Obat-obatan di “Negeri Surga”
10Berita– Seorang ustadz berkisah dalam sebuah ceramah. Suatu hari ada syaikh dari Arab berkunjung ke Indonesia dan berkomentar tentang alam Nusantara. Ia mengatakan bahwa negeri kita ini “negeri surga”. Negara Arab yang penduduknya sangat sejahtera itu tak punya kekayaan seperti yang Allah ta’ala karuniakan kepada kita. Nyaris setiap jengkal tanah tropis ini bisa ditumbuhi tanaman, berbeda dengan karakter geografis Jazirah Arab: hamparan pasir kering kerontang. Benar kata Syaikh, ternyata kita hidup di “negeri surga”.
Semua makhluk hidup yang kasat mata butuh oksigen untuk bernafas. Oksigen tersedia di udara karena tumbuh-tumbuhan memroduksinya. Tumbuh-tumbuhan juga menjadi sumber pangan utama umat manusia sedunia. Beras dari tanaman, gandum dari tanaman, begitu pun ketela. Binatang yang merupakan sumber protein hewani umat manusia, bisa bertumbuh kembang lantaran makan tumbuhan. Sapi makan rumput, ayam makan jagung, kambing makan daun.
Tumbuh-tumbuhan yang hidup di setiap jengkal bumi Indosesia tak cuma berperan sebagai penghasil oksigen dan bahan makanan. Ia pula menjadi sumber bahan sandang, kerajinan, dan obat-obatan.
Makhluk hidup termasuk manusia tak bisa lepas dari penyakit. Walau sekali seumur hidup, orang pernah mengalami sakit. Dan ternyata, di sekitar kita, Allah subhanahu wa ta’ala telah menyediakan obatnya.
“Berobatlah wahai hamba Allah, karena Allah tidak menimpakan suatu penyakit kecuali Dia pula menyediakan obat baginya. Kecuali satu peyakit, yaitu kematian.” (Hr. Bukhari).
Sangat banyak tumbuh-tumbuhan di Indonesia yang mempunyai manfaat sebagai obat. Bahkan tak semua tumbuhan itu lazim ditanam atau dibudidayakan. Banyak yang hanya tumbuh liar sebagai gulma. Benarlah, Allah subhanahu wa ta’ala tidak pernah main-main dalam mencipta.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (Ali Imran: 190-191).
Lalu apakah kita kaum Muslim yang menjadi penghuni moyoritas “negeri surga” sudah mensyukuri karunia besar ini dengan sebaik-baiknya? Jawabannya tentu bervariasi, kembali pada masing-masing diri. Hanya satu yang pasti, Allah ta’ala berlaku adil dalam mengganjar setiap hamba.
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka pasti azabku sangat berat.'” (Ibraahim: 7).
Salah satu cara mensyukuri nikmat kekayaan tanaman obat di Indonesia adalah menanamnya di hunian kita. Sudahkan Anda melakukannya? Berapa jenis koleksi Anda? Selamat berburu bibit dan menanamnya, semoga Allah ta’ala memberkahinya. Wallahu a’lam. [IB]
Sumber: panjimas