OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 15 September 2017

Kisah Haru Pemilik Restoran Tertua di Nablus

Kisah Haru Pemilik Restoran Tertua di Nablus


10Berita~RESTORAN Fuad Halawa telah buka sejak tahun 1936 di jantung kota tua Nablus di Tepi Barat utara. Restoran ini adalah restoran tertua yang masih beroperasi di kota ini. Masih eksis meski tanpa dikunjungi pelanggan.

Abu Imad, lansia berusia 82 tahun, duduk dengan senyuman khasnya dan menceritakan masa lalu restoran kebanggannya tersebut. Ia masih ingat ketika Al-Nasr Square masih ramai, di mana sebuah masjid dan ‘Gedung Kemenangan’ berada, bersama restorannya yang masih melestarikan warisan budaya tradisional yang sederhana, selama beberapa dekade.

Dijuluki ‘The Victory Restaurant’ karena restoran ini berdiri bertepatan dengan kemenangan rakyat Palestina pasca Revolusi 1936.

Restoran tersebut telah menjadi sumber penghidupan keluarganya selama bertahun-tahun, dan masih begitu hingga hari ini. Abu Imad mencatat bahwa restoran tersebut belum berubah sejak didirikan, namun hari ini restorannya hampir tak pernah didatangi pelanggan.

“Ini adalah restoran tertua di wilayah ini, dan semua orang tahu itu. Restoran ini biasa menerima beberapa pelanggan atau kerabat keluarga, yang datang khusus untuk mencoba makanan dengan citarasa tempo dulu,” ungkap Abu Imad kepada PIC.

Abu Imad ikut bekerja dengan ayahnya di restoran tersebut sejak lulus SD. Abu Imad masih menyimpan apa yang ditinggalkan ayahnya seperti piring, sendok dan panggangan daging yang dia bawa dari Aleppo (Suriah) puluhan tahun yang lalu.

“Saya sering menginap di restoran sampai malam hari, tak peduli apakah ada pekerjaan yang harus dilakukan atau tidak,” kata Abu Imad.

Restoran ini terletak beberapa meter dari Menara Jam yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II dan bisa dilihat dari beberapa tempat di Nablus.

Abu Imad mengaku bahwa pelanggannya saat ini terbatas pada orang-orang di Kota Tua. Beberapa pelanggan lebih suka membawa daging, tomat dan bawang ke restoran Abu Imad untuk dibuatkan daging panggang bagi mereka, dibandingkan membeli langsung di restorannya.

“Restoran yang telah dibangun ayah saya ini telah mengantarkan beberapa anggota keluarga saya lulus sekolah tinggi, termasuk dokter, pengacara dan insinyur,” ujar Abu Imad.

Abu Imad mengingat hari-hari ketika dia bekerja di samping ayahnya dan enam pekerja lainnya. Sayang, sekarang tidak ada orang kecuali ia sendirian yang masih bekerja di restoran tua tersebut.

Abu Imad meminta pejabat berwenang untuk kembali membuka kantor-kantor pemerintah di Kota Tua, yang akan membawa perbaikan ekonomi bagi warga sekitar.

“Jika Anda melihat daerah ini sekarang, Anda hanya akan melihat kota mati,” tambah Abu Imad.

Abu Imad mencatat bahwa situasi ekonomi telah lemah selama hampir lima tahun, karena orang lebih suka pergi ke restoran di pusat kota dan ia mengungkapkan kesedihannya yang mendalam atas apa yang terjadi pada restorannya. Mengingat ‘masa kejayaan’ restorannya masa lalu, besar harapan restorannya akan berkembang kembali. []

Sumber: islampos