Kelompok-kelompok Jihadis di Sahel Afrika Saling Melebur, Mimpi Buruk bagi AS dan Barat
10Berita – Di awal Maret ini, kelompok jihadis Ansharuddin, AQIM (Cabang al-Qaidah di Afrika Sahara), Al-Murabithun, dan Katibah Macina (yang juga dikenal sebagai Front Pembebasan Macina) dilaporkan saling meleburkan diri dan membentuk entitas kelompok jihadis baru yang lebih besar bernama Jamaah Nusrah al-Islam wal Muslimin (JNIM).
Mimpi Buruk yang Menjadi Kenyataan
Merger atau fusi antar kelompok-kelompok utama jihadis afiliasi al-Qaidah yang terjadi baru-baru ini di Mali benar-benar menjadi kabar buruk bagi AS dan negara-negara Barat yang selama ini menganggap wilayah daratan luas Sahel di benua Afrika bagian barat dan utara sebagai wilayah yang tidak stabil. Menjelang akhir masa jabatannya, Presiden Obama menyatakan al-Qaidah telah berhasil dikalahkan. Namun fakta-fakta kontradiktif nampaknya bakal membuat mimpi buruk Amerika menjadi kenyataan. Lahirnya entitas baru metamorfosis al-Qaidah ini diprediksi akan semakin memperkuat gerakan perlawanan Islam di Mali, dan mempermudah koordinasi mereka di seluruh kawasan Afrika barat.
Syeikh Iyad Ag Ghaly, seorang veteran jihadis Tuareg ditunjuk menjadi pimpinan Jamaah Nusrah al-Islam wal Muslimin (JNIM). Ag Ghaly sendiri secara terbuka menyatakan loyal kepada Dr. Aiman adz-Dzawahiri pemimpin tertinggi al-Qaidah, dan juga kepada Abdul Malik Droukdel pemimpin AQIM.
Serangan Fantastik Domestik dan Lintas Negara
Masing-masing kelompok yang tergabung dalam JNIM ini ikut andil dalam berbagai aksi dan gerakan insurjensi yang terus meningkat grafiknya yang dilancarkan dari wilayah Mali bagian utara. Tercatat selama tahun 2016 yang lalu saja terdapat lebih dari 250 jejak serangan al-Qaidah. Sehingga aktifitas jihadis di kawasan ini terjadi peningkatan 150 persen dari tahun 2015 sebelumnya yang “hanya” sekitar 106 kali.
Ansharuddin mengaku bertanggung jawab melakukan 80 serangan, sementara AQIM mengklaim sebanyak 21 serangan. Sebagian besar aksi-aksi serangan lainnya tidak diklaim secara spesifik, namun dilakukan oleh pejuang-pejuang jihadis. Mayoritas serangan jihadis tersebut terjadi di daerah yang sedang bergolak di Mali utara. Meskipun demikian, terhitung sedikitnya 51 insiden terjadi di bagian selatan negara itu, ditambah 20 serangan dilancarkan di negara-negara tetangga, seperti Burkina Faso, Niger, dan Pantai Gading.
Dari data tersebut, terlihat bahwa para jihadis telah berhasil memperluas cakupan geografis operasional mereka sebelum merger di awal Maret itu sendiri diumumkan. Sehingga dengan bersatunya kelompok-kelompok jihadis berpotensi akan semakin meningkatkan level ancaman terhadap kepentingan Barat, karena dengan koordinasi “langsung” di bawah satu atap akan semakin memudahkan mereka merencanakan berbagai serangan terhadap musuh bersama.
Sumber: Kiblat