OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 01 Agustus 2017

Orang Arab Lecehkan Nama Ahmad dan Muhammad, Ini “Pembalasan” Muslim Indonesia

Orang Arab Lecehkan Nama Ahmad dan Muhammad, Ini “Pembalasan” Muslim Indonesia


ilustrasi (Getty Images)

10Berita-Tidak semua orang Arab melakukannya. Namun, tidak bisa dibilang hanya satu dua. Oknum-oknum itu biasa memanggil orang asing yang ‘derajatnya lebih rendah’ dengan panggilan “Ahmad” dan “Muhammad” disertai nada tinggi.

Hal itu membuat muslim Indonesia yang tinggal Arab Saudi geram. Hingga suatu hari, tibalah waktu itu. Berikut ini tulisan Azzam Mujahid Izzulhaq yang viral:

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Arab Saudi tahun 2010 lalu, sebetulnya ada beberapa hal yg kurang nyaman dan janggal. Salah satunya adalah penggunaan panggilan "Ahmad" atau "Muhammad" kepada orang lain atau orang asing yg 'derajatnya' dianggap lebih rendah.

Di hotel, seorang supervisor yg Saudi acapkali memanggil petugas Room Service anak buahnya, yg kebetulan non-Saudi dengan panggilan Ahmad atau Muhammad dengan intonasi yg membentak. Di restoran-restoran juga demikian. Orang-orang Saudi acapkali memanggil pelayan reatoran dengan panggilan Ahmad atau Muhammad, pun juga dengan intonasi yg kurang nyaman terdengar. Membentak dan lainnya.

Bukan hanya di dua sektor tadi. Penggunaan panggilan yg (bagi saya) tidak sopan ini, merebak di segala sektor.

Kenapa tidak menggunakan kata Akhi, Shadiqi, atau apalah sapaan dan oanggilan lain selain menggunakan nama Baginda Sayyidina Rasulullah Muhammad saw? Pertanyaan ini yg kadang seperti bom waktu yg ingin sekali diledakkan di depan orang-orang Saudi. Padahal, sebagian dari pemuja Saudi di Indonesia bahkan meributkan apabila menulis saya shallallahu 'alaihi wasallam dengan singkatan saw. Tak menghormati Baginda Rasul katanya. Ya salaam...

Satu waktu, terjadilah itu. Ketika itu saya mengajak rekan saya makan di salah restoran makanan khas Timur Tengah. Di sebelah saya, ada 4 orang Saudi yg hampir bersamaan datangnya.

Mereka kemudian memanggil pelayan restoran duluan untuk memesan makanan. "Ya Muhammad! Ta'al! Wahai Muhammad, sini!", kata salah seorang di antara mereka dengan intonasi yg keras. Pelayan yg dari wajahnya diketahui adalah orang Bangladesh, menghampiri dengan mimik datar. Mungkin dalam benaknya sudah biasa dia dibentak-bentak.

Mereka memesan 2 porsi makanan yg 1 porsinya cukup untuk makan 2 orang Saudi atau 4 orang Indonesia seperti saya.

"Nah, saatnya meledakkan bom waktu", gumam saya.

Saya pun kemudian memanggil pelayan. Saya tidak menggunakan panggilan biasa, apalagi panggilan seperti orang-orang Saudi.

"Ya Abdalaziz! Ta'al!" Hai Abdul Aziz, sini!", teriak saya. Sontak si pelayan kaget tapi raut mukanya tersenyum sambil menghampiri saya dan rekan saya.

Ternyata 4 orang Saudi di samping saya tadi berdiri juga menghampiri. Mereka lebih dahulu membombardir saya dengan pertanyaan dan pernyataan ketidaksukaan.

"Kenapa kamu panggil dia (pelayan ini) dengan panggilan Abdulaziz? Abdulaziz adalah kakek kami yg melahirkan kerajaan yg diberkahi Allah ini! Kamu kurang ajar orang Indonesia!", hardik dia sambil menggerakkan tangan khas orang Saudi jika berbicara.

