Kepatutan BIN Beli Senjata Api Dipertanyakan
10Berita, Jakarta – Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Djamil mempertanyakan kepatutan Badan Intelijen Negara (BIN) membeli senjata api. Menurutnya, BIN hanya bertugas untuk mengumpulkan informasi.
“Saya nggak tahu senjata untuk BIN itu untuk apa. Karena ini kan badan intelijen. Ini kan badan yang mencari, mengumpulkan, dan mengolah informasi kepada presiden,” kata Anggota Komisi III DPR RI ini kepada Kiblat.net di Gedung Nusantara II DPR RI, Jakarta pada Selasa (26/09).
“Pertanyaannya, mau diapakan senjata itu. Saya pikir harus transparan,” sambungnya.
Nasir melanjutkan, Komisi I DPR RI yang berkaitan dengan pengawasan BIN diharapkan bisa menagih kepada pimpinan badan intelijen agar transparan dan jelas. Supaya, publik bisa mendapatkan informasi yang akurat.
“Karena tugas pokok BIN itu kan mengolah, mengumpulkan, mengevaluasi kemudian menyodorkan informasi berkualitas kepada presiden,” tukasnya.
Sebagaimana diketahui, Badan Intelijen Negara (BIN) membeli 517 senjata dari PT Pindad. Dalam hal ini, PT Pindad juga membenarkan adanya pemesanan senjata yang dilakukan oleh Badan Intelijen Negara.
“Benar, ada kontrak dengan PT Pindad untuk BIN, 517 (pucuk senjata),” ungkapnya.
Sebelumnya, Menkopolhukam Wiranto berujar bahwa institusi yang membeli senjata standar TNI itu adalah BIN. Tujuan pembelian senjata adalah untuk keperluan pendidikan intelijen. Jumlahnya bukan 5000 pucuk tetapi 500 pucuk senjata laras pendek buatan PINDAD. Pengadaan senjata itu ijinnya bukan dari Mabes TNI tetapi cukup dari Mabes Polri.
Reporter: Taufiq Ishaq
Editor: Fajar Shadiq
Sumber: Kiblat.