OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 11 Januari 2018

TEGAS! Netizen Tanya Tentang LGBT, Admin @_TNIAU: LGBT Kelainan Jiwa!

TEGAS! Netizen Tanya Tentang LGBT, Admin @_TNIAU: LGBT Kelainan Jiwa!


10Berita,   Isu LGBT yang semakin menajam akhir-akhir ini turut ditanggapi oleh akun resmi TNI AU @_TNIAU.

Awal mulanya, @_TNIAU menuliskan tweet bahwa setiap prajurit dilarang berbuat asusila dan ancamannya langsung dipecat. Tweet ini langsung ditanggapi oleh akun @ratnapurba, dengan pertanyaan: LGBT gimana?

Admin langsung menjawab dengan tegas bahwa anggota komunitas LGBT tidak boleh bergabung dalam Angkatan Udara.

"Ooohhh, tidak bisa. Saat seleksi ada tes kesehatan jiwa, LGBT termasuk kelainan jiwa. Kalau msh banyak calon prajurit yg sehat jiwanya kenapa harus menerima yg tidak sehat?" tulis admin, Selasa, 9 Januari 2018.

Ooohhh, tidak bisa 😱😱😱

Saat seleksi ada tes kesehatan jiwa, LGBT termasuk kelainan jiwa. Kalau msh banyak calon prajurit yg sehat jiwanya kenapa harus menerima yg tidak sehat? 🤔💂 https://t.co/Ssq8BAFxDi

— TNI Angkatan Udara (@_TNIAU) January 9, 2018


Jawaban tegas Admin ternyata mengundang banyak pro dan kontra. Akhirnya ia pun kembali menegaskan.

Menjawab puluhan mention yg langsung masuk 👉🏻 sampai saat ini masih banyak calon prajurit TNI yang memiliki orientasi seksual normal.

Prajurit TNI juga diatur oleh norma keprajuritan termasuk di dalamnya norma agama & norma hukum, sehingga harus sehat secara lahir & batin 💂

— TNI Angkatan Udara (@_TNIAU) January 9, 2018

Sikap tegas TNI pun dikomentari netizen.


Sumber :Portal Islam 

[Renungan] Hanya Ada Sisa-sisa Waktu Ala Kadarnya Untuk Akhirat

[Renungan] Hanya Ada Sisa-sisa Waktu Ala Kadarnya Untuk Akhirat


10Berita, Untuk bisa sukses masuk fakultas kedokteran misalnya, belajar dengan giat dan mati-matian, menyediakan waktu khusus yang banyak untuk belajar dan tidak boleh diganggu.

Akan tetapi untuk bisa masuk surga, hanya secukupnya saja usahanya (bahkan tidak ada usaha), tidak ada waktu khusus untuk menuntut ilmu, belajar bagaimana bisa masuk surga tertinggi dan cepat tanpa hisab,

Waktunya untuk bisa sukses masuk surga hanya waktu-waktu sisa, sesempatnya saja (bahkan tidak ada waktu sama sekali).

Tidak ada waktu khusus untuk muhasabah diri, tidak ada waktu khusus untuk bermunajat dan mengadu kepada Allah mengenai kehidupanya serta tidak ada waktu khusus untuk memohon dan memelas mengetuk pintu langit agar memudahkan urusannya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” [QS. Luqmaan: 33]

Hanya Sisa-sisa Waktu Untuk Akhirat
Hati ini sungguh sudah tertutup bagaikan bejana yang tertelungkup tidak menerima anugrah tetesan hujan. Sudah jelas sekali dunia ini fana dan sangat sebentar.

Padahal dunia hanya sementara sekali, ibaratnya orang yang melakukan perjalan panjang, kemudian istirahat sebentar kemudian melanjutkan perjalanan lagi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا لِى وَ مَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَوَ تَرَكَهَا

“Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” [HR. Tirmidzi no. 2551. dishahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi]

Jelas dunia itu telaknat bagi mereka yang tamak dan rakus. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ

“Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam Shohihul Jami’, Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)

Jika pura-pura lupa, Allah akan melupakan kita kelak, hari2 sulit yang sangat butuh pertolongan Allah. Allah Ta’ala berfirman,

نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ

“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.” (QS. at-Taubah: 67)

Sungguh sangat benar doa yang diajarkan kepada kita:

اَللّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا

“Ya Allah, janganlah engkau jadikan musibah dalam urusan agama kami, dan jangan pula engkau jadikan dunia ini adalah tujuan terbesar dan puncak dari ilmu kami.”

