UNICEF: Anak-anak Rohingya Saksikan 'Neraka di Bumi' Setelah Lari dari Kekerasan di Myanmar
10Berita - COX'S BAZAAR, BANGLADESH - UNICEF mengatakan bahwa anak-anak yang membentuk sebagian besar dari hampir 600.000 Muslim Rohingya yang telah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar menyaksikan "neraka di bumi" di kamp-kamp pengungsi yang padat, berlumpur dan kumuh di negara tetangga Bangladesh.
Badan anak-anak PBB itu telah mengeluarkan sebuah laporan yang mendokumentasikan nasib anak-anak yang menyumbang jumlah 58 persen dari pengungsi yang telah tumpah ke Cox's Bazar, Bangladesh, selama delapan pekan terakhir.
Reporter Simon Ingram mengatakan sekitar satu dari lima anak di daerah tersebut "kekurangan gizi akut."
Laporan tersebut muncul menjelang konferensi donor Senin di Jenewa untuk mengumpulkan dana internasional untuk Rohingya.
"Banyak anak pengungsi Rohingya di Bangladesh telah menyaksikan kekejaman di Myanmar yang tidak pernah dilihat anak-anak, dan semua menderita kerugian yang luar biasa," Direktur Eksekutif UNICEF Anthony Lake mengatakan dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilaporkan France24 hari Jum'at (20/10/2017).
Para pengungsi membutuhkan air bersih, makanan, sanitasi, tempat tinggal dan vaksin untuk membantu mengatasi kemungkinan timbulnya penyakit kolera yang berpotensi mematikan disebabkan oleh air.
Ingram juga memperingatkan ancaman yang ditimbulkan oleh pedagang manusia dan orang lain yang mungkin mengeksploitasi anak-anak di daerah pengungsian.
"Anak-anak ini merasa begitu terbengkalai, sangat terpencil, dan tanpa sarana untuk mencari dukungan atau bantuan.
Dalam artian, tidak mengherankan bahwa mereka benar-benar harus melihat tempat ini sebagai neraka di bumi," kata Ingram dalam sebuah konferensi pers di Jenewa.
Laporan tersebut menampilkan gambar-gambar berwarna yang mengerikan yang dibuat oleh beberapa anak yang dirawat oleh UNICEF dan kelompok bantuan lainnya yang berusaha memperbaiki kondisi kehidupan di Cox's Bazar.
Beberapa gambar menunjukkan helikopter tempur dan orang berpakaian hijau menembaki sebuah desa atau orang, beberapa di antaranya memuntahkan darah.
Masuknya pengungsi Rohingya dari Myanmar dimulai setelah operasi militer menyusul serangan pada 25 Agustus oleh pejuang Rohingya terhadap penjaga perbatasan dan markas militer pemerintah.
Pengungsi telah melarikan diri dari desa yang terbakar dan memberikan catatan seperti gambar anak-anak berupa pasukan keamanan yang menembaki warga sipil.
PBB dan agen kemanusiaan mencari $ 434 juta untuk pengungsi Rohingya dengan sekitar seperenam dari jumlah tersebut akan disalurkan ke upaya UNICEF untuk membantu anak-anak. (st/AP)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
Sumber :voa-islam