OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 03 Oktober 2017

Membangun Rasa Sepenanggungan di Dalam Masyarakat Muslim

Membangun Rasa Sepenanggungan di Dalam Masyarakat Muslim

ilustrasi: Mari bantu mereka agar kembali ke dalam fithrahnya

SEORANG muslim menyadari bahwa saudaranya sesama muslim tidak boleh dizalimi, dibiarkan, atau ditinggalkan begitu saja. Dia sadar, tidak dikatakan beriman bagi mereka yang tidak mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

Juga tidak dikatakan beriman apabila ia kenyang sementara tetangganya kelaparan, padahal dia tahu. Dia menyadari bahwa dalam bersaudara harus seperti satu tubuh, satu cita-cita, dan sepenanggungan.

Seorang muslim, jika sudah timbul rasa ukhuwah di dalam dirinya, maka segenap tubuhnya akan terdorong untuk mewujudkan sifat tolong-menolong, sepenanggungan, saling menyayangi, dan mengutamakan saudaranya terhadap orang yang terikat dengan ukhuwah islamiyah dan seakidah, terutama jika mereka memerlukan bantuan. Orang yang berukhuwah akan menyenangkan mereka yang kesusahan, menolong mereka yang ditimpa musibah, dan menjamin kaum lemah dan fakir miskin.

Itulah hak-hak ukhuwah yang paling luas dan merupakan salah satu konsekuensi syahadatain yang paling menonjol. Contoh historis tersebut menunjukkan bahwa setiap muslim menyadari hak ukhuwah dan bangkit dengan rasa tanggung jawab, menjamin orang yang perlu mendapat jaminan, mencintai, mempersaudarakan, menyayangi sesama saudara tanpa menyebut-nyebut kebaikannya. Tidak menyakiti, tidak merasa lebih tinggi, dan tidak merasa hebat.

Terhapusnya kefakiran dan terhentinya kejahatan dalam masyarakat Islam disebabkan hilangnya sumber dan penyebab kefakiran dan kejahatan. Ini suatu aksiomatika. Sejarah telah membuktikan, masyarakat yang menerapkan syariat Islam, memegang teguh ukhuwah islamiyah, dan berasaskan takwa kepada Allah, akan mampu melenyapkan kefakiran, menyebarkan rasa cinta, tolong-menolong, saling menjamin, menyayangi, membentuk satu barisan yang rapi, tegar menghadapi musuh, berhasil mencetak kemenangan, kekuatan, dan kehebatan dalam berhadapan dengan bangsa-bangsa lain di muka bumi ini. Hal ini terjadi karena Islam menata bangunan ukhuwah, menancapkan tiang-tiang mahabbah ‘kecintaan’, memantapkan prinsip saling sepenanggungan, memperdalam makna kasih sayang, dan mengutamakan sesama saudara.

Itulah hasil terpenting yang dipetik umat Islam dalam naungan ukhuwah islamiyah yang dilandasi niat ikhlas dan di bawah syiar akidah Rabbaniyah yang terpimpin. Dengan naungan ukhuwah, pemuda Islam dapat menciptakan kesatuan Islam yang tak tergoyahkan, menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia, membangkitkan peradaban Islam yang indah dan damai, memperoleh hubungan antara negara Islam, dan mengibarkan bendera Laa ilaha illallah, Muhammad Rasulullah di muka bumi.

Oleh karena itu, pereratlah tali ukhuwah islamiyah, agar umat Islam dapat mewujudkan kesatuan umat yang menyeluruh, menyebarkan agama Allah yang abadi ke pelosok dunia, menyinari dunia dengan petunjuk, dan menyemarakkannya dengan peradaban Islam yang cemerlang dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam sebenarnya.

Betapa perlunya masyarakat memiliki pribadi-pribadi mukmin yang saling menyayangi dan saling mencintai. Juga saling setia, jujur, dan ikhlas, yang dalam dirinya tertanam makna cinta yang hakiki. Semua itu bertujuan untuk mengembalikan kedaulatan Islam yang telah hilang dan kemenangan yang tertunda. Bagi Allah tidak ada yang sukar untuk mewujudkannya.*/Sudirman STAIL (sumber buku:Persaudaraan Islam, penulis: Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan)

Sumber: Hidayatullah