Demikian semoga bermanfaat

Sumber: muslimafiyah.com


Amalan Tertinggi

Amalan Tertinggi

10Berita , Oleh: KH Abdullah Gymnastiar

Bila kita pandai menjaga kualitas ibadah, niscaya Allah akan mengaruniakan kesanggupan kepada kita untuk beramal dengan tingkat pengharapan tertinggi, yaitu bisa bertemu dan menatap wajah Allah yang Mahamulia.

Ibnu Atho'illah dalam kitabnya yang terkenal Al-Hikam menulis, "Jangan menuntut upah terhadap amal perbuatan yang engkau sendiri idak ikut berbuat. Cukup besar balasan Allah bagimu, jika Allah menerima amalmu itu".

Sahabat, nasihat Ibnu Atho'illah di atas tampaknya penting sekali untuk direnungkan oleh siapa saja yang diberi kesanggupan oleh Allah SWT untuk gemar berbuat kebaikan.

Kalau belum bisa berbuat baik, maka kita harus mempunyai keinginan untuk melakukannya. Tetapi kalau kebaikan itu sudah kita lakukan, maka jangan sekali-kali kita menganggap semua itu perbuatan kita.

Suatu ketika kita merencanakan untuk menghadiri sebuah pengajian. Kita mengumpulkan uang untuk ongkos ke pengajian tersebut. Setelah uang itu terkumpul, kita pun berangkat walau hujan sedang turun. Di perjalanan ternyata kita mendapatkan banyak sekali kesulitan.

Pendek kata, begitu berat tantangan untuk sampai ke tempat pengajian yang kita tuju. Namun, ketika kita sudah sampai ke sana hendaklah kita menghadirkan dalam hati kata-kata, "Alhamdulillah, ya Allah. semua ini terjadi karena izin dan karuniaMu.

Saya hadir di sini karena ongkos dari-Mu, kesehatan dari-Mu, dan terlindung dari setan yang membisikkan rasa malas kepadaku".Artinya, tatkala kita sampai di tempat yang dituju. Lupakanlah segenap pengorbanan yang telah kita lakukan. Perkara pahala, Allah pasti akan memberikannya kepada kita dalam kadar yang paling adil. Tidak usah dituntut atau kita memintanya.

Bagi kita yang awam, seringkali beramal karena menginginkan balasan. Pada tingkat pertama, orang beramal karena mengharap balasan duniawi. Misalnya, kita bersedekah karena ingin kaya dan tidak mendapat musibah. Kita melakukan tahajud, karena ingin jodoh atau lulus ujian. Ini adalah kategori orang-orang yang hanya berharap balasan duniawi.

Tidak apa-apa kita melakukan amal semacam ini, sepanjang amalannya benar dan dicontohkan oleh Rasululah SAW. Insya Allah tidak sulit bagi Allah SWT untuk menerima dan mengabulkan keinginan hamba-hamba-Nya.

Pada tingkat berikutnya, seseorang rajin beramal bukan karena mengharap balasan duniawi, melainkan mengharapkan pahala dari Allah SWT. Karena, perkara duniawi itu niscaya akan datang dan telah diurus oleh Allah. Sudah menjadi jaminan bila kita sungguh-sungguh beribadah dan mendekat kepada-Nya. "Yang penting amalan saya jadi pahala. Apa artinya keuntungan duniawi kalau tidak dapat pahala," demikian orang-orang pada tingkat ini akan berkata.

Walhasil, dia akan berusaha mencari berbagai keutamaan (fadhilah) dalam beribadah. Datang ke masjid selalu di awal waktu, pengajian di manapun akan dikejar, ada yang membutuhkan pertolongan pasti akan ditolong, dan seterusnya. Pokoknya, segala sesuatunya diukur dari pahala.

Lama-kelaman orang seperti itu akan sampai pada tingkat yang lebih tinggi lagi. "Ah pahala kan sudah dijamin oleh Allah. Tidak berharap juga pasti akan datang. Bagi saya, yang paling penting bisa masuk surga dan terhindar dari neraka. Mau sedikit atau banyak pahala atas amal yang telah saya lakukan, terserah pada Allah saja," begitu kira-kira ucapan orang yang telah sampai pada tingkatan ini. Karenanya, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk beramal agar selamat di akhirat kelak.