Saya menjawab mereka, "Lalu kenapa kamu memanggil dia (pelayan ini) dengan panggilan Muhammad? Muhammad adalah Nabi dan Rasul yg mulia. Ia bukan hanya mengajarkan orang Arab tentang indahnya ber-Islam dengan keagungan akhlaknya pada sesama! Melainka ia mengajarkan dan mendakwahkan Islam bagi seluruh umat manusia. Sehingga kami yg jauh dari kota lahirnya Rasulullah yg diberkahi ini bisa keluar dari zaman kegelapan menuju cahaya Islam! Lebih kurang ajar siapa?"

Mereka masih misuh-misuh tapi intonasinya sudah mulai datar. Saya tidak memperdulikan, saya memesan makan saja kepada pelayan ini. Dia tersenyum lebar.

Selesai makan, kami (saya dan rekan serta 4 orang Saudi tadi) hampir bersamaan keluar dari restoran. Mereka masih misuh-misuh. Sayup terdengar salah seorang mereka berkata, "Sudahlah mereka orang miskin yg mencari hidup di Saudi."

Saya tidak melayaninya, saya tekan remote kunci mobil saja. Saya dan rekan saya naik. Saya buka kaca jendelanya sambil memasang kaca mata hitam. Saya lambaikan tangan kepada mereka sambil berkata, "Assalamu'alaikum. Semoga Allah memberikan rezeki padamu untuk membeli mobil baru".

Dari kaca spion saya melihat mereka terpana.

***
Mungkin mereka baru tahu ada orang asing sombong yg berani menyombongi mereka di sana.

Mungkin juga, seperti biasanya, jika saya menceritakan tentang Arab Saudi dari sisi lainnya, ada yg menyimpulkan bahwa saya adalah pembenci Saudi. Padahal, ah sudahlah. Saya sudah tahu kadar 'kelelakian' mereka.

*Mobil yg saya naiki Chevrolet Suburban pabrikan General Motors versi terbaru saat itu. Sementara mobil mereka sedan buatan Jepang dengan produksi tahun 7 tahun ke belakang.

#AMI
#SelamatkanDuniaIslam
#LintasanPikiran

Sumber: Tarbiyah

Related Posts:

  • Partai Allah dan Partai Setan, Adakah?Partai Allah dan Partai Setan, Adakah? 10Berita ,  Polemik partai setan dan Partai Allah terus berlanjut hingga Amien Rais dilaporkan ke polisi. Dikutip dari teropongsenayan.com,Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indo… Read More
  • Menghina Syariat Islam Bukan Perkara RinganMenghina Syariat Islam Bukan Perkara Ringan 10Berita – Menghina Syariat Islam Bukan Perkara Ringan. Allah Ta’ala berfirman:يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِم… Read More
  • Usatdz Abdul Somad: Politik Tidak Bisa Dipisahkan dari AgamaUsatdz Abdul Somad: Politik Tidak Bisa Dipisahkan dari Agama 10Berita – Menjelang pesta demokrasi 2018-2019, banyak tokoh agama hingga politik bermunculan untuk melakukan dakwah di berbagai daerah. Dalam ceramah yang mereka s… Read More
  • Bolehkah Ulama Berpolitik? Ini Kata Ustaz Abdul Somad Bolehkah Ulama Berpolitik? Ini Kata Ustaz Abdul Somad 10Berita, PAROMPONG—Dalam tausiah bareng Aa Gym dan TGB Muhamad Zainul Majdi di Eco Pesantren Daarut Tauhid, Ahad (1/4/2018) lalu, Ustaz Abdul Somad yang dikenal de… Read More
  • Kartini, Tak Sekadar Kebaya dan KondeKartini, Tak Sekadar Kebaya dan Konde   Oleh: Rizki Amelia Kurnia Dewi, S.I.Kom Ibu Rumah Tangga, Owner RBB “Cerdas Media” BULAN April selalu identik dengan Hari Kartini. Tepatnya tiap tanggal 21 April,… Read More