Mau Cari Pemimpin Luar Biasa? Mari Bercermin dari Sejarah…
10Berita – Konstantinopel, kota legenda yang indah nan kokoh dibangun pada abad ke 3 masehi oleh kaisar Byzantium Konstantin 1 serta disebut-sebut sebagai kota terkuat pada masanya. Selama berabad-abad konstantinopel menjadi ibu kota Romawi timur, berdiri tegak menantang panglima perang di seluruh dunia untuk ditembus. Dalam suatu hadits, Nabi Muhammad pernah berkata “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukan. Sebaik baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya” (HR. Ahmad). Jadi dalam janji Nabi, konstantinopel akan jatuh di tangan muslim terbaik dengan pasukan terbaiknya.
Dimulai rindu akan ramalan perwujudan Nabi tersebut, selama ratusan tahun dan sudah belasan kali para mujahid berjuang sekuat tenaga untuk menunjukkan diri sebagai pemimpin dan pasukan terbaik. Beberapa panglima hebat yang sudah pernah mencoba diantaranya adalah Muawiyah bin Abi Sufyan dengan Abu Ayyub al-Anshari, lalu kemudian para khalifah bani Umayyah, Bani Abbasiyyah dan beberapa nama agung lainnya ternyata masih belum bias mewujudkan cita-cita mulia tersebut.
Sampai pada tahun ke 1453 M, akhirnya terbukalah konstantinopel oleh Sultan Muhammad 2 yang kemudian bergelar al-Fatih. Yang paling menarik adalah ternyata sang sultan terbaik ini usianya belum genap 25 tahun. Dengan usia mudanya ia ternyata sanggup membawa harum nama Islam dan kekhalifahan turki Utsmani di depan dunia. Mengalahkan pesaing tersohor sebelumnya yang sudah berupaya untuk merebut konstantinopel. Beliau dengan kegigihan dan kerja kerasnya di waktu muda, akhirnya bisa mendapat kehormatan besar atas hadits Nabi Muhammad SAW.
Sosok pembentuk jiwa sang penakluk
Potret al Fatih tidak lepas dari peran keluarga dan guru yang hebat. Ayahnya sultan Murad ke 2 adalah pemimpin kekhalifahan Utsmani yang besar. Diceritakan bahwa sang sultan pada awalnya sempat merasa sedih meilhat al-Fatih kecil. Kehidupan kerajaan yang mewah ternyata membuat anaknya menjadi bandel dan tidak mau menuruti perintah yang diberikan gurunya. Namun beliau tidak berputus asa atas hal ini. Dan kesabaran sang Ayah inilah yang mengawali kebesaran putranya di kemudian hari.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Al-Imran 159)
Akhirnya datanglah seorang Ulama Sufi terkemuka bernama Aaq Syamsuddin. Di tangan beliaulah Muhammad al-Fatih dirubah jiwanya yang semula menjadi anak yang manja dan susah diatur, menjadi seorang panglima terbaik yang memimpin pasukan terbaik pula.
Sang syeikh memulai pendidikan sang sultan dengan berbagai macam ilmu dasar Islam yang cukup seperti tafsir Al Quran, fikih, sirah Nabawiyah dan ilmu ilmu dasar lainnya. Selain memperkaya dengan keilmuan fardhu ain, sang guru juga memberikan anak didiknya dengan perbekalan ilmu fardhu kifayah seperti ilmu matematika, ilmu falak, sejarah, dan berbagai macam bahasa asing. Integralisasi kedua ilmu inilah yang menjadi bekal utama sang penakluk dalam kepemimpinannya kelak.