Di atas ini ada lagi yang lebih tinggi tingkatannya. Seseorang beramal karena mengharap ridha Allah semata. Ia akan berkata, "Apa yang bisa saya nikmati di surga kalau ternyata kenikmatan terbesar dan yang paling hakiki adalah menatap wajah Allah SWT?" Lahirlah ungkapan terkenal dari seorang sufi bernama Rabi'ah Al-Adawiyah, "Ya Allah, biarlah Engkau masukkan aku ke neraka, asalkan aku bisa bersama-Mu". Nah, setinggi-tinggi amalan adalah kalau kita tidak memperhitungkan lagi balasan dari Allah, selain bisa menjadi orang yang dekat dengan-Nya.

Kalau kita telah sampai ke tingkat ini, maka duniawi dan semua pahala sudah menjadi jaminan Allah SWT. Tidak perlu diragukan dan dikhawatirkan lagi. Karenanya, kalau ada yang harus senantiasa terus kita jaga dan pelihara adalah mutu ibadah kita. Sekecil apapun amal yang kita buat, jagalah selalu kualitasnya; baik kualitas kesempurnaan pengetahuan tentang hukum fikihnya, maupun kualitas hakikat berupa keikhlasan dan kekhusukannya.

Bila kita pandai menjaga kualitas ibadah, niscaya Allah akan mengaruniakan kesanggupan kepada kita untuk beramal dengan tingkat pengharapan tertinggi, yaitu bisa bertemu dan menatap wajah Allah yang Mahamulia. Dalam Alquran disebutkan, Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu (QS. Al-Baqarah: 284). Wallahu a'lam bish-shawab.

Sumber :Republika.co.id 

Rabu, 10 Januari 2018

Seperti Ini Replika Rumah Baginda Nabi Muhammad

Seperti Ini Replika Rumah Baginda Nabi Muhammad


10Berita, Rumah Nabi SAW di Madinah terletak di pojokan Masjid Nabawi, tepatnya di tempat yang sekarang dijadikan makam Nabi SAW.

Sebagaimana biasanya, semua Nabi itu dikuburkan tepat di mana Nabi itu meninggal dunia, demikian pula Nabi Muhammad SAW.

Ukuran rumah Nabi Muhammad SAW dengan panjang tidak lebih dari 5 meter, lebar hanya 3 meter, dan tinggi atap sekitar 2.5 meter.

Hal utama yang menjadi patokan dalam menentukan luas rumah nabi adalah perkataan seorang sahabat Nabi Muhammad saw yang bernama Daud Bin Qais.

Dalam kitab Shahih Adabul Mufrod karya Imam Bukhari disebutkan bahwa Daud Bin Qais berkata,

“Saya melihat kamar Rasulullah saw, atapnya terbuat dari pelepah kurma yang terbalut dengan serabut. Saya perkirakan lebar rumah ini, kira kira 6 atau 7 hasta, saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8. Saya berdiri di pintu Aisyah saya dapati kamar ini menghadap Maghribi (Marocco)”.

Konversi 1 hasta adalah sekitar 0.45 m (id.wikipedia.org/wiki/Hasta). Jika anda masih ragu lagi, silahkan datang ke makam Nabi Muhammad SAW di madinah dan ukur berapa luas makam nabi di madinah, tepatnya di pojokan masjid nabawi, dan tempat yang sekarang dijadikan makam itulah yang dulunya dijadikan rumah oleh Nabi muhammad SAW.

Demikianlah Nabi Yang Agung itu ternyata hidup dalam kesederhanaan. Rumah beliau beralaskan tanah, dindingnya terbuat dari tanah liat, atapnya dari pelepah kurma dan di dalamnya hanya ada sedikit perabotan.

Tak ada kasur dan bantal yang empuk, tak ada AC di musim panas maupun penghangat badan di kala musim dingin, tak ada sofa apalagi springbed.

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim disebutkan, “Bahwa suatu hari sayyidina Umar RA pernah menemui Nabi SAW. Saat itu beliau SAW sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma.

