahnya 30 meter, tinggi dan fundamentalnya 54 meter.

Interiornya pun dihiasi mosaik dan fresko, tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni dan dindingnya dihiasi ukiran.

Saat Konstantinopel ditaklukkan Sultan Mehmed II pada 29 Mei 1453. Sultan turun dari kudanya dan bersujud syukur pada Allah SWT, lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan agar gereja tersebut diubah menjadi Masjid Aya Sofia yang dikemudian hari digunakan untuk melakukan shalat berjamaah, shalat Jumat, dan kegiatan keagamaan umat Islam lainnya.

Hingga pada 1937, Mustafa Kemal Ataturk mengubah status Hagia Sophia menjadi museum. Sehingga mulailah proyek pembongkaran Hagia Sophia, dimulai dari dinding dan langit-langit dikerok dari cat-cat kaligrafi hingga ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral Kristen.

Sejak saat itu, Masjid Aya Sofya dijadikan salah satu objek wisata yang terkenal oleh pemerintah Turki di Istanbul. Nilai sejarahnya tertutupi gaya arsitektur Byzantium yang indah memesona.

Karakter arsitektur Byzantium menunjukkan pengembangan dari tiga periode utama. Pertama, 330-850 M termasuk masa permerintahan Justinian; Kedua, 850-1200 M termasuk dalam dinasti Macedonia dan Comnenia; Ketuga, 1200 M hingg saat ini.

Karakter arsitektur juga terpengaruh oleh budaya lokal, seperti yang terlihat di Turki, Italia, Yunani, Macedonia, Armenia, Syria, rusia Serbia, dan Prancis.

Sumber: republika.co.id


Jumat, 10 Juli 2020

Direktur WHO Eropa: Turki contoh bagi semua negara dalam memerangi coronavirus

Direktur WHO Eropa: Turki contoh bagi semua negara dalam memerangi coronavirus




10Berita, “Turki adalah contoh yang harus diikuti semua negara dalam perang melawan COVID-19. Kami berkomitmen untuk terus bekerja bersama, seperti yang telah kami lakukan selama 60 tahun terakhir,” Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa, Hans Kluge mengatakan pada hari Kamis (9/7/2020) dalam konferensi pers dengan Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca di Ankara.

“Turki telah menunjukkan kepemimpinan politik yang kuat dalam perjuangannya melawan COVID-19. Turki cepat. Ada perbedaan mencolok antara pendekatan Turki dan beberapa negara Eropa lainnya,” ia menggarisbawahi.

Kluge menambahkan Uni Eropa harus membuka perbatasan dengan Turki karena negara tersebut telah berhasil menangani pandemi coronavirus.

“Saya sudah memberi tahu Uni Eropa bahwa cocok untuk membuka perbatasan dengan Turki. Saya belum pernah melihat negara Eropa mana pun yang mematuhi pedoman WHO lebih baik daripada Turki dalam hal penggunaan masker, jarak sosial & kebersihan. Disiplin seperti itu patut dicontoh,” tambahnya.

“Turki telah menggandakan kapasitas pengujian COVID-19 hariannya. Di beberapa negara Eropa, itu adalah bencana kemanusiaan. Tetapi tidak ada hal seperti itu terjadi di Turki.”

“Orang-orang Turki telah menunjukkan karakter mereka yang sebenarnya dalam menghadapi COVID-19, memastikan tidak ada yang tertinggal,” kata Kluge, menambahkan bahwa Turki telah memberikan bantuan medis kepada banyak orang di berbagai negara dan memastikan para pengungsi juga menerima tes dan perawatan.

“Turki telah menunjukkan solidaritas global dengan memberikan bantuan medis kepada lebih dari 130 negara dan tes COVID-19 untuk semua warga negara dan pengungsi,” katanya.

Di sisi lain, Menteri Kesehatan Fahrettin Koca mengumumkan bahwa WHO akan membuka kantor di Istanbul.

“Tujuan dari kantor WHO yang baru dibuka di Istanbul adalah untuk memberikan tanggapan yang efektif untuk setiap masalah kesehatan yang diderita di Turki dan Eropa,” tambah direktur itu.