Peran sang Ayah dalam pemantapan pendidikan juga tidak kalah penting. Beliau sering mengajak sang anaknya untuk ikut serta dalam peperangan besar, sehingga pengetahuan tentang strategi berperang Muhammad al-fatih banyak diwarisi oleh sang Ayah. Untuk melatih kepiawaian dalam mengatur pemerintahan, sang Ayah juga tidak segan-segan untuk memberikan amanah jabatan kepala Negara kepadanya, tentu dengan tahapan dan pengawasan yang baik. Sejak usia belia, sang Ayah sudah berusaha mencetak anaknya agar menjadi seorang panglima dan pemimpin Negara. Hanya karena sudah ada Syekh Aaq syamsuddin sebagai guru anaknya, tidak lantas membuat Sultan Murad lupa atas kewajibannya dalam ikut serta dalam pedidikan anaknya.
Kedua orang inilah yang terus menerus mendorong sang sultan menjadi panglima terbaik dalam sabda Nabi. Semangat serta ilmu yang terus mengalir dari seorang guru dan ayah adalah tenaga terbesar utama untuk menjebol tembok konstantinopel.
Pemimpin terbaik dan pasukan terbaik
Karakteristik utama dari Muhammad al-Fatih adalah kuatnya keimanan dalam hatinya. Beliau adalah seorang panglima cerdas nan pemberani yang sangat taat dalam beribadah. Tak pernah sekalipun meninggalkan sholat rawatib dan shalat tahajjud semenjak baligh. Mencintai ilmu pengetahuan dan sangat memperhatikan masalah keilmuan dalam kepemimpinannya.
Seorang pengamat sejarah Amru Khalid menjelaskan bahwa sang sultan adalah pribadi yang unik. Karena pertama beliau memiliki tekad kuat dan kokoh dalam menggapai visinya, Dikisahkan bahwa ketika kaisar Konstantin menolak tawaran menyerah secara damai, beliau berkata dengan gagah berani : “Baik, setelah ini aku akan memiliki singgasana atau kuburan di Konstantinopel”. Di sisi lain sangat lembut dan halus ketika sudah beribadah menghadap Allah SWT. Airmatanya akan mengalir bagai sungai ketika mengharap keridhaan serta ampunan dari Allah SWT.
Abdul salam Abdul aziz Fahmi juga menceritakan bahwa sang sultan adalah orang yang sederhana. Beliau lebih banyak menghabiskan waktunya untuk merendah dan bermunajata kepada Allah SWT. Di lain itu selebihnya beliau gunakan untuk untuk membaca buku dan berlatih perang.
Namun sesuai hadits Nabi bahwa pemimpin terbaik saja tidaklah cukup, harus ada pasukan terbaik pula untuk mengepung konstantinopel. Oleh karenanya semua pasukan dilatih disiplin baik secara jasmani maupun spiritual. Jika pada siang hari diwajibkan latihan kemiliteran, pada malam hari sang sultan akan berkeliling untuk mengingatkan pasukannya agar senantiasa membaca Al-Quran dan rutin melaksanakan shalat tahajjud. Ia selalu memastikan bahwa seluruh pasukannya harus selalu melaksanakan shalat 5 waktu. Kepada pasukannya ia meyakinkan bahwa sholat dapat melatih kekuatan jiwa seorang manusia. Kekuatan fisik saja tidak akan cukup jika tidak diimbangi dengan kekuatan spiritual yang memadai.
Melalui metode-metode inilah akhirnya tercipta pasukan turki utsmani yang gagah berani dengan kualitas ibadah terbaik yang pernah ada. Ditunjang dengan teknologi senjata tercanggih pada masanya dan strategi terbaik, akhirnya pada hari selasa tanggal 20 jumadil ula 857 H / 29 Mei 1453 sang Sultan Muhammad al-Fatih mampu menaklukkan konstantinopel. Setelah menunggu 800 tahun, akhirnya sabda Nabi terbukti bahwa : “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukan. Sebaik baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya” (HR. Ahmad)
Pemimpin terbaik adalah ia yang mampu mengintegralkan ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah dalam kepemimpinannya. Pejuang terbaik adalah mereka yang terus menempa fisiknya tanpa harus melupakan kekuatan spiritualnya.
Sumber : Eramuslim