Dengan berbantalkan kulit kasar yang berisi serabut ijuk kurma. Melihat keadaan Nabi SAW yang seperti itu Umar RA pun menangis. Kemudian Nabi SAW bertanya: Mengapa engkau menangis?

Umar RA menjawab: “Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah SAW, Utusan Allah SWT. kekayaanmu hanya seperti ini. Sedangkan Kisra dan raja lainnya hidup bergelimangkan kemewahan.

Kemudian Nabi SAW menjawab, “Apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti?”

Agar kita lebih menangkap lokasi rumah Rasulullah SAW, berikut ini replika rumah Nabi, Masjid Nabawi, dan Madinah di tahun ke-8 Hijriyah.

Sumber: kanalaceh.com


Ini Kenapa Mutiah Jadi Wanita Penghuni Surga Pertama Setelah Istri-Istri Nabi

Ini Kenapa Mutiah Jadi Wanita Penghuni Surga Pertama Setelah Istri-Istri Nabi


10Berita, Suatu hari putri Nabi SAW. Fatimah Az Zahra ra. bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah wanita pertama yang memasuki surga setelah Ummahatul Mukminin setelah istri-istri Nabi SAW? Rasulullah bersabda: Dialah Mutiah.

Berhari-hari Fatimah Az Zahra berkeliling kota Madinah untuk mencari tahu keberadaan wanita penghuni Surga bernama Mutiah, dan dimana ia tinggal. Alhamdulillah dari informasi yang didapatkannya, Fatimah mengetahui keberadaan dan tempat tinggal Mutiah di pinggiran kota Madinah.

Atas ijin suaminya Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah Az Zahra dengan mengajak Hasan putranya untuk bersilaturahmi ke rumah Mutiah pada pagi hari. Sesampainya di rumah Mutiah, maka Fatimah yang sudah tidak sabar segera mengetuk pintu rumah Mutiah dengan mengucapkan salam.

“Assalaamu’alaikum ya ahlil bait.” Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang wanita, “Wa’alaikassalaam … siapakah diluar?” lanjutnya bertanya. Fatimah menjawab, “Saya Fatimah putri Muhammad SAW.” Mutiah menjawab, “Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta.”

Segera Mutiah membuka sedikit pintu rumahnya, dan ketika Mutiah melihat Fatimah membawa putra laki-lakinya yang masih kecil (dalam riwayat masih berumur 5 tahun). Maka Mutiah kembali menutup pintu rumahnya kembali, terkagetlah Fatimah dan bertanyalah putri Nabi SAW kepada Mutiah dari balik pintu.

“Ada apa gerangan wahai Mutiah? Kenapa engkau menutup kembali pintu rumahmu? Apakah engkau tidak mengijinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahim kepadamu?”

Mutiah dari balik pintu rumahnya menjawab, “Wahai putri Nabi, bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku. Akan tetapi keberadaanmu bersama dengan anak laki-lakimu Hasan, yang menurut ajaran Rasulullah tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan laki-laki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah dan tanpa ijin suaminya.

Walaupun anakmu Hasan masih kecil, tetapi aku belum meminta ijin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah. Kembalilah besok biar aku nanti meminta ijin terlebih dahulu kepada suamiku.”

Tersentaklah Fatimah Az-Zahra mendengarkan kata-kata wanita mulia ini, bahwa argumentasi Mutiah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW. Akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak dan merencanakan akan kembali besok hari.

Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Mutiah, Husein adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya.

Hingga akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein. Dengan berpikir bahwa Mutiah sudah meminta ijin kepada suaminya atas keberadaannya dengan membawa Hasan, sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal itu sudah termasuk ijin yang diberikan kepada Hasan karena Husein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan.

Namun ketika berada didepan rumah Mutiah, maka kejadian pada hari pertama terulang kembali. Mutiah mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, akan tetapi untuk Husein Mutiah belum meminta ijin suaminya.

Semakin galau hati Fatimah, memikirkan begitu mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah SAW. dan begitu tunduk dan tawaddu’ kepada suaminya.

Pada hari yang ketiga, kembali Fatimah bersama kedua anaknya datang ke rumah wanita penghuni surga tersebut pada sore hari.

