Investigasi Hamas: Mossad di Balik Penembakan Mohammad al-Zawari
Palinfo
Mohammad al-Zawari saat merancang drone
10Berita – Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah (Gerakan Perlawanan Islam/Hamas) menyalahkan agen intelijen Israel Mossad karena membunuh salah satu anggotanya di Tunisia setelah 11 bulan melakukan penyelidikan terperinci mengenai kasus tersebut.
Mohammad al-Zawari, komandan sayap bersenjata Brigade Izzuddin Al Qassam sejak 2006, ditembak mati beberapa kali di dalam mobilnya, pada 15 Desember 2016.
Hamas sebelumnya telah membentuk sebuah komite investigasi setelah peristiwa pembunuhan tersebut.
Berbicara pada sebuah konferensi pers di Beirut, Libanon, Anggota Biro Politik Gerakan Hamas, Mohammad Nazzal menggambarkan operasi Mossad sebagai tindakan teroris.
“Mossad secara resmi dituduh berada di balik pembunuhan yang bukan hanya tindakan teroris, tapi juga melanggar kedaulatan nasional.
“Tunisia memiliki informasi tentang penyelidikan ini. Kepentingan nasional dan stabilitas publik sekarang menjadi prioritas karena rezim Zionis akan mengulangi tindakan mereka sekali lagi, “katanya dikutip Aljazeera.
Televisi Aljazeera pernah merilis sebuah laporan panjang tentang Muhammad Zawari, melaporkan, ia mengunjungi Jalur Gaza antara tahun 2012 sampai 2103 dan tinggal sekitar 9 bulan dan melanjutkan pembangunan dan pengembangan proyek pesawat tanpa awak Izzuddin al-Qassam.
Penyelidikan al-Qassam juga mengungkap nama-nama semua yang terlibat atau dicurigai terlibat dalam aksi pembunuhan Zawari. Bagaimana mereka merencanakan pembunuhannya dengan menyewa mobil di Kota Sfax, menunggu korban sampai tiba di rumahnya untuk dilakukan aksi pembunuhan, selain mengungkap operasi perencanaan secara keseluruhan.
Menurut Hamas, Al-Zawari (49), adalah seorang insinyur penerbangan yang sedang menyiapkan pesawat tak berawak rahasia.
Al-Zawari mendapat pujian dari Hamas setelah mengembangkan pesawat tak berawak Ababil yang digunakan untuk melawan rezim Penjajah Israel di Jalur Gaza pada musim panas 2014.
Laporan lengkap penyelidikan tersebut, termasuk rincian bagaimana pembunuhan tersebut telah direncanakan dengan hati-hati dalam tiga tahap sejak 2015 yang melibatkan 12 individu, yang dipublikasikan di situs Hamas.
Dua orang yang melakukan pembunuhan itu memiliki paspor Bosnia. Salah satu namanya, Chris Smith, telah terdaftar di Tunisian Engineering School, universitas yang sama dimana Al-Zawari belajar untuk meraih gelar doktor.
Laporan tersebut mengatakan bahwa Smith, yang tertarik untuk melihat dan mempelajari inovasi drone menawarkan sebuah proyek kepada Al-Zawari, mengatakan bahwa hal itu didukung oleh Uni Eropa. Namun, Al-Zawari menolak dan mencurigai terhadap Smith.
Pengamat senior Israel menduga, pembunuhan yang dilakukan Mossad terhadap kreator pesawat Hamas dari Tunisia, Muhammad Al-Zawari adalah karena kecemasan terhadap potensi Zawari dalam menciptakan senjata penghancur keseimbangan strategis, serta kontribusinya kepada Hamas.
Ben Caspit, pengamat militer Israel mengatakan, sebelum ditembak, Zawari tengah mendesain kapal selam yang dapat beroperasi dari jarak jauh.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan “Yisrael Pulse”, Kamis (22/12/2016) lalu dan diterjemahkan Arabi21, Caspit memberikan catatan mengenai kemampuan sayap militer Hamas mengendalikan kapal selam yang dapat dikontrol dari jarak jauh dan dapat digunakan menyerang ladang minyak Israel yang berada di kedalaman laut Mediterania. Jelas itu merupakan aset strategis dan geo-strategis bagi Israel.*
Sumber : Hidayatullah.com