OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 05 Agustus 2017

Pengaruh TURKI di Palestina Yang Ditakuti ISRAEL

Pengaruh TURKI di Palestina Yang Ditakuti ISRAEL

10Berita-Media Middle East Monitor memberitakan bahwa dua anggota Knesset (parlemen Israel) yang berasal dari sayap kanan pada bulan Juni menyerukan diadakannya sebuah sesi parlemen untuk mendiskusikan keberlanjutan dukungan Turki yang terus berjalan dan alokasi bantuan untuk Yerusalem Timur dan Masjidil Aqsa.

Israel HaYom, sebuah koran berbahasa Hebrew yang dekat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, melaporkan bahwa Rabbi Yehuda Glick, seorang anggota partai sayap kanan Likud di Israel, dan Shuli Maalem, seorang anggota dari parti sayap kanan Rumah Yahudi (Jewish Home), telah menyerukan agar komite keamanan dan luar negeri Israel menggelar pertemuan untuk mendiskusikan peran besar Turki di Yerusalem Timur yang diduduki Israel.

Mereka meminta diadakannya pertemuan tersebut setelah surat kabar yang sama mempublikasikan sebuah laporan di halaman depan mereka pada edisi hari Rabu yang mengkritisi aktivitas kemanusiaan Turki di kota bersejarah tersebut. Laporan tersebut menegaskan bahwa satu abad pasca kejatuhan Khilafah Utsmaniyah, Turki mulai kembali meningkatkan pengaruhnya di kawasan dengan menuangkan jutaan dollar bantuan pada Yerusalem Timur. Menurut laporan itu pula, sekutu-sekutu Turki di Yerusalem Timur adalah musuh besar Israel: yaitu Sheikh Raed Salah, ketua dari Islamic Movement in Israel (cabang utara), dan Sheikh Ikrima Sabri, mantan mufti agung Jerusalem. Koran tersebut lalu menyayangkan peningkatan popularitas Turki dan presiden Recep Tayyip Erdogan ditengah warga Palestina di Yerusalem.

Pada awal bulan ini, sebuah laporan telah dipersiapkan untuk Nir Barkat, walikota bagi Yahudi di Yerusalem, mengenai peningkatan pengaruh Turki di kota tersebut dengan judul, “orang-orang Turki mengambil alih Jerusalem”.

Di media asli Israel yaitu israelnationalnews.com, sebuah artikel oleh Uzi Baruch juga menyebut bahwa Turki menghabiskan puluhan juta Dollar untuk mendapatkan pengaruh didalam “ibukota Israel” itu dan untuk “meningkatkan tensi antara warga Arab dengan Israel”. Menurut laporan yang akan dipublikasikan secara penuh oleh Jurnalis Nada Shragi di media Yisrael Hashavua, sejak 2004 sekitar 63 Juta Dollar (800 miliar Rupiah) dari berbagai organisasi non pemerintah serta pemerintah Turki sendiri telah disalurkan pada berbagai organisasi di Yerusalem Timur yang didedikasikan untuk “melindungi dan memperkuat karakter dan warisan muslim di Yerusalem.”

Sebagian dari dana ini telah ditransfer oleh pemerintah Turki melalui Turkish International Cooperation and Development Agency (TIKA), sebuah lembaga pemerintah yang dipimpin oleh Dr. Serdar Cam. Cam adalah seorang sekutu dekat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Berdasarkan persepsi media ini, Pemerintah Turki telah membuat relasi dengan elemen-elemen Islam radikal didalam Israel, termasuk cabang utara dari Islamic Movement in Israel yang dipimpin oleh pendukung Hamas Raed Salah, dan mantan Mufti Agung Yerusalem Ekrima Said Sabri, seorang pembantah Holocaust yang mengancam akan mengobarkan perang agama jika kedutaan Amerika Serikat di Israel dipindahkan ke Yerusalem.

Beberapa dari dana yang dikirim dari Turki ke Yerusalem Timur melalui TIKA digunakan untuk berbagai proyek pembangunan maupun restorasi, termasuk eskavasi di kota tua, memperbaharui Ottoman Imperial Documents Archive on the Temple Mount (Arsip Document Kekhalifahan Utsmaniyah di Al Haram As Sharif), membeli sebuah sistem air baru untuk ibadah umat Islam di Temple Mount (Al-Haram As-Syarif), merestorasi sebuah pemakaman Muslim dekat tembok timur di Temple Mount. Tapi uang yang berasal di Turki ini juga digunakan untuk membayar transportasi bagi anggota kelompok Islam radikal menuju Temple Mount untuk melakukan (apa yang dalam pandangan media ini sebagai) provokasi dan penyerangan terhadap Yahudi.

Kelompok-kelompok yang disokong menggunakan dana ini termasuk Murabitoun (bedakan dengan Murabitun World Movement) dan Murabitat, dua organisasi terlarang yang terkait dengan cabang utara dari Islamic Movement in Israel.