Namun kembali Fatimah mendapati kejadian yang mencengangkan, dia terkagum. Mutiah didapati sedang berdandan sangat rapi dan menggunakan pakaian terbaik yang dipunyai dengan bau yang harum, sehingga Mutiah terlihat sangat mempesona.

Dalam kondisi seperti itu, Mutiah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia sedang bersiap-siap menyambutnya. Subhanallah, kita merindukan istri yang demikian.

Yaitu ketika suami pulang kerja dia berusaha menyambutnya dengan kondisi sudah mandi, sudah berdandan, sudah memakai pakaian yang bagus, dan siap menyambut kedatangan suami di halaman rumah dengan senyuman terindah penuh kasih dan sayang. Ya Allah, jadikanlah istri-istri kami seperti Mutiah.

Akhirnya Fatimah pulang kembali dengan kekaguman yang tak terperi kepada Mutiah. Dan pada hari yang keempat, Fatimah datang kembali ke rumah Mutiah lebih sore dan berharap bahwa suaminya sudah berada di rumah atau sudah pulang dari kerja.

Dan Alhamdulillah memang pada saat Fatimah datang, suami Mutiah baru saja sampai di rumah pulang dari kerja.

Fatimah dan kedua anaknya Hasan dan Husein dipersilahkan masuk oleh Mutiah dan suaminya ke rumahnya. Fatimah melihat sebuah pemandangan yang jauh lebih mengesankan dibanding dengan yang dihadapinya sejak hari pertama.

Mutiah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil menuntun suaminya ke kamar mandi. Mutiah terlihat mulai melepaskan baju suaminya, dan mereka berdua hilang masuk ke bilik kamar mandi. Dan yang dilakukan oleh Mutiah adalah memandikan suaminya. Subhanallah… Tsumma Subhanallah.

Selesai memandikan suaminya, Fatimah menyaksikan Mutiah menuntun suaminya menuju ke tempat makan. Dan suaminya sudah disiapkan makanan dan minuman yang dimasaknya seharian.

Sebelum memakan makanan yang sudah disiapkan, Mutiah masuk ke dalam rumah dan keluar dengan membawa cambuk sepanjang 2 meter dan diberikan kepada suaminya dengan mengatakan.

“Wahai suamiku, seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepanmu. Sekiranya engkau tidak menyukai dan tidak berkenan atas masakan yang aku buat, maka cambuklah diriku.”

Tanpa bertanya apa-apa, Fatimah sudah memahami apa yang dikatakan oleh ayahnya Rasulullah SAW. tentang wanita pertama penghuni surga setelah para istri Nabi yaitu Mutiah.

Fatimah pulang menangis haru dan bahagia karena sudah mendapatkan jawaban bagaimana istri yang sholihah. Seperti yang ada pada diri Mutiah, yang mendapatkan kehormatan sebagai wanita yang paling dahulu memasuki surga Allah SWT.

Sumber: ruangmuslimah.co



Batalkan Reklamasi, Sandiaga: Negara tak Boleh Kalah dengan Pengembang

Batalkan Reklamasi, Sandiaga: Negara tak Boleh Kalah dengan Pengembang


Wagub DKI Sandiaga S Uno

10Berita, JAKARTA  Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno menegaskan negara tidak boleh kalah dengan pengembang, menyusul surat Pemprov DKI kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil mengenai pembatalan Hak Guna Bangunan (HGB) tiga pulau reklamasi yang diberikan kepada pengembang.

“Sebagai sisi pemerintah sisi negara, kami enggak boleh kalah sama pengembang. Kami sangat kondusif kepada pebisnis untuk buka lapangan kerja. Tapi kalau ini mencederai masyarakat, rasa keadilan, maka negara harus hadir,” kata Sandiaga di Jakarta, Rabu (10/1/18).

Sandiaga menyatakan Pemda Jakarta memiliki argumentasi hukum yang kuat sehingga yakin menjalankan langkah-langkah selanjutnya dalam membatalkan reklamasi.

“Kita tentu akan patuh dengan hukum, sudah dipastikan bahwa prosesnya sesuai dengan janji kami adalah kami hentikan reklamasi dan konsekuensinya hukum,” kata Wagub.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menata kembali kawasan ini dan menyiapkan segala langkah agar apa yang dilakukan dalam koridor hukum, katanya.

