OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 16 Mei 2017

Ekonomi Dagang Bangsa Arab Pra-Islam

Ekonomi Dagang Bangsa Arab Pra-Islam

10Berita- JAKARTA -- Islam lahir di tanah Arab, di mana masyarakatnya sangat dekat dengan dunia bisnis atau perdagangan. Sebelum Islam datang, bangsa Arab biasa menopang hidup dengan jual beli. Pasalnya, mereka tak memiliki sumber daya alam yang dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sebagian besar tanah Arab merupakan kawasan tandus nan gersang. Mereka tak dapat mengelola pertanian, kecuali di beberapa kawasan kecil yang lahannya subur. Kendati dipenuhi padang pasir, lokasinya sangat strategis di tengah-tengah belahan dunia.

Di sanalah pertemuan jalur perdagangan dunia antara Timur Jauh dan Barat. Di darat, jalur perdagangan dari India melalui Asia Tengah kemudian ke Iran, Irak, dan Laut Tengah. Pun jalur laut, melalui teluk Arab dan sekitar jazirah ke Laut Merah. Tak heran jika kemudian perdagangan menjadi andalan perekonomian bangsa Arab.

Dalam surat al-Quraisy Allah melukiskan satu contoh dari kaum Quraisy (leluhur Rasulullah dan petinggi bangsa Arab) yang telah mampu menjadi pemain global dengan segala keterbatasan sumber daya alam di negeri mereka. Allah berfirman, “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Yaitu) kebiasaan melakukan perjalan dagang pada musim dingin dan musim panas.”

Para ahli tafsir, baik klasik, seperti al-Thabari, Ibn Katsir, Zamakhsyari, maupun kontemporer, seperti, al-Maraghi, az-Zuhaily, dan Sayyid Qutb, sepakat perjalanan dagang musim dingin dilakukan ke utara, seperti Syria, Turki, Bulgaria, Yunani, dan sebagian Eropa Timur. Sementara, perjalanan musim panas dilakukan ke selatan, seputar Yaman, Oman, atau bekerja sama dengan para pedagang Cina dan India yang singgah di pelabuhan internasional Aden.

Philip K Hitti dalam History of the Arabs bahkan menyebut bangsa Arab sebagai pelaku hubungan internasional paling awal. Menurutnya, kawasan semenanjung Arab telah dikenal baik bangsa Yunani dan Romawi karena lokasinya berada di jalur perdagangan mereka menuju India dan Cina. Penduduk Semenanjung Arab merupakan para pedagang perantara di laut-laut selatan, seperti halnya bangsa mediterania.

Karena lokasi yang strategis inilah penguasa dunia, Romawi selalu berkeinginan mengekspansi tanah Arab. Tujuannya, untuk menguasai rute perjalanan dagang yang dimonopoli bangsa Arab. Tapi, mereka tak pernah mampu menguasai orang-orang Arab.

Mukhtar Yahya dalam bukunya Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah Sebelum Lahir Agama Islam menyebutkan, begitu banyak bangsa Arab kuno yang menguasai jalur perdagangan internasional. Di antaranya, Tadmur, Saba', Nabath, Himyar, dan sebagainya.

Sebagai contoh, orang Tadmur di Syam (sekarang Suriah). Mereka terkenal sebagai penguasa perniagaan internasional. Yahya mengatakan, di Kota Tadmur ini bertemu  perdagangan dari Timur ke Barat, yakni dari Eropa menuju Mesopotamia. Pun,  perdagangan dari Selatan ke Utara, yakni pedagang bangsa Timur (Cina, India), menuju Barat (Eropa) melalui Yaman.

“Maka  perdagangan internasional ini kesemuanya bertemu di Tadmur. Dengan perkataan lain, jadilah Kota Tadmur “Mutiara Padang Pasir” itu sebuah kota tempat bertemunya kafilah-kafilah perniagaan yang datang dari empat penjuru dunia yang terkenal di masa itu, pulang pergi,” kata Yahya.

Haramain

Lalu, bagaimana dengan kondisi dua kota suci sebelum Islam datang? Baik Makkah ataupun Madinah, keduanya menjadi kota perdagangan yang makmur. Keduanya merupakan jalur perdagangan rempah-rempah dari selatan ke utara. Bahkan, Hitti menuturkan, jauh sebelum dilintasi “jalur rempah-rempah”, Makkah telah lama menjadi tempat persinggahan perjalanan dagang dari Ma'rib ke Gaza. Masyarakat Makkah yang progresif dan memiliki naluri dagang berhasil mengubah kota tersebut menjadi pusat kemakmuran. Kemakmuran tersebut terjadi, terutama saat Makkah dipimpin Kabilah Quraisy, nenek moyang Rasulullah.

Begitu pula dengan Madinah. Yatsrib, nama kuno Madinah, merupakan kota penghubung jalur perdagangan antara Yaman dan Suriah. Suburnya pohon kurma yang tumbuh di sana membuat kota tersebut makin ternama.

Sumber: Republika

Related Posts:

  • Syingith, Sentra Peradaban IslamSyingith, Sentra Peradaban Islam Kota ini titik transit di jalur perniagaan Gurun Sahara. 10Berita , JAKARTA -- Kafilah-kafilah Arab juga aktif mengembangkan dakwah Islam di Awkar. Sejarawan dari Andalusia, al- Bakri (1… Read More
  • Akhirnya, Pembangunan Masjid di New Jersey DisetujuiAkhirnya, Pembangunan Masjid di New Jersey Disetujui Pemerintah setempat sempat menolak rencana pembangunan tersebut. 10Berita ,  NEW JERSEY – Sebuah masjid akhirnya disetujui pembangunannya di sebuah kota di Amerika Se… Read More
  • Masjid Yesil Vadi, Ikon Masjid Modern Turki Masjid Yesil Vadi, Ikon Masjid Modern Turki Masjid ini lebih mengedepankan gaya arsitektur kontemporer dan minimalis. 10Berita , JAKARTA -- Kota Istanbul, Turki, lekat dengan bangunan-bangunan bersejarah dari masa kejayaan K… Read More
  • Mengenal Kanem Bornu, Kerajaan Islam Kuno di AfrikaMengenal Kanem Bornu, Kerajaan Islam Kuno di Afrika Para pedagang Afrika Utara dan Arab yang pertama kali membawa Islam ke Kanem Bornu. 10Berita ,   JAKARTA -- Islam telah melewati perjalanan panjang sehingga diken… Read More
  • Keindahan Kota-Kota Islam di Mata Penulis BaratKeindahan Kota-Kota Islam di Mata Penulis Barat karakteristik seni masyarakat Muslim Arab pada era keemasan begitu imajinatif. 10Berita ,  JAKARTA -- Betapa indah dan berbudayanya kota-kota Islam di masa lalu juga digam… Read More