OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 22 Agustus 2017

‘Kering’ Hikmah Sejarah

‘Kering’ Hikmah Sejarah

10Berita,  JAKARTA -- Sesi panel 'Kisah Matematika' diakhiri dengan paparan dari guru besar matematika Universitas Oxford sekaligus petinggi di Departemen Pendidikan Lanjutan dan Institut Matematika, Prof Marcus du Sautoy. Du Sautoy membuka pembicaraannya dengan kritik soal pengajaran matematika di lembaga pendidikan yang, menurutnya, sangat ahistoris.

Siswa dan mahasiswa hanya belajar dari apa yang ada pada buku teks tanpa tahu dari mana pengetahuan itu datang. ''Mereka seperti diminta belajar dari buku yang jatuh dari langit begitu saja,'' kata Du Sautoy.

Hal itu ia rasakan betul. Sebab, saat menulis buku matematika populer untuk pertama kali, Du Sautoy juga mendapat kritik dari editornya yang seorang sejarawan, betapa tulisannya terlalu melompat-lompat dan 'kering' hikmah sejarah. Dari sana, sebagai seorang matematikawan, Du Sautoy memulai perjalanan memahami bagaimana sebuah ide muncul.

Dari penelaahannya, Du Sautoy yakin bahwa kisah matematika bermula dari pemungutan pajak di era peradaban Mesir Kuno dan Babylonia Kuno. Saat Mesir Kuno dan Babylonia Kuno membangun bangsa mereka, mereka juga mulai menarik pajak dengan konsep yang bermula dari tepian Sungai Nil. Menurut konsep itu, pajak hanya ditarik dari area di luar tepian sungai Nil.

Dalam serial dokumenter 'Kisah Mate matika' yang disiarkan BBC, topik ini meng eksplorasi masa Yunani, Mesir, dan Babylonia Kuno. Satu hal yang mengejutkan Du Sautoy adalah rentang sejarah mate matika yang asalnya dari Timur di mana penyumbangnya adalah Muslim, Cina, dan India.

Du Sautoy menjelaskan, bagaimana rute perdagangan juga turut membawa dan mengembangkan pengetahuan dari satu tempat ke tempat lain hingga ke Eropa. Misalnya, penemuan angka. Du Sautoy mengklarifikasi, angka tidak hanya angka Arabik, tapi angka India-Arabik. ''Penciptaan angka nol sebenarnya berasal dari budaya India. Namun, bangsa Arab mengambilnya dan membuatnya sebagai pengetahuan dan aplikasi yang berlanjut,'' kata Du Sautoy.

Ia juga menjelaskan, bagaimana orangorang Babylonia mengembangkan teka-teki kriptis seperti bahasa matematis. Ke mudian, Al-Khawarizmi-lah yang mem ban tu peradaban Islam memahami teka-teki itu. Menurut Du Sautoy, "Kisah Matema tika" layak dirayakan karena membuat hidup manusia lebih menarik. Sekat-sekat sains harusnya juga diruntuhkan karena sains saling terhubung. Bahasa baru mela lui grafik dan gambar telah muncul dan mengubah cara berpikir manusia saat ini.

Sumber: Republika

Related Posts:

  • Substansi Peradaban Islam Terletak pada Ilmu Substansi Peradaban Islam Terletak pada Ilmu 10Berita, JAKARTA -- Peran pemuda tidak terbatas dalam bidang kemiliteran, tapi juga keilmuan. Justru, tradisi ilmu inilah yang giat dikembangkan oleh para pemikir dan cendek… Read More
  • Prajurit Utsmaniyah Terakhir Penjaga Masjid al-Aqsha Prajurit Utsmaniyah Terakhir Penjaga Masjid al-Aqsha 10Berita, JAKARTA -- Kekhalifahan terakhir, Utsmaniyah menjelang keruntuhannya terpaksa menyisakan sedikit pasukan untuk melindungi situs suci di Palestina. Amanah yang su… Read More
  • Kisah Haru Pemilik Restoran Tertua di Nablus Kisah Haru Pemilik Restoran Tertua di Nablus 10Berita~RESTORAN Fuad Halawa telah buka sejak tahun 1936 di jantung kota tua Nablus di Tepi Barat utara. Restoran ini adalah restoran tertua yang masih beroperasi di kota ini. Ma… Read More
  • Risalah Untukmu, Pemuda Risalah Untukmu, Pemuda 10Berita,  JAKARTA -- Tak heran bila, pemikir Muslim asal Mesir, Hasan al-Banna, dalam Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin menyampaikan pesan beliau kepada para pemuda. "Suatu gagasan akan… Read More
  • Teladan Sang Penakluk Konstantinopel Teladan Sang Penakluk Konstantinopel 10Berita, JAKARTA -- Dunia Barat terkejut dengan penaklukan Konstantinopel. Penaklukan tersebut sekaligus menandai berakhirnya runtuhnya kekaisaran Romawi. Adalah sosok Muhammad Al-Fatih,… Read More