OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 13 Agustus 2017

Menohok, Penulis Terkenal Tere Liye Paparkan Data Menarik Pemerintah Lebih Peduli Diskotek Ketimbang Buat Buku Murah

Menohok, Penulis Terkenal Tere Liye Paparkan Data Menarik Pemerintah Lebih Peduli Diskotek Ketimbang Buat Buku Murah


*10 JUTA BUKU GRATIS

Pemerintah sekarang itu tidak peduli sama sekali dengan buku.

Omong kosong kalau mereka peduli. Coba lihat, pajak PPN untuk tontonan film, diskotek, klub malam, sirkus, pertandingan olahraga, kontes kecantikan, mereka hapus. Tidak ada lagi. Tapi buku? Ewww, kalian suka protes kenapa buku mahal? Simpel, ada kemunduran yang luar biasa dalam memahami betapa pentingnya literasi itu harus didukung habis2an. Ini malah sebaliknya, yang mereka dukung diskotek. Mungkin peradaban sebuah bangsa kayaknya diukur dari jumlah klub malam, bukan lagi dari berapa banyak buku berkualitas yang dihasilkan negara tersebut. Harga buku bisa 10-40% lebih murah jika PPN-nya tidak ada lagi, termasuk jika insentif pajak lainnya diberikan kepada industri penerbit, bisa turun signifikan harganya.

Dan omong-omong soal penulis, ewww, mending kalian jadi artis, pajaknya hanya separuh dari penulis. Artis, bahkan bisa tidak lapor, karena jika tidak ada bukti potong, dll, dia hanya lapor sukarela. Namanya sukarela, gampang mah kalau mau nyelipin laporan pajaknya. Penulis buku? Tidak bisa. Semua penghasilan dia otomatis ada bukti potong dari penerbit, dan pajaknya 2x lebih tinggi dibanding artis, pengacara, akuntan, dokter, dan profesi lainnya. Tahu pemerintah soal fakta ini? KAGAK! Mereka cuma sibuk pegang2 buku, jepret, posting di media sosialnya, "Ayo mari membaca!" Ampun dah, dan orang2 bilang owww betapa agung dan mulianya pemimpin kita, dia mendukung literasi. Tidak tahu fakta betapa sengsaranya jadi penulis buku di negeri ini kalau sudah berurusan dengan pajak.

Tahu mereka soal fakta ini? Tergerak dia untuk memperbaikinya?

Jika ada yang bilang rezim pemerintahan sekarang mendukung literasi? Omong kosong. Paling hanya 1-2 saja kebijakan mereka yg terkait soal literasi, itupun hanya untuk polesan, populis, biar bagus untuk diposting di medsos, biar terlihat bagus nampak dilihat dari kulit luar. TAPI sama sekali kagak menyentuh inti permasalahannya.

Padahal apa susanya, misalkan sisihkan 1 trilyun untuk industri perbukuan nasional, kita bisa mengirima sepuluh juta buku2 terbaik ke seluruh negeri secara gratis. Banjiri setiap perpustakaan sekolah dengan buku2 terbaik. Berikan insentif pajak bagi penerbit dan industri buku. Berikan keadilan pajak bagi profesi penulis. Lahirkan ribuan penulis2 baru dengan program yg baik. Dukung komunitas dan aktivis literasi. Kecil sekali 1 trilyun itu, duit untuk subsidi BBM dan listrik saja ratusan trilyun. Kita itu masih menganggap literasi itu penting nggak sih? Atau cuma penuh kebohongan belaka.

Saya pesimis ini akan terjadi dalam waktu dekat. Maka sebelum itu betulan ada, mari kita singsingkan lengan untuk ikut berpartisasi. Dengan daya upaya sendiri meski terbatas. Saya memulainya dengan membagikan naskah novel2 saya di page facebook ini. Gratis. Itu salah-satu cara untuk menumbuhkan minat membaca generasi berikutnya. Jika mereka bilang buku mahal, toko buku jauh, baca saja naskah novel Tere Liye di page ini. Free. Jika mereka bilang malas baca buku, lebih suka main gagdet, wah kebetulan toh, baca naskahnya sekalian main gagdet. Semoga besok2 jadi tergerak untuk mulai membaca buku2 lain, minat bacanya jadi tinggi.

*Tere Liye[] 

Sumber : fanspage Tere Liye, www.tribunislam.com