Korea Selatan Tolak Permintaan Trump Membayar Sistem Pertahanan Rudal
10Berita-Seoul – Korea Selatan mengabaikan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang meminta bayaran sejumlah US$ 1 milyar. Dana tersebut sedianya digunakan untuk sistem pertahanan rudal yang saat ini tengah di-instalasikan oleh dua negara yang bersekutu itu di wilayah Korea Selatan dalam rangka menghadapi ancaman Korea Utara.
Bagian pertama sistem THAAD (Terminal Pertahanan Udara Elevasi Tinggi) telah dikirim ke sebuah area bekas lapangan golf di bagian selatan di saat ketegangan semakin meningkat terkait program nuklir dan rudal Pyongyang. Pengiriman spare-part awal sistem pertahanan rudal ini juga dilaporkan berdampak pada memanasnya hubungan AS dengan Cina.
Sejumlah petinggi AS mengatakan sistem pertahanan THAAD ini akan segera bisa dioperasikan dalam beberapa hari mendatang.
Sebagaimana pernyataan Donald Trump yang dikutip oleh Reuters, “Saya sampaikan kepada Korea Selatan semua akan berjalan dengan baik dan sesuai rencana jika mereka membayar. Ini adalah sistem pertahanan senilai satu milyar dolar”. Sambil mempromosikan teknologi pertahanan rudalnya, Trump mengatakan, “Sistem ini sangat fenomenal, bisa menembak rudal musuh ketika posisinya masih jauh di luar angkasa”.
Merespon “tagihan” Presiden Trump tersebut, Korea Selatan mengatakan bahwa di bawah Status Kesepakatan Militer yang memberi wewenang bagi kehadiran militer AS di negara itu (Korea Selatan), bahwa Seoul hanya akan menyediakan situs/area dan infrastruktur bagi sistem THAAD, sementara AS yang akan membayar biaya pengiriman dan operasionalnya. “Tidak ada perubahan soal posisi yang mendasar ini,” tegas Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Amerika Serikat dan Korea Selatan sudah menjalin kerjasama & pakta keamanan sejak era perang di semenanjung Korea tahun 1950-1953. Sejak itu pula Washington telah menempatkan lebih dari 28.000 pasukannya di selatan.
Kasak kusuk soal sistem pertahanan udara ini muncul di Semenajung Korea menyusul serangkaian uji coba rudal jarak jauh & menengah oleh Korea Utara, dan juga adanya peringatan dari pemerintah AS bahwa aksi militer sudah masuk menjadi opsi yang akan dipertimbangkan.
Namun di awal pekan lalu disebutkan bahwa Amerika sedang mengupayakan pemberian sanksi yang lebih tegas terhadap Pyongyang, di waktu yang sama membuka peluang negosiasi. Kepala Komando AS di kawasan Pasifik, Laksamana Harry Harris mengatakan ingin mengajak bicara pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, bukan ingin mengalahkannya.
Pihak Gedung Putih juga menginginkan agar Cina melakukan lebih banyak hal untuk mengekang Korea Utara. Tetapi Beijing sudah merasa terprovokasi atas penyebaran sistem pertahanan THAAD ini karena khawatir akan mendegradasi kapasitas rudal balistik Cina. Di samping itu Beijing menganggap kehadiran THAAD telah mengganggu keseimbangan keamanan di kawasan.
Perkembangan dan dinamika keamanan di Semenanjung Korea tidak lepas dari komentator para pegiat media sosial. Salah satu komentar menarik di Twitter menulis dengan nada sinis bahwa Amerika sebetulnya ingin memulai perang dengan Korea Utara, namun Korea Selatan yang membiayainya.
Reporter: Yasin Muslim
Sumber: World Bulletin, Kiblat