OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 08 Agustus 2017

Inilah Laporan Hasil Kunjungan Raja Yordania ke Palestina Terkait Masjid Al Aqsha

Inilah Laporan Hasil Kunjungan Raja Yordania ke Palestina Terkait Masjid Al Aqsha

10Berita:PALESTINA  Raja Yordania Abdullah tiba dengan helikopter untuk bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Senin (7/8/2017) menyusul sebuah krisis di salah satu tempat suci terpenting bagi umat Islam di Yerusalem bulan lalu.

Raja Abdullah tiba di kota Ramallah, Tepi Barat, untuk melakukan pembicaraan mengenai perkembangan regional dan krisis baru-baru ini di Masjid Al-Aqsha, di mana warga Palestina berhasil memprotes tindakan pengamanan Israel yang diberlakukan setelah baku tembak mematikan pada bulan Juli, menurut kantor berita resmi Palestina Wafa.

Yordania mempertahankan hak wali Masjid tersebut melalui sebuah warisan, yang dikenal sebagai Wakaf, dan raja Jordania mengumumkan pekan lalu bahwa dia akan menyumbangkan $ 1 juta ke Museum Islam Al-Aqsha, 300 dinar Yordania ($ 423) bagi pegawai Wakaf dan memberi pembayaran khusus kepada penjaga tertentu.

Protes dua pekan itu terutama ditujukan terhadap detektor logam yang dipasang di pintu masuk ke tempat suci. Protes dilakukan setelah seruan oleh otoritas keagamaan lokal Yerusalem, yang banyak di antaranya adalah pegawai Waqaf, namun secara luas warga dianggap bertindak secara independen.

Mereka menolak memasuki Masjid dan meminta jamaah melakukan hal yang sama sampai tindakan pengamanan (detektor logam) dilepaskan – sebuah tuntutan yang akhirnya disetujui penjajah Zionis.

Berbicara kepada parlemen Yordania Ahad malam, Raja Abdullah menegaskan bahwa kesepakatan damai antara Palestina dan Israel membutuhkan komitmen AS terhadap warga Palestina, sesuatu yang dia katakan disediakan Jordan.

“Tanpa kwalifikasi Hashemite [dari Al-Aqsha] dan ketabahan rakyat Yerusalem, tempat-tempat suci ini sudah hilang bertahun-tahun yang lalu,” katanya, menurut kantor berita resmi Petra.

Yordania tetap bertanggung jawab atas Al-Aqsa sejak tahun 1967, ketika ia kehilangan kendali atas Yerusalem Timur yang diduduki dan Tepi Barat ke tangan Israel selama Perang Enam Hari.

Situs suci Al-Aqsha milik umat Islam diklaim sebagai Bukit Bait Suci (the Temple Mount) oleh Yahudi, walaupun hak beribadah dan berkunjung dikelola di bawah sistem yang rumit yang dikenal sebagai “status quo” yang hanya mengizinkan ibadah bagi umat Islam saja di lokasi tersebut justru dijaga dan diawasi ketat oleh pasukan penjajah Israel.

Sumber: Jurnalislam