“Ada kesalahan dalam pengajuan HGB tersebut dan ini sudah dipetakan. Alhamdulilah kami kemarin sudah bersurat dan berproses berapa pun yang menjadi konsekuensi itu tentunya kami siap hadapi,” kata Sandiaga.

Dia mengirim pesan kepada pengembang dan kepada masyarakat bahwa Pemda ingin menata ulang dan mengedepankan kepentingan masyarakat banyak atas semua kebijakan publik yang ditempuh Pemprov DKI.

Sumber: Antara

Idealisme hanya di Bibir, SDA Mayoritas di Tangan Asing

Idealisme hanya di Bibir, SDA Mayoritas di Tangan Asing


10Berita, JAKARTA - Pengamat tambang dan mineral, Marwan Batubara menyatakan pemerintah tidak menunjukkan idealismenya terhadap sektor-sektor strategis atau sumber daya alam. Hal ini ia katakan misalnya saja beberapa sektor strategis itu dikuasai bukan oleh negara, melainkan oleh asing.

“Di sektor batubara, BUMN kita hanya kuasai sekitar 6 persen. Sisanya itu asing dan atau perusahaan nasional. Swasta pun kerjasamanya dengan asing. Jadi di sini sudah sangat nyata sebetulnya penguasaan negara atas BUMN untuk sektor strategis atau Sumber Daya Alam (SDA), kita itu jauh dari idealism yang ada di dalam kontitusi,” ia menyampaikan, Selasa (09/01/2018), di Jakarta.


Lain lagi kalau di sektor minerba, menurutnya itu lebih parah lagi. “Untuk mineral mungkin, dan juga emas (ANTAM) itu hanya mengusai sekitar 15-20 persen atau malah kurang dari itu. Yang lain pun seperti itu, yakni Freeport,” ia menambahkan.

Padahal menurut dia aturan main sudah ada. Idealismenya sudah ada. Tapi kenyataannya, praktiknya jauh dari harapan. Kalau misalakan kita lihat di sektor migas.

“Mungkin jika bicara penguasaan negara atas BUMN itu hanya sekitar 25 persen. Mungkin dengan beralihnya Mahakam ke Pertamina, bisa saja naik menjadi naik (di atas 30 persen). Tapi bagaimana itu dapat diperolah? Sebab hal itu tentunya tidak mudah,” tutupnya. (Robi/)

Sumber :voa-islam.com

Ust. Tengku Tanggapi Kasus Joshua dan Ge Pamungkas

Ust. Tengku Tanggapi Kasus Joshua dan Ge Pamungkas


10Berita – Kasus penistaan agama yang menyorot mantan penyanyi cilik, Joshua Suherman, dan rekannya Ge Pamungkas mengemuka. Juga beberapa kasus penistaan agama yang menyeret dosen dan pegiat sosial media Ade Armando.

Maraknya kasus penistaan agama akhir-akhir ini mengundang keprihatinan Wakil Sekretaris Jenderal MUI (Majelis Ulama Indonesia) Tengku Zulkarnain.

Dalam komentarnya di akun instagramnya, Senin (8/1/2018), Tengku menyebut acara lawakan yang dinilai menghina agama yang menyeret nama Joshua dan Ge Pamungkas telah dengan terang-terangan mengolok-olok agama Islam.

Ia meminta aktivis pemuda Islam dan ormas di Indonesia untuk mengajukan gugatan hukum agar mereka segera diproses hukum.

“Ini penting sebelum Ummat Islam meledak amarahnya,” tandas Tengku.

Ia menghimbau Kapolri dan BSSN agar segera menangani kasus-kasus ini dengan seadil-adilnya.

“Kami memandang tiga tahun terakhir ini, gerakan anti-Islam dan penghinaan terhadap agama Islam semakin menjadi-jadi,” ungkapnya.

Ia juga mengajak ummat Islam agar menahan diri sampai proses hukum berjalan.

“Berikan kesempatan kepada aparat penegak hukum menunjukkan keadilan hukum di NKRI tercinta,” pungka Tengku.(kl/ac)

Sumber : Eramuslim 

[Foto] Bukti Kiamat Sudah Dekat, Salju pun Turun di Gurun Sahara Afrika

[Foto] Bukti Kiamat Sudah Dekat, Salju pun Turun di Gurun Sahara Afrika

10Berita – Terjadi fenomena alam yang langka dikawasan Gurun Sahara wilayah Ain Sefra, Aljazair, dimana di daerah ini turun salju setebal 40 cm.

