OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 24 November 2017

Kisah Relijius Hana Tajima, Wanita Atheis Berdarah Jepang yang Memilih Islam

Kisah Relijius Hana Tajima, Wanita Atheis Berdarah Jepang yang Memilih Islam


10Berita-Fenomena Rina Nose mengguncang jagat maya. Apalagi setelah sebuah tulisannya tentang Negara Jepang ditengarai sebagai awal Rina meninggalkan jilbab.

Kemudian saya bertanya, kalau hidupmu sudah sebaik ini tanpa agama, lalu kenapa kamu ingin mencari Tuhan dan ingin memiliki agama?

Tulisan Rina Nose bertolak belakang dengan kisah relijius Hana Tajima. Wanita cantik berdarah Jepang ini malah mengatakan jika Islam mempengaruhi kehidupannya.

"Semakin saya baca, semakin banyak saya setuju dengan Alquran dan saya bisa melihat mengapa Islam sungguh berpengaruh pada kehidupan teman-teman muslim saya"

Hana Tajima adalah seorang mualaf. Sebelum sukses sebagai perancang mode, dia mengaku tak pernah bermimpi memeluk Islam. “ Itu benar bahwa saya tidak pernah memutuskan masuk Islam atau ingin menjadi seorang muslim,” kata Tajima, dikutip Dream dari independent.co.uk.

Dia tumbuh di Davon, kota kecil di tenggara Inggris. Keluarganya tak begitu religius. “ Saya tumbuh di pinggiran Davon, di mana ayah saya orang Jepang, etnik yang berbeda sama sekali dengan kondisi di desa,” tutur dia.

Masuk sekolah tingkat atas, Hana Tajima berkawan dengan orang dari berbagai latar belakang. Dia sempat terjerembab ke dalam pergaulan bebas. Teman-temannya penyuka hip-hop underground, menenggak minuman keras, dan kehidupan foya-foya lainnya.

Menginjak kuliah, dia berkawan dengan sejumlah muslim. Di sinilah dia merasa aneh. Mengapa teman-teman muslimnya itu tidak mau diajak ke klub. “ Saya pikir ini mengejutkan, bagaimana bisa Anda tidak ingin keluar pada masa seperti ini,” ujar Hana Tajima.

Sejak itulah dia mulai belajar filosofi. Dia mulai bingung dengan kehidupannya saat itu. Kala itu, Hana Tajima yang ayu memang menjadi remaja populer. Punya pacar, banyak teman, dan semua yang menyenangkan. “ Tapi saya masih merasa apakah harus seperti itu?”

Perasaan aneh itu terus menerus datang. Siang dan malam. Sehingga dia mencoba banyak membaca buku-buku soal agama. Banyak mempelajari teman-teman dan latar belakangnya. “ Ada sesuatu yang menarik saya masuk Islam,” kata dia.

Dia mulai terkesan dengan Alquran. Hana Tajima menemukan banyak isu, mulai hak perempuan dan kehidupan kontemporer diatur dalam kitab orang muslim itu. “ Semakin saya baca, semakin banyak saya setuju dengan Alquran dan saya bisa melihat mengapa Islam sungguh berpengaruh pada kehidupan teman-teman muslim saya.”

Meski demikian, Hana Tajima tetap belum masuk Islam. “ Tapi ada suatu titik di mana saya tidak bisa mengatakan bahwa diri saya bukanlah muslim,” katanya. Sejak itulah Hana Tajima masuk Islam. Saat peristiwa sebelas tahun silam itu, usianya baru tujuh belas.

Sejak itu, dia bersyahadat. Mendeklarasikan diri sebagai muslim. Soal keluarga, blasteran Jepang-Inggris ini tidak ambil pusing. Sebab, dia berpikir, keluarganya akan senang jika dia senang.

“ Dan mereka bisa melihat bahwa ini merupakan sesuatu yang sungguh positif,” katanya. Namun, tanggapan beragam datang dari teman-temannya. Ada yang menyayangkan banyak pula yang memberi dukungan.

Masuk Islam, ada hal baru yang membuatnya bingung. Soal busana. Dia sempat frustasi bagaimana harus berpakaian sebagai seorang muslimah. Sementara sebelum memeluk Islam, dia sudah terbiasa berbusana ala Barat.

Di tengah rasa frustasi itulah otaknya berputar. Jiwa kreatifnya muncul. Dia jadikan mode Barat itu sebagai inspirasi menciptakan busana hijab muslimah. Sejak itulah dia mendirikan rumah modenya sendiri: Maysaa.

Sumber : aktualislam.com