OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 28 September 2017

Seramnya Islam Bernegara , Jangan Coba-coba Diterapkan !

Seramnya Islam Bernegara , Jangan Coba-coba Diterapkan !

Oleh: Abdul Qodir

Dalam sebuah komunitas/kumpulan manusia baik skala besar maupun skala kecil problematika adalah hal yang niscaya. Namun timbulnya problematika ini kadang selalu tidak sejalan dengan solusi yang ditawarkan. Jika jeli, anda akan menemukan jejalan dan doktrinasi gagasan-gagasan yang terus diulang dengan gencar, namun secara bersamaan pula menenggelamkan gagasan lain yang padahal sudah terbukti sukses memecahkan segala bentuk permasalahan. Dari mereka –sebagai pelaku yang mestinya bertanggung jawab– munculah secara sekonyong-konyong istilah relefansi, ketidaksamaan situasi dan kondisi zaman. Artinya Islam tidak relefan dijadikan dasar. Mereka berdalih seperti itu secara sepihak tanpa ada sedikit pun kajian mendalam, koferhen dan komparatif.

Islam, sebagai agama dan juga mabda (ideologi) telah memimpin peradaban dunia selama kurang lebih 14 abad, sebelum akhirnya tenggelam, kemudian dipaksa terkubur pada maret 1924 lewat Mustafa Kemal Attatruk. Dari sini gencar opini penimbunan untuk tidak memunculkan Islam sebagai solusi mumpuni untuk permasalahan negeri.

Sementara sampai saat ini umat semakin kalut, frustasi dengan semua gagasan yang ditawarkan. Pemilu sebagai ritual khas dari sistem Demokrasi juga belum menghasilkan apapun selain hutang-hutang yang semakin menjulang dan kebijakan yang terus lahir dari pesanan asing. Kapitalisme, demokrasi, dan Sekulerisme sebuah paketan ekspor yang semakin mencokol dan membuat onar tidak juga sadar bahwa dirinya adalah sumber kerusakan. Jika dikatakan kepada mereka “janganlah kalian membuat kerusakan”, mereka sambil dzikir memuji asma Allah berkata: “innama nahnu muslihuun” sesungguhnya kita ini sedang mengadakan perbaikan, katanya. Padahal “alaa innahum humul mufsiduuna walakin laa ya’lamun”, mereka itu sebenarnya yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.

Hingga detik ini kita sebagai kaum muslim,  tidak juga mendapati sesuatu yang terkubur itu menjadi sebuah solusi baru sebagai obat penyembuh dari segala permasalahan.Alhamdulillahnya, dari kondisi ini banyak kaum muslim yang berusaha bangkit karena sadar bahwa dirinya terserang penyakit. Namun sedikit yang disayangkan, meskipun banyak yang bergerak karena desakan dan merasa terancam, mereka terkadang keliru dalam melakukan diagnosis. Di antara mereka ada yang memandang bahwa kerusakan ini akibat dari kemiskinan, kurangnya pendidikan, dari kubu lain muncul juga anggapan bahwa ini dikarenakan akhlak yang kurang baik, sementara muncul juga anggapan bahwa ini dikarenakan syirik dan kekufuran individual, tanpa mengklasifikasi kekufuran masyarakat sebagai implikasi ketiadaan negara dengan kekufuran individual.  Padahal kerusakan ini karena Islam tidak diterapkan menjadi dasar pengambilan hukum dari sebuah Negara. Artinya ini menyangkut permasalahan politis, di samping permasalahan-permasalahan lain yang timbul. Meminjam kata-kata Bertoch Brecht, tentang bagaimana sebuah kebutaan terhadap permasalahan politis dan kaitannya antara sistem dengan permasalahan moral, pendidikan dan macamnya. Brecht berujar bahwa Buta terburuk adalah buta politik, orang yang buta politik tidak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat, semuanya tergantung keputusan politik. Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar: Aku benci Politik!! Sungguh bodoh dia, yang tak mengetahui bahwa karena dia tak mau tahu politik, akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar perampokan dan yang terburuk korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan negara. Maka ini semakin menegaskan pada kita bahwa hampir segala permasalahan yang muncul di suatu negeri berawal dari sistem politik dan dasar hukum yang digunakan dalam berpolitik, tidak melulu soal akhlak, kemiskinan, dan moralitas. Karena itu jelaslah dihadapan kita bahwa korupsi, suap menyuap, kasus sodomi, pemerkosaan, harga yang melambung dan permasalahan yang jika diuraikan akan semakin pelik ini adalah buah dari sistem pemerintahan demokrasi yang menjadikan suara rakyat sebagai sumber hukum,  padahal “Inil hukmu illa lillah” hak preogatif membuat hukum itu hanya  milik Allah. Maka Demokrasi sebagai sistem gagal harus segera digantikan dengan Islam.