Dalam keadaan biasa, gurun Sahara merupakan salah satu tempat paling panas dan kering di dunia. Panasnya bisa mencapai 50 derajat Celcius.

Berikut ini foto penampakan salju di Gurun Sahara seperti dilansir detik, Selasa (9/1/2018):

Sumber : Eramuslim 

Membersihkan Karat Hati

Membersihkan Karat Hati

10Berita ,  Oleh : Fajar Kurnianto

Dalam diri manusia ada hati. Jika ia baik maka baik juga seluruh anggota tubuhnya, sebaliknya jika ia buruk maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Hati yang baik akan bercahaya dan hati yang buruk akan tertutup noda hitam. Jika noda hitam ini tidak dibersihkan dengan segera, niscaya ia akan menutupi seluruh hati sampai hitam legam dan gelap hingga akhirnya mematikannya.

Demikian yang Nabi SAW sampaikan dalam hadisnya, “Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula jasad tersebut, dan sebaliknya apabila ia buruk maka jasad itu akan menjadi buruk pula. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah kalbu (hati).” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Noda hitam yang disebut menutupi hati seperti dikatakan Nabi SAW adalah dosa dan maksiat, baik itu kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Beliau mengistilahkannya dengan ran (titik hitam). Beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu dosa maka akan ada titik hitam di hatinya. Apabila ia meninggalkannya, meminta ampun dan bertobat kepada Allah, hatinya bersih kembali. Apabila ia kembali berdosa, titik hitam itu akan kembali lagi hingga menutupi hatinya. Itulah yang disebut ran,” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Noda hitam itu membuat hati menjadi berkarat. Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam kitab al-Fath ar-Rabbani wa al-Faidh ar-Rahmani mengatakan, hati itu bisa berkarat. Namun, sebagaimana yang dinasihatkan Nabi SAW, jika pemiliknya merawatnya dengan baik maka hati itu akan bercahaya kembali. Jika tidak dirawat, hati akan menjadi hitam kelam karena jauh dari nur (cahaya). Selain karena dosa, kata sang Syekh, hati menjadi hitam juga karena cinta dan rakusnya terhadap dunia, tanpa punya sikap wara'. Orang seperti ini akan terus-menerus mengumpulkan dunia tanpa pernah merasa puas, sampai melakukannya dengan cara yang diharamkan.

Untuk membersihkan hati yang berkarat ini, kata Syekh, setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan. Ia mengutip sabda Nabi SAW, “Sesungguhnya hati itu bisa berkarat, dan sesungguhnya penggosoknya adalah membaca Alquran, mengingat mati, dan menghadiri majelis zikir.”

Alquran adalah kalamullah. Dalam Alquran, misalnya, disebutkan bahwa ia adalah obat bagi penyakit hati dan fisik, “Dan Kami turunkan dari Alquran sesuatu yang menjadi obat (penawar) dan rahmat bagi orang beriman.” (QS al-Isra [17]: 82). Semakin seseorang banyak membaca Alquran lalu mengamalkannya dalam kehidupan, karat di hatinya akan semakin berkurang dan hilang.

Mengingat mati juga bisa membersihkan karat di hati. Nabi SAW mengatakan, “Perbanyaklah mengingat mati karena sesungguhnya mengingat mati itu dapat menghilangkan dosa-dosa dan menjadikannya zuhud terhadap dunia.” (HR Ibnu Abi ad-Dunya). Dengan mengingat mati, seseorang akan menyadari dirinya, mengingat dosanya, lalu berusaha memperbaiki dirinya menjadi lebih baik.

Menghadiri majelis zikir juga dapat membersihkan karat di hati. Dalam hadis disebutkan bahwa malaikat berkeliling mencari majelis zikir. Ketika menemukannya, ia memanggil malaikat lainnya untuk ikut dalam majelis tersebut dan mendoakan orang-orang di situ. Allah kemudian berkata kepada para malaikat itu, “Persaksikanlah oleh kalian bahwasanya aku telah mengampuni mereka.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Allah mengampuni dosa mereka dan membersihkan hatinya. Wallahu a’lam.

Sumber : Republika.co.id