OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 15 April 2017

Tuan Guru, Hatimu Mulia Tapi Banyak Anak Bangsa Terluka Hatinya

Tuan Guru, Hatimu Mulia Tapi Banyak Anak Bangsa Terluka Hatinya


10Berita-Usianya masih sangat muda. Ketika pertama kali dilantik menjadi gubernur pada tanggal 17 September 2008, usianya baru 36 tahun. Usia termuda dalam sejarah Indonesia sehingga MURI menganugerahinya rekor Gubernur Termuda di Indonesia.

Di luar itu, banyak penghargaan diterima sebagai pengakuan terhadap kinerja dan prestasinya. Dan yang lebih penting dari itu, bagi saya secara pribadi, beliau adalah sosok ulama yang matang ilmunya.

Inilah yang sangat jarang terjadi, umara yang sekaligus ulama. S-2 ia selesaikan dengan predikat jayyid jiddan di Al-Azhar Cairo, gubernur yang sekaligus penghafal Al-Qur’an merupakan sosok kharismatik masyarakat Nusa Tenggara Barat, bukan karena semata beliau seorang gubernur. Dialah Dr. K.H. TGB. Muhammad Zainul Majdi, M.A atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang.

Maka, sangat terluka hati ini ketika mendengar sosok rendah hati ini dimaki dilecehkan dengan muatan RASISME yang sangat busuk oleh seorang mahasiswa. Saya paling tidak suka mengait-ngaitkan kebusukan dengan ras, tetapi aku ingatkan kepada kalian yang merasa memiliki ras lebih tinggi agar tak serampangan menggunakan mulut kalian untuk merendahkan mencaci maki.

Hari-hari yang terik oleh luka hati ini, jangan semakin engkau rusak dengan sikap yang menghinakan. Jika Tuan Guru Bajang memaafkan, dan itu karena keluhuran akhlak dan ketinggian ilmu beliau, maka kalian tidak dapat menakar akar rumput (grass root) yang begitu lama mengering merasakan gelegak ini untuk tidak terbakar.

Apakah tidak lebih baik jika kalian belajar bersikap lebih santun? Tak perlu kalian memuliakan orang-orang yang kami muliakan. Cukuplah dengan tidak merendahkan, menghinakan, mencaci-maki orang lain yang jangankan ia sosok panutan ummat ini, kepada orang yang tak dikenal pun sangat tidak pantas. Apalagi jika kalian menghinakannya dengan sebutan pribumi tiko (tikus kotor).

Maka, aku ingin bertanya, apakah yang menjadi hak kalian untuk merasa lebih mulia dari pribumi –isu yang sebenarnya aku pun sangat tidak menyukai. Sebab seharusnya, kemuliaan bukan ditentukan oleh pribumi atau bukan seseorang itu berasal.

Luka itu sakit, Tuan. Biarkan ia mengering, sembuh, dan jangan engkau sengaja membuat luka baru sehingga perihnya tak tertahankan.

Mohammad Fauzil Adhim

(Dari Halaman Fb beliau, tanpa Judul)

 
Sumber: Ummat.pos


Related Posts: