OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 01 Oktober 2017

Ilham Aidit: Papah itu Muadzin dan Sangat Peduli pada Masjid, Netizen: Ahok Juga Peduli


Ilham Aidit: Papah itu Muadzin dan Sangat Peduli pada Masjid, Netizen: Ahok Juga Peduli

Ilham Aidit bersama salah satu tim jawapos.com saat menunjukan penggalan kisah ayahnya yang telah dibukukan. (gunawan wibisono/jawapos.com)

10Berita- Mohon baca sampai selesai, jangan berhenti di tengah.

Tidak banyak orang tahu bahwa mantan Ketua Umum Partai Komunis Indonesia (PKI), Dipa Nusantara (DN) Aidit memiliki suara yang merdu dan sangat perhatian dengan kondisi masjid di kampungnya.

Di kawasan Antapani, Bandung, Jawa Barat, Ilham Aidit, anak DN Aidit keempat, dan kini satu-satunya keturunan Aidit yang tinggal di Indonesia, berkisah tentang masa kecil dan remaja DN Aidit.

Ilham yang saat itu mengenakan kemeja cokelat dan celana bahan gelap, tampak ramah dah hangat saat menyambut kedatangan tim yang sudah sejak subuh bertolak dari Jakarta ke Bandung. Meskipun di awal, Gunawan reporter JawaPos.com menduga sosok Ilham ini sangat galak dan sulit di wawancarai. Karena beberapa kali Ia mendapat suara bernada tinggi saat berhubungan via telpon dengan Ilham.

Awalnya Ilham yang kini bekerja dibidang sipil dan arsitek itu mengaku enggan untuk memabahas masa lalu. Seperti ada hal yang ingin disimpan rapih agar bisa fokus untuk berfikir ke depan. Salah satunya ya wacana rekonsiliasi.

Namun, seiring oborolan kami di ruang tamu rumah dua lantai itu, Ia mulai mengenang sosok sang Papah (Panggilan Aidit oleh anak-anaknya), sewaktu remaja di Belitung. Hal itu juga dirasa cukup perlu baginya, mengingat banyak persepsi negatif dan belebihan soal ayahnya di masyarakat dan sengaja diciptakan oleh okunum tertentu.

Ilham yang terlahir kembar itu, kemudian menuturkan papahnya adalah orang yang taat kepada agama Islam. Bahkan Aidit kesalehannya tidak perlu diragukan lagi untuk bocah seumurannya.

"Aidit itu umur 15 di Belitung, dia terkenal sangat saleh, bapaknya (Abdullah Aidit) juga seorang Masyumi," ujar Ilham yang menamatkan kuliahnya di Universitas Parahiyangan (Unpar) itu.

Kuatnya ajaran Islam di keluarga Aidit sepertinya melekat pada Ilham. Di rumahnya yang bercat cokelat muda, tampak kaligrafi kecil bertulis Allah di dekat pintu masuk. Begitupun di meja kayu di sebelah tempat Ilham duduk dan bercerita kepada kami juga ada sebuah Alquran yang sepertinya cukup sering dibuka karena bentuknya yang sudah agak lecek.

Ilham mengaku orang-orang yang mengetahui masa kecil papahnya banyak bercerita pada dirinya. Termasuk kisah suara Aidit yang bagus dan jernih. Oleh sebab itu Aidit dipercaya untuk selalu melakukan azan.

“Papah itu waktu kecil Muadzin. Dia selalu melakukan azan saat waktu salat tiba. Nagajinya juga pinter. Karena suara dia bagus bahkan menyannyi saja bagus," katanya sambil tertawa kecil.

Ilham juga mengenang sosok sang Papah yang berbeda dengan remaja lain seusianya, yang saat itu sedang asik bermain sepak bola, layangan atau yang lainnya, Aidit malah sibuk melakukan reparasi masjid di Belitung.

"Dia malah mengunjungi rumah-rumah orang‎ untuk meminta uang, supaya bisa perbaiki genteng masjid," kenangnya.

Selain itu, Ilham yang saat ini memiliki empat anak dua perempuan dan dua laki-laki mengungkapkan nama Dipa Nusantara adalah bukan nama sesungguhnya dari Aidit. Nama sebenarnya adalah Ahmad.

Saat itu Aidit mulai menginjak usia 17 tahun, sebelum berangkat ke Jakarta untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, Aidit meminta ke ayahnya untuk mengganti nama Ahmad menjadi Dipa Nusantara.

"Itu artinya Dipa itu cahaya atau pelita, jadi cahaya nusantara, dan Papah waktu itu ingin mengubah aktenya. Biasa jadi papah terinspirasi Diponegoro,” katanya sambil tertawa kecil.

Kala itu, sang ayah Abdullah Aidit tidak setuju apabila sang anak menganti nama pemberiannya. Kemudian dengan memakai sebuah trik Aidit mulai merayu sang ayah untuk diizinkan menganti namanya.

"Satu malam Aidit tidur disebelah ayahnya, dia merajuk untuk meminta dizinkan ubah nama, dan akhinya ayah luluh, ayah hanya menanyakan arti dari Dipa Nusantara" tambahnya.

Akhirnya setelah mendapatkan izin dari sang ayah, pada usia 18 tahun Aidit pun resmi menganti namanya di akte kelahiran menjadi Dipa Nusantara. Dan menghilangkan nama Ahmad pemberian sang ayah.

"Nah di umur 18 tahun Aidit baru ganti akte kelahirannya," pungkas Ilham yang merupakan Anggota Wanadri itu. [JpNN]

Sementara itu netizen berkomentar

Meta Shela mengatakan "Dulu aja PKI berkampanye mengatakan Partai Kiai Indonesia, pakai bawa2 qasidah kalo kampanye....bagi mereka apapun dijadiin demi tujuan, dusta fitnah dan darah no problem karean komunis tak percaya adanya Tuhan...mo bilang ayahnya nabi pun gak masalah bagi dia..jadi EGP .."

"Ahok juga peduli masjid....ahahahhaa sampai bangun yg besar malah" tulis netizen Liek.

Sementara itu netizen bernama Jalu Gin menuliskan "muadzin ko bakar msjid dan psantren"

Lepas dari itu semua redaksi mengharapkan, semoga bangsa ini tidak mengulangi apa yang dulu pernah dialami nenek moyang kita.. Semoga negri kita selalu aman, damai dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Karena Islam adalah Rahmatan Lil'alamiin.

Sumber: www.beritaislamterbaru.org