OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 13 Oktober 2017

Akhirnya Suu Kyi Buka Mulut, PBB: Segera Hentikan Kekerasan

Akhirnya Suu Kyi Buka Mulut, PBB: Segera Hentikan Kekerasan


10Berita–Penasihat Nasional Myanmar, Aung San Suu Kyi, akhirnya membuka mulut dan mendesak langkah bantuan kemanusiaan, rehabilitasi, relokasi dan pembangunan di negara bagian Rakhine yang terkena dampak konflik, tulis kantor berita China Xinhua mengutip Kantor Berita Myanmar.

San Suu Kyi menyampaikan hal ini dalam rapat koordinasi yang diadakan di Pusat Rekonsiliasi dan Perdamaian Nasional di Nay Pyi Taw pada hari Kamis, Suu Kyi menggariskan prioritas pemerintah untuk pelaksanaan langkah yang efektif.

Panggilan tersebut dilakukan sehari setelah pemerintah Myanmar mengadakan kunjungan ke lima negara tetangga ke daerah konflik di Rakhine, yang diketuai oleh Menteri Penasihat Negara U Kyaw Tint Swe.

Menteri Utama Rakhine U Nyi Pu mengatakan bahwa pemerintah Myanmar mendesak pelaksanaan rehabilitasi di tiga wilayah, penyusunan daftar, persediaan makanan untuk pengungsi dan peningkatan komunikasi dan transportasi, tulisReuters.

Desakan PBB  

Sementara itu, hari Rabu, PBB kembali mengulangi desakannya kepada Myanmar untuk menghentikan kekerasan dan tirani terhadap etnis minoritas Rohingya di Rakhine barat.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB hari ini meminta pemimpin de facto di negara itu, Aung San Suu Kyi untuk segera mengambil tindakan untuk menghentikan penganiayaan Rohingya, menyebabkan setengah juta orang etnis Muslim melarikan diri ke negara-negara tetangga.

“Permintaan kami untuk Aung San Suu Kyi ingin dia segera menghentikan kekerasan,” kata Jyoti Sanghera, Direktur HAM PBB Asia Pasifik.

Sanghera berbicara dalam sebuah briefing di Jenewa untuk mempresentasikan sebuah laporan tentang kampanye militer Myanmar melawan sejumlah minoritas di Rakhine.


Dia juga mengungkapkan keprihatinan atas nasib pengungsi Rohingya yang mungkin dipenjara atau ditahan saat kembali ke Myanmar, di mana status kewarganegaraan dan hak-hak mereka ditolak masyarakat Myanmar.

Sejak Tentara Solidaritas Rohingya Arakan (ARSA) telah menyerang pos polisi di Rakhine pada 25 Agustus, militer Myanmar melakukan aksi pembersihan etnis dan menyebabkan ratusan ribu penduduk di beberapa bagian distrik Maungtaw mengungsi.

PBB menggambarkan operasi tersebut sebagai ‘contoh buku pembersihan etnis’.*

Sumber: Hidayatullah