Solidaritas Muslim
Oleh: Dra Hj Siti Faizah *)
10Berita-Alangkah indahnya nilai-nilai persaudaraan yang Allah SWT ajarkan kepada seluruh generasi umat Islam dimana dan sampai kapan pun. Nilai-nilai yang utuh tanpa terpengaruh arus dan zaman yang terus beranti, karena telah teranam dalam bentuk seruan doa yang diabadikan dalam Kitab Suci yang Muali, Alquranul Karim.
Adalah ayat 10 dalam Surat Al Hasyr, suatu ayat yang turun di masa kaum Anshar dan kaum Muhajirin hidup berdampingan. Namun, ayat ini, justru menggambarkan generasi yang akan hidup sedudah mereka. “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, Ya Rabb kami, ampunilah kami dan suadara-suadara kami yang telah beriman terlebih dahulu dari kami, dan janganlah engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sungguh Engkau Maha Penyantun Maha Penyayang”.
Sejarah Islam memperkenalkan kaum Anshar adalah sebutan bagi penduduk asli Madinah yang berbahagia menyambut Rasulullah SAW dengan keislaman mereka. Sedangkan kaum Muhajirin merupakan sebutan bagi penduduk Makkah yang meninggalkan kota kelahirannya, Makkah menuju Madinah demi menegakkan dakwah di jalan Allah Taala.
Ayat tersebut dipahami oleh ahli tafsir sebagai ayat solidaritas di antara segenap lapisan generasi umat. Dengan keinginan yang besar dan makna persatuan yang mendalam guna menyatukan kaum Muslimin, sekaligus mengajarkan makna dan hikmah persatuan yang sangat penting. Dengan menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar dalam perjuangan Islam saat itu, menjadi pelajaran berharga bagi generasi Islam bahwa persatuan adalah harga yang harus dibela dengan harta, jiwa, raga dan pengorbanan lainnya. Hanya persatuanlah yang menjadi kata kunci sekaligus saksi atas kemenangan yang diraih umat Islam di setiap zaman.
Kaum Muhajirin rela meninggalkan harta dan perniagaan yang menguntungkan mereka di Makkah, sanak saudara yang mereka cintai, tanah kelahiran yang mereka rindukan dan pengorbanan lainnya. Tafsir Al Munir menjelaskan gambaran kaum Muhajirin sebagai orang-orang yang sempurna dan kukuh dalam kebenaran, kesungguhan dan ketulusan, memiliki kesesuaian antara perkataan dan perbuatan serta menyertai amal keimanan dengan amal yang tulus.
Sedangkan gambaran tentang kesuksesan kaum Anshar adalah mereka yang lebih dulu mendiami bumi Hijrah Madinah dan menjadikan keimanan sebagai tempat menetap dan jati diri. Mereka mencintai sudara mereka (kaum Muhajirin) dengan ikhlas dan bebas dari pamrih, terpelihara dari sifat tamak, rakus, hasud, dan benci. Lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan orang Muhajirin, meski mereka sendiri membutuhkan dan mengalami kesulitan ekonomi. Disamping mereka juga dermawan dan jauh dari sifat kikir.
Mereka rela berbagi semua yang mereka cintai untuk memenuhi kebutuhan sudara mereka yang hijrah karena Allah SWT. Semua itu mereka lakukan untuk satu tujuan yakni menegakkan kalimat Allah Ta’ala yang patut diagungkan.
Contoh nyata itu telah berlalu melampaui waktu, jasad mereka telah terkubur sekian lama. Namun gambaran tentang bagaimana perilaku hidup, kebesaran jiwa, ketaatan kepada Al Khaliq dan Nabi SWA yang ditegakkan dalam kehidupan tetap abadi dalam tutur baik para generasi, , menghujam asa yang terus mengaliri semangat juang, terpatri dalam jiwa terdalam dan terus merindukan bersama mereka kelak dalam surge Ilahi.
Demikian Alquran telah membantu kita mengenali dan memahami sepak terjang mereka, merasakan cinta mereka yang terus mengiringi langkah kebaikan, memperkuat keinginan untuk menggapai cita, agar realisasi itu tampak wujudnya dan mudah dijadikan contoh bagi generasi sesudahnya.
Wujud solidaritas generasi hari ini tetap berkewajiban untuk mencintai semua sahabat Nabi SAW, tanpa terkecuali dari sahabat Anshar dan Muhajirin. Terus mendoakan mereka dengan harapan bahwa kami adalah bagian dari mereka yang telah memberikan yang terbaik dari jiwa, raga dan harta mereka, demi menegakkan Islam dimuka bumi. Mereka telah memberikan dukungan penuh terhadap perjuangan Muhammad SAW, menjadi saksi atas turunnya wahyu Allah Ta’ala, menjaganya dari segala bentuk fitnah agar warisan Beliau SAW sampai kepada generasi Islam dimana pun dan sampai kapanpun.
*) Ketua Umum PP Salimah 2015-2020
Sumber: Republika