OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 08 Mei 2017

Membaca Strategi Potong Jalur Pembubaran Ormas

Membaca Strategi Potong Jalur Pembubaran Ormas

Oleh: Aab Elkarimi*

10Berita— Semenjak gong opini pembubaran ormas radikal ditabuh, banyak spekulasi yang hadir di tengah masyarakat. Beberapa opini yang marak menjadi bahan perbincangan adalah tentang radikalisme yang akan merubah dasar negara, anti pancasila dan kebhinekaan, isu makar, hingga polarisasi kubu Nasionalis dan Islam pasca aksi 212.

Besarnya opini ini berdampak memunculkan ketegangan di masyarakat. Pembubaran gelaran rajab bertema MAPARA yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia hingga pembubaran pengajian Ust. Felix Siaw di Malang salah satu kasusnya. Akan tetapi, belum jelasnya keputusan pemerintah terkait hal ini tidak sebanding dengan banyaknya konflik di tataran grassroot yang disinyalir beberapa pihak akan menimbulkan konflik yang lebih besar.

Mengamati laju opini tentang pembubaran ormas ini, secara pribadi saya melihat ada semacam strategi memotong jalur yang dibangun untuk memepercepat tahapan pembubaran ormas. Karena jika menggunakan jalur prosedural, membutuhkan setidaknya 1,5 tahun untuk klimaks di tahap pembubaran.Kemunculandemagog yang dipacu kencang oleh sosial media telah berhasil menghasilkan sebuah opini bahwa konflik dimasyarakat telah meluas, sehingga dengan kesan terdesak pemerintah akan segera mengambil peran. Nah, yang jadi permasalahan disini adalah munculnya para demagog yang menjadi alat untuk memobilisasi opini agar kesan konflik itu tercipta.

Kejanggalan ini semakin terbaca setelah kemunculan kasus penolakan ‘training IPK 4’ atas nama aliansi mahasiswa anti HTI yang diselenggarakan di masjid kampus Unnes. Aliansi ini mencatut lebih dari 17 organisasi intra dan ekstra kampus termasuk diataranya 5 BEM Fakultas. Setelah dibentuk tim investigasi untuk menelusuri kebenaran aliansi tersebut ternyata hampir setengah dari organisasi yang dicatut adalah fiktif. Bahkan satu persatu BEM dan organisasi lainnya membuat surat pernyataan lengkap dengan cap dan tanda tangan untuk mengklarifikasi ketidakterlibatan dalam aliansi tersebut.

Dari sini terlihat semacam pengkeruhan suasana yang sengaja didesain untuk menciptakan konflik yang akan berhujung memotong jalur pembubaran ormas dengan alasan terdesak dengan keadaan genting. Lalu siapa yang dirugikan? Tentu masyarakat yang berkonflik hanya karena propaganda palsu.

*Penulis, Pemerhati Gerakan Kampus

Sumber: Panjimas

Related Posts:

  • Ibu, Sosok Tangguh Pencetak Generasi BerkualitasIbu, Sosok Tangguh Pencetak Generasi Berkualitas 10Berita, Ibu adalah sosok penting dalam kehidupan ini. Ibu adalah madrasatul ula yang menjadi pondasi penting dalam sebuah keluarga. Sosok yang dalam perjuangan … Read More
  • Belajar Ketahanan Pangan Dari Nabi Yusuf asBelajar Ketahanan Pangan Dari Nabi Yusuf as 10Berita -“Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.”… Read More
  • Cara Mengalahkan Pak Jokowi Cara Mengalahkan Pak Jokowi Oleh: Dr. Mardani Ali Sera10Berita, Pertama saya ingin menegaskan bahwa adalah sah bagi kita untuk meneliti, menganalisa dan membuat penilaian bagi para calon pemimpin negara kita.Adalah s… Read More
  • Aurat Lo Bukan Urusan Gue?Aurat Lo Bukan Urusan Gue? Oleh: Hen Ummu Ghiyas Faris Penulis lepas, penulis buku antologi “ The True Hijab” dan “Puzzle Dakwah” 10Berita , SEBAGAI seorang muslim, saya sungguh tercengang membaca ber… Read More
  • Republik Hoax; Dusta untuk BerkuasaRepublik Hoax; Dusta untuk Berkuasa Oleh: Rohandi Awahwah 10Berita, Tersebutlah sebuah negeri yang jauh dimata (namun dekat dihati), yang penduduknya hidup dalam kungkungan rezim anti agama (baca: Islam) serta memiliki pemim… Read More