“Turki telah melihat lonjakan dalam kasus, tetapi sekarang ini menurun sekali. Jarak sosial dan pelacakan kontak adalah cara yang harus ditempuh,” kata Kluge, menambahkan bahwa “tidak ada yang aman sampai semua orang aman.”

“Untuk mempertahankan keberhasilan Turki dalam tingkat kematian COVID-19, terutama di kalangan orang tua, kita perlu terus mengambil tindakan - terutama menjelang musim flu mendatang,” ia memperingatkan.

“Turki telah berhasil menjaga situasi di bawah kendali dalam perjuangannya melawan COVID-19, terutama di bulan Juni,” simpul Kluge.

Sumber: DailySabah, portal islam

Tangani Covid-19, Muslimah Inggris Ini Dinobatkan sebagai Dokter Terbaik

Tangani Covid-19, Muslimah Inggris Ini Dinobatkan sebagai Dokter Terbaik


10Berita – DOKTER Farzana Hussain dinobatkan sebagai dokter terbaik pada tahun ini. Ia menjadi salah satu dokter yang diumumkan sebagai “pahlawan” di Inggris karena berjuang menangani wabah virus corona (covid-19). Foto Muslimah Inggris ini pun ditampilkan melalui layar lebar ke hadapan publik.

Mengutip dari The Islamic Information, Kamis (9/7/2020), pemberian gelar dokter terbaik tersebut dalam rangka peringatan usia 72 tahun National Health Service (NHS), program layanan kesehatan masyarakat di Inggris Raya. Farzana Hussain termasuk dari 12 dokter yang mendapat penghargaan usai berjuang keras mengatasi covid-19.

Dokter Farzana Hussain adalah seorang Muslimah berdarah Asia-Inggris. Dia bertugas di The Project Surgery di Newham, London, Inggris, sebagai dokter umum dan juga menangani pasien virus corona.


Farzana Hussain sendiri memiliki gelar GP atau general practitioner. Ini adalah dokter yang merawat penyakit akut dan kronis serta menyediakan perawatan pencegahan dan pendidikan kesehatan kepada pasien.

Dilaporkan bahwa dr Farzana Hussain selalu melakukan tugas dengan baik, penuh kerendahan hati, dan profesional, meski dalam masa-masa sulit seperti sekarang.

Dia mendapatkan motivasi ini dari ayahnya yang datang dari Pakistan Timur setelah mendapat beasiswa pada 1970 untuk bergabung dengan NHS. Ayahnya menjabat sebagai ahli anestesi.

Farzana kemudian menceritakan kisah hidupnya dalam berjuang menjadi dokter. Ketika berusia 19 tahun ia mulai menjalani sebagai mahasiswi kedokteran. Di saat yang bersamaan ibunya menderita penyakit gagal jantung.

Sumber: Eramuslim

Kamis, 09 Juli 2020

Mengungkap Jaringan Spionase China: Dari Tawarkan Jabatan Hingga Perempuan


10Berita – Kontroversi terbaru yang menyelimuti perusahaan telekomunikasi China, Huawei, menyoroti dunia gelap spionase China, perekrutan agen dan program ambisius untuk menebarkan pengaruhnya di seluruh dunia.

Berapa luas jaringannya, bagaimana cara kerjanya dan siapa yang menjalankannya?

Sebuah dokumen yang dilaporkan disusun dengan bantuan seorang mantan mata-mata agen rahasia Inggris, MI6, menuding China berusaha memanipulasi sejumlah figur penting Inggris, termasuk para politikus, untuk mendukung bisnis raksasa telekomunikasi tersebut di Inggris.

Setiap perusahaan besar China di mana pun beroperasi di dunia diduga menempatkan “sel” di dalamnya, yang bertanggung jawab kepada Partai Komunis China yang berkuasa, untuk melenggangkan agenda politik dan memastikan bahwa perusahaan itu mematuhi perintah politik.


REUTERS

Itulah sebabnya para ahli masalah China menegaskan bahwa Partai Komunis China memang beroperasi di Inggris, sering kali berkedok bisnis.

“Mesin partai ada di mana-mana,” jelas seorang ahli masalah China, seraya menambahkan, “Bagi China, bisnis tak bisa dipisahkan dari politik.”