Namun benar! sampai saat ini Islam selalu ditutupi itu. Dengan berbagai cara, ada banyak siasat dan tipu muslihat yang mencoba menguburnya dalam sekali. Mulai dari dagangan rasis SARA, sampai yang terbarukan dengan strategi marketing berlabel terorisme, fundamentalis, ekstrimis, dan penggencaran opini Islamphobia yang lainnya. Mereka berencana menjadikan mindset seluruh penghuni semesta sehingga tercipta pemikiran yang sama bahwa Islam adalah Ideologi Setan!. Namun Islam tetaplah Islam, dan Allah telah berjanji untuk selalu menjaganya. Islamlah agama yang merangkap sebagai ideologi yang jelas dan rasional dengan segala kesempurnaan sebagai solusi dari permasalahan kehidupan beragama dan bernegara.

Negara dalam perspektif Islam bukan perkara mubah dan sunnah nafilah, juga bukan soal diperlukan atau tidak, tetapi esensinya merupakan kehidupan Islam itu sendiri. Meminjam kata-kata Imam al-Ghazali bahwa “agama dan negara itu saudara kembar” menandakan bahwa tidak ada kehidupan bagi Islam tanpa negara. Negeri yang di dalamnya terdapat komunitas muslim mayoritas tidak bisa disebut Negara yang Islami, sekalipun didalamnya terdapat banyak masjid, masyarakatnya ta’at dan kualitas keimanannya tidak diragukan. Negara dalam pandangan Islam adalah sebuah wilayah yang menerapkan sistem Islam, meskipun didalamnya umat Islam hanya minoritas.

Dengan berkaca pada sejarah ketika Islam dijadikan dasar dalam bernegara maka betul, apa yang mereka serukan itu,

SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami pihak borjulis yang tidak sedikitpun mengenal Allah, karenanya JANGAN COBA DITERAPKAN pada kami!, katanya

SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami para koruptor, karenanya JANGAN COBA DITERAPKAN di aktifitas kami!, katanya

SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami para pelacur, karenanya JANGAN COBA DITERAPKAN di ranjang kami! Katanya

SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami para mucikari, karenanya JANGAN COBA DITERAPKAN di perniagaan kami! Katanya

SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi para pencuri, germo, penjudi, pemabuk, pendengki, dan Ahli maksiat. karenanya mereka siap berdemo dan berontak, 
Apa anda juga akan ikut dalam barisan mereka, rela mati mengejar predikat syahid dalam pemberontakan melawan hukum Allah?

Biarlah Islam menyeramkan bagi segala macam kemaksiatan, karena saya terlanjut senang dengan kalimat Sayyid Quthb dalam Fi dhilal qur’an: “Islam merupakan agama yang realistik, yang membuktikan bahwa larangan dan nasihat saja tidaklah cukup. Juga membuktikan bahwa agama ini tidak akan tegak tanpa adanya negara dan kekuasaan. Agama adalah manhaj atau sistem yang menjadi dasar kehidupan praktis manusia, bukan hanya perasaan emosional yang tersemat dalam hati, tanpa kekuasaan, perundang-undangan, manhaj yang spesifik dan konstitusi yang jelas”

#IndonesiaMilikAllah, maka sudah sepantasnya terapkan hukum Allah.

Sumber:Eramuslim