Mereka yang Terisolasi dan Berharap Hewan Kurban
10Berita, BANDUNG -- Perayaan Idul Adha tinggal empat hari lagi. Hari besar keagamaan itu selalu menjadi momentum yang dinanti-nanti warga Kampung Cisema, Desa Mangunjaya, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Pada hari besar itu, warga bisa menikmati daging kurban walaupun dengan jumlah sedikit.
Selama ini, setiap Idul Adha, warga Kampung Cisema baru mendapatkan bantuan hewan kurban dari Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Perwakilan Jawa Barat. Meski hanya seekor kambing, namun terasa berkah untuk warga Kampung Cisema. Rata-rata, setiap kepala keluarga mendapatkan jatah daging kurban sekitar 1 ons.
Betapa tidak, setiap harinya warga Kampung Cisema hanya bekerja sebagai buruh tani dan ternak. Kambing memang banyak di kampung tersebut, namun statusnya milik orang lain. Warga Kampung Cisema hanya berperan sebagai buruh ternak atas kambing milik orang lain. Setiap menghadapi Idul Adha, pemilik kambing menjualnya kepada para pengurban.
Warga Kampung Cisema merupakan salah satu daerah terisolasi di Kabupaten Bandung. Untuk menjangkau jalan desa dan kecamatan saja, mereka harus berjalan kaki sepanjang tiga Kilometer (Km). Akses jalan kakinyapun hanya selebar 90 centimeter. Akses jalan itupun merupakan hibah dari salah satu warga di luar Kampung Cisema.
Akses jalan yang dihimpit pesawahan itu dibangun oleh Pemkab Bandung melalui pemerintah desa setempat pada 2012. Pembangunan jalan dengan menggunakan semen itu dipicu oleh adanya pemasangan pancang jaringan listrik. Untuk memudahkan warga memasang pancang listrik, maka dibangunlah jalan setapak.
Seluruh pembangunan jalan dan pemasangan pancang listrik dikerjakan oleh warga Cisema. ‘’Saat itu kami benar-benar butuh listrik, sehingga kami rela mengerjakannya sendiri. Ada 45 pancang yang kami gotong dan pasang,’’ ujar Atib (57 tahun), tokoh warga Cisema, kepada Republika.
Hadirnya jaringan listrik lumayan bisa mengurangi nestapa warga Kampung Cisema. Hampir seluruh warganya merupakan buruh tani dan bangunan. Dari upah bertani dan buruh bangunan itulah mereka bisa menutupi kebutuhan hidup bersama keluarganya.
Ada 75 kepala keluarga (KK) atau 190 jiwa yang tinggal di Kampung Cisema. Satu rumah di kampung itu rata-rata diisi oleh dua KK. Tidak ada seorang pun warga Cisema yang menjadi pegawai negeri sipil (PNS), TNI, Polri atau pegawai swasta berkecukupan.
‘’Hanya ada seorang yang bekerja sebagai buruh pabrik. Yang lainnya rata-rata bertani,’’ ujar Ketua RT 3/ RW 10, Kampung Cisema, Dodo Surahmat. Begitupun anak-anak di Kampung Cisema, selama ini harus meniti pendidikan dasar di SD Cijengkol yang jaraknya sekitar tiga Km dari kampungnya. Setiap hari, anak-anak itu berjalan kaki menuju sekolahnya.
Jika musim hujan, mereka berjalan tanpa alas kaki. Mereka sengaja melepas sepatunya karena takut kotor dan basah. Sepatunya dipakai kembali setelah tiba di sekolah. Begitupun ketika pulang di saat cuaca masih hujan, mereka kembali melepas sepatunya hingga sampai di rumahnya.
Dirinya menyampaikan terima kasih kepada BMH Perwakilan Jabar yang selalu memerhatikan warga Cisema. ‘’Jika boleh jujur, baru bantuan BMH yang sampai ke Cisema. Tidak ada CSR atau bantuan lainnya yang sampai ke sini (Kampung Cisema),’’ kata Dodo.
Menjelang Idul Adha ini, pihaknya berharap BMH Perwakilan Jabar semakin dipercaya oleh donatur dan calon donaturnya. Dengan demikian, kata Dodo, BMH Perwakilan Jabar bisa meningkatkan bantuan hewan kurban untuk warga Cisema.
Kepala BMH Perwakilan Jabar Zainal Abidin mengatakan, Kampung Cisema merupakan salah satu daerah terisolasi yang menjadi binaan BMH Jabar. Pihaknya sengaja memilih daerah terpelosok dan terisolasi yang menjadi kampung binaannya.
Pada daerah binaan itu, kata Zainal, BMH rutin memberikan bantuan pendidikan, sembako hingga khitanan massal. ‘’Kami siap membantu menyambungkan uluran tangan donatur untuk warga terisolasi dan terpelosok,’’ tandasnya.
Sumber: Republika