Shragi mengklaim bahwa keterlibatan Turki dengan berbagai kelompok Islam di Yerusalem merupakan bagian dari sebuah usaha terkendali untuk menyandingi Yordania, penjaga sah dari tempat-tempat suci Islam di kota tersebut. “Pasca usaha intensif Turki (di Yerusalem), status Yordania telah melemah, (meskipun) dalam perjanjian perdamaian telah dijanjikan dengan Israel bahwa (Yordania) akan diakui sebagai otoritas muslim senior dalam segala hal yang berhubungan dengan situs-situs Islam di Yerusalem."

Laporan-laporan ini bukanlah isapan jempol. Pada 2016 lalu, ketua Departemen Sains Politik dan Media di Universitas Umma di Gaza, Adnan Abu Amer, menulis bahwa ada indikasi bahwa mulai terjadi pertukaran peran antara Jordania dan Turki di Yerusalem; Turki terlihat mendapat peningkatan pengaruh sementara Jordania terlihat mulai kehilangan pengaruhnya. Pada 25 April 2016, Istanbul manjadi tuan rumah dari festival “Thank You Turkey” yang diorganisasi oleh beberapa organisasi nonpemerintah serta dihadiri oleh Khaled Meshaal dari Hamas serta Ikrima Sabri, mantan mufti agung dan imam besar Yerusalem.

Sabri memberitahu Al-Monitor bahwa: “Bantuan Turki bagi kota suci berkontribusi bagi rekonstruksinya secara umum dan mengangkat penderitaan warga Yerusalem dengan mendanai berbagai program sosial dan kemanusiaannya. Kami, Warga Yerusalem, berterimakasih kepada presiden Turki serta pemerintah dan rakyatnya atas bantuan mereka.”

Sabri mengimbau pada warga Turki serta institusinya untuk mengunjungi Yerusalem, pasca mulai menurunnya dukungan Arab. Ia menambahkan, “negara-negara Arab tersibukkan oleh masalah internal mereka dan berbagai konflik berdarah dan telah mengabaikan kota ini, belum lagi kompetisi antara Turkey dengan negara-negara Arab.”

Mungkin perbandingan yang jelas mengenai bagaimana warga Yerusalem menyambut pejabat Turki dan Yordania mengindikasikan perubahan pengaruh dan merefleksikan apresiasi besar yang diberikan warga Yerusalem pada Turki. Pada 15 Mei 2015, saat Menteri Agama Turki Mehmet Gomez mengunjungi Yerusalem, ia disambut dengan hangt dan diminta untuk memberikan khutbah Jumat di masjid tersebut. Tapi seminggu kemudian, kunjungan oleh kepala hakim Yordania Ahmed Halil disambut dengan upaya serangan dan pencegahan untuk beribadah di masjidil Aqsa, menyebabkan rombongan tersebut harus kabur dari wilayah Masjidil Aqsa.

Sementara itu, lanjut Adnan Abu Amer, Turki telah melakukan lebih untuk membantu Yerusalem. Beberapa institusi Turki seperti agensi TIKA, Asosiasi Mahasiswa Meshale Internasional dan Kanadil Organization sedang menerapkan proyek-proyek kemanusiaan. Bulent Korkmaz, koordinator program TIKA di Yerusalem menyebutkan pada Al-Monitor, “Berbagai proyek Turki di Yerusalem adalah proyek-proyek kemanusiaan dan bantuan. Ini termasuk penyelesaian proyek perumahan mahasiswa di Universitas Al-Quds dengan biaya 10 Juta Dollar, memberi bantuan peralatan pada pengarsipan Peradilan Syariah, merestorasi rumah panti jompo, menyediakan ribuan makanan sahur dan berbuka puasa di bulan Ramadan, menyuplai berbagai peralatan elektronik ke sekolah-sekolah Yerusalem, merestorasi berbagai rumah dan toko dan meningkatkan jumlah kelas-kelas di beberapa sekolah.”

Dua alasan melatarbelakangi tumbuhnya pengaruh Turki di Yerusalem. pertama, bangsa Turki memiliki perasaan solidaritas kuat pada saudara muslim mereka -khususnya Sunni- yang membuat mereka mendukung Masjidil Aqsa. Kedua, kepemimpinan Turki (Erdogan) memainkan peran regional yang sama dengan yang dulu dimilili Kekhalifahan Utsmaniyah di dunia Arab dan Muslim. Ini mungkin menjelaskan peningkatan dukungan Turki di wilayah Palestina.

Turki telah bekerja untuk mempromosikan hubungannya dengan Yerusalem. Kementerian Agama Turki (Diyanet) mengeluarkan sebuah keputusan yang bertanggal April 2015 agar Masjidil Aqsa dimasukkan kedalam rangkaian perjalanan Umrah. Warga Turki akan tinggal 3 hari di Yerusalem, 4 hari di Madinah dan 7 hari di Makkah.

Mantan mentor Urusan Yerusalem Khaled Abu Arafa mengatakan bahwa bendera-bendera Turki, restoran-restoran Shawarma Turki dan banyaknya foto Erdogan terpampang di dinding-dinding Yerusalem mengindikasikan bahwa Turki serius dalam upaya mereka untuk meningkatkan pengaruh di kota tersebut. (Mohamad Radytio)

Sumber: Portal Islam