Standar Ganda AS dan Serangan ‘Teroris’ Kulit Putih di Virginia
10Berita, Washington – Komentar Donald Trump terkait serangan di Charlottesville, Negara Bagian Virginia memperkuat opini publik bahwa AS memainkan standar ganda dalam menyikapi serangan di negaranya. “Kami sangat mengecam aksi yang menunjukkan kebencian, intoleransi, dan kekerasan di segala sisi. Di segala sisi,” ujar Trump.
Serangan terjadi pada Sabtu pagi waktu setempat (12/08), di mana ada dua kelompok massa yang berkumpul sebelumnya. Yaitu kelompok nasionalis kulit putih yang dipimpin aktivis Jason Kessler dan kelompok antirasisme.
Aksi yang dipimpin Kessler itu disinyalir merupakan salah satu yang terbesar dalam dekade ini. Itu adalah kali ketiga aksi serupa dilakukan di Charlottesville dalam kurun waktu empat bulan belakangan. Pemicunya adalah ketidaksepakatan atas ide pemindahan patung tokoh konfederasi.
Pihak nasionalis sayap putih menganggap pemindahan itu sebagai penghinaan terhadap sejarah. Sedangkan yang pro berargumen bahwa patung tersebut hanya mengingatkan luka hati akibat pasukan konfederasi berabad lalu.
Kedua pihak sempat bentrok sebelum akhirnya pendukung kelompok ekstrem sayap kanan James Alex Fields Jr menabrakkan mobil Dodge Challenger abu-abu miliknya ke kelompok antirasis. Satu orang tewas dan 19 lainnya mengalami luka-luka. Korban tewas bernama Heather Heyer. Fields kini sudah ditangkap dan mendekam di penjara Virginia.
Dalam hal ini, pernyataan Trump tidak secara langsung mengecam kelompok nasionalis kulit putih yang jelas-jelas memicu bentrokan di kota yang pernah dinobatkan sebagai kota terbahagia di AS pada 2014 versi National Bureau of Economic Research (NBER) itu. Berbeda ketika pelakunya dari kalangan Muslim. Pernyataan yang dinilai setengah hati itu pun langsung menuai kecaman publik.
Kritik tidak hanya datang dari jagat dunia maya. Tapi juga dari anggota partai yang mendukungnya. Senator Cory Gardner dari Republik meminta Trump menyebut serangan di Charlottesville sebagai aksi terorisme domestik. Senator Ted Cruz dari Partai Republik juga meminta Departemen Kehakiman ikut menyelidiki dan menganggap insiden tersebut sebagai serangan terorisme domestik.
“Trump tak bakal menyebut nasionalis kulit putih sebagai teroris karena itu mendeskripsikan para pendukungnya, staf, keluarga, dan dirinya sendiri,” cuit salah seorang netizen, C.J. Werleman. Kelompok nasionalis kulit putih memang kian berani muncul saat masa kampanye pilpres AS tahun lalu. Dalam setiap aksi, mereka selalu menyatakan dukungan terhadap suami Melania Knauss tersebut.
Trump sendiri kerap mengeluarkan kebijakan yang dianggap rasis. Sebut saja Muslim Ban yang melarang warga dari negara-negara tertentu masuk ke AS. Atau keinginannya membangun pagar di perbatasan dengan Meksiko untuk mencegah warga negara tersebut masuk dan berbuat “criminal” di AS.
Tahu bahwa pimpinannya dikecam banyak pihak, Gedung Putih buru-buru mengklarifikasi. “Presiden kemarin mengatakan bahwa dia mengecam semua bentuk kekerasan, kebencian, dan kefanatikan. Juga, tentu saja itu termasuk supremasi kulit putih, Ku Klux Klan (KKK), neo-Nazi, dan semua kelompok ekstremis lain,” bunyi pernyataan Gedung Putih kemarin (13/08). Kasus yang menjadi sorotan dunia itu kini sudah ditangani FBI.
Sementara itu, Gubernur Virginia Terry McAuliffe langsung mendeklarasikan status darurat begitu mengetahui serangan penabrakan di Charlottesville.
Sumber: Jambi Independent
Redaktur: Ibas Fuadi
Sumber: Kiblat