Sumber: Eramuslim

Akun Medsos Pakar Timur Tengah Palsu Yang Menyerang Turki-Qatar Sukses Mengelabuhi Media-Media Internasional

Akun Medsos Pakar Timur Tengah Palsu Yang Menyerang Turki-Qatar Sukses Mengelabuhi Media-Media Internasional




10Berita  Twitter menghapus akun yang mengatasnamakan “pakar Timur Tengah palsu yang didukung oleh Uni Emirat Arab (UEA)”. Akun itu selama ini telah melakukan propaganda negatif terhadap Turki dan Qatar. Dengan akun palsu yang dibuat, opini dan pernyataan mereka telah berhasil mengelabui media-media internasional untuk memuatnya.

Setidaknya 19 pakar palsu dengan identitas palsu telah dimuat di lebih dari 90 lembar opini dari 46 publikasi berbeda sejak Juli 2019, dengan isi pesan memuji UEA, dan melakukan propaganda negatif terhadap Qatar, Turki, dan Iran, menurut laporan investigasi The Daily Beast yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Selasa(7/7/2020).

Salah satu pakar palsu di jaringan ini adalah Raphael Badani, kata laporan itu, yang disebut sebagai kolumnis “Insider” Newsmax. Raphael telah mempromosikan Dubai sebagai oasis stabilitas di wilayah yang bergejolak di berbagai publikasi, termasuk Washington Examiner, Real Clear Markets, American Thinker, dan the National Interest.

Badani menggambarkan dirinya sebagai “konsultan risiko geopolitik dan perancang simulasi interaktif” dan “analis senior hubungan internasional” untuk Departemen Tenaga Kerja tetapi dalam kenyataan orangnya tidak ada.

“Foto-foto profilnya diambil dari blog pendiri startup San Diego. Profil LinkedIn-nya, yang menggambarkannya sebagai lulusan George Washington dan Georgetown, sama-sama fiktif,” kata laporan yang ditulis oleh wartawan Adam Rawnsley.

Pada Senin kemarin (6/7/2020), Twitter menangguhkan akun Badani bersama 15 akun palsu lainnya.

Laporan tersebut menyebutkan Jerusalem PostArab NewsAl-ArabiyaSouth China Morning PostJewish News ServiceMiddle East OnlineAsia TimesThe Post Millennial, dan banyak media lainnya juga telah menggunakan pernyataan para pakar palsu ini sebagai referensi dalam liputan berita mereka.

Jurnalis palsu

Identitas dan kepribadian dalam jaringan tersebut menggunakan campuran avatar yang dicuri atau yang dihasilkan oleh AI dan biografi palsu untuk membuatnya tampak lebih masuk akal, ungkap laporan penyelidikan.

Marc Owen Jones, seorang profesor di Universitas Hamad bin Khalifa di Qatar, adalah orang pertama yang memperhatikan akun mencurigakan itu. Jones melakukan penelitian tentang berbagai topik, termasuk peran Twitter Bots dan strategi kontrol informasi yang digunakan oleh aktor negara dan non-negara.

“Operasi influencer yang luas ini menyoroti kemudahan di mana para pelaku dapat mengeksploitasi identitas orang-orang nyata, menipu kantor berita internasional, dan menyebar propaganda dari sumber tak dikenal yang dilegitimasi melalui media terkemuka,” kata Jones kepada Daily Beast.

“Ini bukan hanya berita palsu yang perlu kita waspadai, tetapi juga jurnalis palsu.”

Lewat akun Twitter-nya, Jones juga menyampaikan bagaimana dia melacak kampanye berita palsu tersebut.

Kampanye palsu menyerang Turki dan Qatar

Laporan tersebut mengklaim bahwa salah satu motif platform palsu dan para pakar palsu ialah menyerang Turki dan Qatar atas peran dua negara itu di kawasan Timur Tengah.

Kedua negara itu secara konsisten mendukung gerakan demokrasi di Timur Tengah dan mengecam kudeta militer dalam pandangan politik baru yang dibentuk oleh gerakan Arab Spring dan perang Suriah.

Di sisi lain, para putra mahkota UEA dan Arab Saudi, serta presiden Mesir yang berkuasa melalui kudeta militer yang berdarah, telah memupuk hubungan baik dengan Israel dan aktor Barat lainnya dengan mengorbankan kepentingan umat Islam di wilayah tersebut.

