OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 27 Maret 2017

Komandan Hamas Ditembak Mati Israel, Mahmoud al Zahar: Tidak Ada Darah yang Gratis

10Berita-PALESTINA – Otoritas Hamas menutup perbatasan Gaza dengan Israel setelah pembunuhan seorang komandan senior, yang menurut Hamas dilakukan “Zionis yahudi dan para kolaboratornya”.

Tindakan yang jarang dilakukan itu antispasi Hamas setelah pembunuhan Mazen Faqha, yang ditemukan ditembak mati di pintu masuk rumahnya di Kota Gaza pada Jumat larut malam (24/3/2017).

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Hamas Iyad al-Bozum pada hari Ahad (26/3/2017) mengumumkan (dalam bahasa Arab) bahwa pos pemeriksaan Beit Hanoun, yang berhadapan dengan persimpangan Israel Erez di utara Jalur Gaza, akan ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.

“Mengingat situasi kemanusiaan yang terjadi, hanya warga Gaza dengan kasus kemanusiaan yang akan diizinkan untuk kembali ke Gaza melalui pos pemeriksaan Beit Hanoun,” kata Bozum.

Bozum menegaskan bahwa layanan intelijen Hamas sedang menyelidiki pembunuhan Faqha ini.

Dia meminta warga Gaza dan media untuk bersikap tepat dan tidak mengedarkan rumor tentang insiden itu.

Mahmoud al-Zahar, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan kepada Al Jazeera, Ahad, bahwa Hamas tidak akan mengumumkan bagaimana rencana mereka untuk menanggapi pembunuhan itu, tetapi “darah orang-orang kita tidak gratis, terutama dalam kejahatan sebesar ini.”

Mengenai apakah kelompok perlawanan ini berencana untuk menanggapi secara militer, al-Zahar mengatakan, “Ini adalah masalah keamanan yang tidak dapat kami ungkapkan. Tapi yang pasti, entitas Israel akan dihukum dan dihadang.”

Hamas adalah kelompok perlawanan Islam Palestina yang memerintah Gaza, mengatakan Faqha ditembak empat kali di kepala dengan pistol peredam saura. Hamas mengatakan bahwa Israel dan “para kolaborator mereka” bertanggung jawab atas pembunuhan itu.

“Tidak ada yang mendapat manfaat dari kejahatan ini kecuali musuh Zionis dan lagi pula, musuh Zionis mengumumkan di semua media bahwa pemimpin kami, Mazen Faqha, berada di bagian atas daftar orang yang dicari,” pejabat senior Hamas Salah al-Bardawil mengatakan kepada Al Jazeera.

“Perlawanan Palestina memiliki metode dan kapasitas untuk merespon,” kata al-Bardawil.

“Hukuman akan memiliki sifat yang sama seperti serangan. Masalahnya sekarang berada di tangan gerakan perlawanan ini,” tambahnya.

Faqha, 38 tahun, adalah seorang pejabat senior Hamas di Tepi Barat yang dijajah militer zionis ketika ia dipenjara oleh Israel pada tahun 2003 untuk merencanakan serangan terhadap Israel.

Dia dijatuhi sembilan hukuman seumur hidup namun dibebaskan ke Jalur Gaza sebagai salah satu dari 1.000 lebih tahanan Palestina yang dilepas Israel dalam pertukaran untuk prajurit Gilad Shalit.

Shalit ditahan di Gaza setelah ditangkap dalam serangan lintas-perbatasan pada tahun 2006.

Seorang jurubicara militer zionis menolak untuk mengomentari pembunuhan di daerah kantong pesisir Palestina Hamas tersebut, yang di blokade Israel sejak 2006.

Gerakan Jihad Islam mengatakan pembunuhan Faqha ini menandai awal “serangan baru” oleh Israel terhadap perlawanan Islam Palestina, dan bahwa faksi perlawanan memiliki hak untuk merespon dan membalasnya.

Sumber: Jurnalislam


Related Posts: