OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 25 Juli 2017

Dilempari Kotoran Setiap Hari, Begini Balasan Rasulullah Pada yang Melemparinya

Dilempari Kotoran Setiap Hari, Begini Balasan Rasulullah Pada yang Melemparinya


Tidak bisa dipatahkan, jika baginda Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik teladan di muka bumi. Apa pun yang tertuang dalam ucapan dan tindakannya ialah sebenar-benar perkataan dan perbuatan.

Pada dirinya tertancap Al-Qur’an dan pada kesehariannya mengajarkan tuntunan berkehidupan. Ialah tuntunan bagi setiap hamba yang merindu surga. Ialah pedoman bagi siapa pun yang takut pada derita api neraka.

Ada beribu kisah, bahkan lebih dari itu, yang bisa diambil untuk menggambarkan betapa manusia pilihan itu teramat mulia akhlaknya, tertamat indah tutur kata dan perangainya.

Terlampau jauh dari kita yang tiada apa-apanya. Beliau penguasa peradaban, pemimpin umat yang besar, gagah dan tangguh di medan perang. Dilindungi dan dipelihara langsung oleh Sang Pemilik Kehidupan, dijaga oleh para malaikat, diagungkan oleh penduduk bumi dan langit.

Tetapi tidak sedikitpun hati beliau dikotori oleh rasa-rasa kesombongan, keangkuhan. Justeru sebaliknya, salah satu daya tarik bagi musuh-musuh Islam masa itu ialah bagaimana kemuliaan pribadi Rasulullah.

Sungguh benar, jika datangnya beliau ialah sebagai rahmat bagi sekalian alam. Sebab itu, ber-Islam bukan sekadar tampak luar, menjalankan ibadah-ibadah vertikal dan ritual.

Lebih jauh, seorang muslim yang baik mampu menerapkan nilai-nilai ke-Islaman hingga ke cara berperilaku, cara berbudi pekerti yang luhur.

Keagungan Islam tercermin pada hati dan diri manusia, bukan sekadar bagaimana berpenampilan. Sebab itulah, semakin taat seseorang kepada Allah, semakin teduh pula ia membawakan diri di hadapan sesama manusia.

Sebuah kisah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang setidaknya mampu sekilas menggambarkan kemuliaan akhlak beliau, di antara bertumpuk kisah-kisah lain yang semakin melengkapi kesempurnaan pribadi beliau.

Saat masa dakwah nabi, tidak sedikit orang-orang Yahudi yang tidak hanya ingkar pada risalah yang disampaikannya, tetapi juga melontarkan hinaan, cacian, bahkan menghardik dengan perbuatan yang diluar batas kesabaran menurut ukuran manusia biasa.

Kisah ini dimulai saat setiap waktu ingin pergi ke masjid, Rasulullah selalu melewati sebuah rumah bertingkat yang dihuni oleh seorang nenek tua. Suatu ketika, saat lewat di depan rumah itu, Rasulullah mendapat si nenek berada di lantai tingkat rumahnya sedang mengerjakan sesuatu.

Tepat berada di depan rumah, rupanya si nenek tua sedang bersiap untuk melempari baginda Nabi dengan kotoran-kotoran yang baru dibersihkannya. Dengan sengaja ia menjatuhkannya tepat di atas kepala Rasulullah.

Tidak heran Rasulullah, memang cukup banyak orang-orang yahudi dan kelompok lain yang tidak suka pada Islam selalu berusaha menjatuhkan kemuliaan akhlak beliau dengan hardikan semacam ini.

Berharap Nabi marah, ternyata justeru dibalas oleh beliau dengan senyuman tulus kepada si nenek tua itu. Belum puas, keesokan harinya bersiap lagi nenek dengan kotoran-kotorannya.

Tepat saat Rasulullah lewat, kembali dijatuhkannya ke atas kepala beliau, bahkan sesekali waktu ditambah dengan ludah yang sengaja ia semburkan untuk melengkapi hinaanya pada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sungguh betapa kesabaran Nabi tak tertandingi. Tetap beliau hanya membalasnya dengan senyuman yang teramat indah. Setelah beberapa waktu demikian, suatu hati si nenek tidak terlihat nampak di tempat biasanya ia bersiap untuk melempari kotoran.

Rasulullah heran dan kemudian menanyakannya kepada tetannga sebelah rumah si nenek. Karena selalu menyaksikan bagaimana nenek tua mendzalimi sang Amirul Mukminin, tetangga itu pun bertanya kembali pada Rasulullah,

“Untuk apa engkau menanyakan kabar orang yang setiap hari menghinamu wahai Rasulullah.”

Lagi-lagi, agungnya akhlak beliau dengan hanya membalas pertanyaan itu lewat senyuman pertanda kesabaran dan ketulusan.

“Si nenek tua itu hidup sebatang kara di rumahnya, dan sekarang ia sedang sakit”, jelas laki-laki itu.

Tidak tunggu lama, Rasulullah pun terus bergegas menuju rumah yang biasa menjadi tempat ia dihinakan itu, mengetuk pintu dan karena tidak ada yang menjawab, masuklah Rasulullah menyaksikan nenek tua yang terbaring lemas.

Karena perangainya yang buruk terhadap orang lain, hingga Rasulullah menjenguk belum ada orang lain yang datang dan melihat kondisinya. Baginda Nabi ialah orang pertama yang menjenguknya.

Beliau pun membantu menyiapkan makanan, menimbakan air, dan membersihkan rumah. Penasaran siapa yang bersedia membantunya, si nenek pun bangkit dan berusaha mencari tahu.

Terkagetlah ia, yang dengan tulus menjenguk dan membantunya pertama kali ialah justeru orang yang selama ini paling dihinakannya.

Rasulullah yang kemarin-kemarin sangat dibencinya. Bagaimana tidak tersentak hati si nenek melihat tidak ada sedikitpun rasa dendam, rasa amarah di hati Rasulullah. Justeru dengan ikhlasnya beliau membantu si nenek.

Karena itulah, si nenek kemudian memohonkan maaf dan ampun kepada Rasulullah, tersebab perilaku tidak baiknya di hari-hari kemarin, dan ia berjanji akan mulai menerima Islam sebagai ajaran yang akan dianutnya setelah ini.

Indahnya Islam semestinya tercermin lewat perilaku dan akhlak penganutnya. Tidak perlu jauh mendalam menjelaskan bagaimana Islam mengatur kehidupan, cukup pribadi-pribadi kita yang menyampaikannya lewat budi luhur dan kesantunan pembawaan.

Betapa akhlak Rasulullah membuktikan, tidak terhitung berhasilnya meluluhkan hati orang-orang yang sangat membencinya, hanya dengan membalas perbuatan buruk dengan balasan kebaikan.

Sumber: hijaz.id