“Persia Now, The Arab Eye, dan lusinan publikasi lainnya, para kontributor palsu telah mengadopsi tema serupa di dalam opini mereka,” kata laporan itu.

“Mereka kritis terhadap Qatar dan khususnya kantor berita yang didanai oleh negara itu, Al Jazeera. Mereka tak mendukung peran Turki dalam perang saudara di Libya dan menyebutnya ‘berita buruk’, yang ditujukan untuk ‘membatasi aliran sumber daya energi vital’ ke Eropa, dan mendorong perbedaan dan perpecahan NATO,” tambah laporan itu.

Para pakar palsu juga menyerang Tavakkol Karman, penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2011 dari Yaman, yang baru-baru ini ditunjuk sebagai anggota Dewan Pengawas Facebook.

Semenjak bertugas di Facebook, dia telah difitnah secara tidak adil oleh media swasta dan media pemerintah Arab Saudi, Mesir, dan UEA, yang mencantumkan gagasan dan opini dari aktor palsu tersebut.

Berbicara kepada The Daily Beast, seorang pejabat Twitter menekankan pihaknya memiliki bukti kuat bahwa akun-akun tersebut didukung oleh sebuah negara.

Mereka tidak suka dengan kehadiran Turki di Libya

Akun palsu dukungan UEA merilis artikel yang mengkritik Qatar dan Turki serta mendukung penambahan sanksi terhadap Iran.

Semua tulisan yang diterbitkan oleh akun-akun tersebut berisi kalimat-kalimat yang hampir sama, nampak jelas pengguna akun ini tidak suka dengan peran Turki di Libya.(EP/AA)

Sumber: IndonesiInside

Selasa, 07 Juli 2020

Cuma Kritik Pemerintahan Xi Jinping, Profesor Hukum Terkemuka Di China Ditahan

Cuma Kritik Pemerintahan Xi Jinping, Profesor Hukum Terkemuka Di China Ditahan


10Berita -Mengkritik Presiden Xi Jinping tampaknya menjadi sebuah kriminalitas di China. Seperti yang terjadi pada seorang profesor hukum, Xu Zhangrun, yang ditahan setelah menerbitkan esai terkait penanganan pandemik oleh pemerintahan Xi.

Melansir CNA, pihak berwenang di China pada Senin (6/7) mengumumkan telah menahan Xu yang merupakan profesor di Universitas Tsinghua, salah satu lembaga top di negeri tirai bambu tersebut.

Menurut rekan Xu, akademisi tersebut ditangkap dan ditahan di rumahnya yang berada di pinggiran kota Beijing oleh lebih dari 20 orang.


Sebelumnya, seorang pria yang mengaku sebagai polisi menanggil istri Xu yang tinggal secara terpisah untuk mengatakan suaminya ditangkap karena diduga terlibat dalam kegiatan prostitusi di Kota Chengdu.

Pekan lalu, Xu ditempatkan di bawah tahanan rumah.

Pada Februari, Xu menerbitkan sebuah esai yang mengkritik budaya penipuan dan sensor yang selama ini dikembangkan Xi untuk menangani pandemik Covid-19 di China.

“Sistem pemimpin China sendiri menghancurkan struktur pemerintahan,” tulis Xu dalam esai yang diterbitkan di situs web luar negeri.

Menurutnya, kekacauan yang terjadi di Provinsi Hubei pada awal wabah telah mencerminkan masalah sistemik di China.

Sebelum ini, Xu juga sempat menerbitkan esai yang berisi penolakannya atas penghapusan masa jabatan presiden pada 2018.

Pada 2019, Universitas Tsinghua dilaporkan telah melarang Xu untuk mengajar dan melakukan penelitian. Namun ratusan alumni universitas menandatangani pertisi online untuk menentang keputusan tersebut.

Fenomena penahanan kritikus bukan kali pertama yang dilakukan oleh pemerintah China. Sebelumnya ada sejumlah nama lain, seperti Chen Jieren, mantan jurnalis dan Ren Zhiqiang, taipan kritis yang juga ikut ditangkap karena mengungkapkan kritikannya.(rmol)

Sumber: Eramuslim.com