Kebijakan Rasis dan Diskriminatif Cina Kepada Muslim Uighur Selama Bulan Suci Ramadhan
10Berita – Tidak hanya harus menjalani ibadah puasa Ramadhan selama lebih dari 16 jam pada tahun 2017 ini, Muslim Uighur juga harus berhadapan dengan upaya diskriminasi yang dilakukan oleh otoritas Cina dengan sejumlah aturan dan kebijakan rasis.
Seluruh rumah makan di provinsi Xinjiang diperintahkan untuk tetap buka pada siang hari selama bulan suci Ramadhan. Mereka yang bekerja di Partai Komunis Cina diperintahkan untuk bekerja 24 jam tanpa menghiraukan para pekerja yang berpuasa, seperti dilaporkan The New Arab pada hari Kamis (01/06).
Sementara itu di provinsi tetangga, Hotan, para siswa diharuskan melihat film-film propaganda komunis dan melakukan kegiatan olahraga pada hari Jum’at. Padahal hari itu adalah waktu Shalat Jum’at bagi umat Islam. Hal ini sesuai dengan upaya Beijing untuk meruntuhkan sentimen nasionalis dan religius di provinsi Xinjiang, rumah bagi Muslim Uighur yang menginginkan kemerdekaan dari Cina.
Seorang pejabat di kota Zawa yang minta dirahasiakan identitasnya mengatakan bahwa guru, pegawai negeri dan pegawai di sektor jasa tidak diizinkan untuk berpuasa selama bulan Ramadhan. “Ini sangat dilarang dan jika mereka ditemukan puasa selama periode ini, mereka akan ditindak,” ujarnya seperti dikutip Time of Israel.
Sementara seorang pejabat lainnya menolak untuk menjawab apakah tindakan tersebut secara khusus menargetkan umat Islam dalam menjalani Ramadhan. “Saya tidak dapat memberikan rincian apapun tentang masalah ini,” kata pejabat yang tidak bersedia disebut namanya. “Sebaiknya Anda menanyakannya dengan sektor keamanan publik.”
Perlu diketahui bahwa pada bukan Mei kemarin, pihak berwenang Cina memulai mengumpulkan sampel DNA dari warga Muslim Uighur untuk disimpan dalam database besar. Nama-nama Muslim untuk bayi juga telah dilarang, selain ancaman penjara bagi orang-orang yang berbagi konten Al-Qur’an di media sosial.
Sumber: Kiblat