Pertolongan untuk Keluarga yang Taat
10Berita , JAKARTA -- Allah SWT tidak akan mendiamkan hamba-Nya yang taat dan selalu memegang teguh keimanan berada dalam kesulitan. Pertolongan Allah yang begitu nyata pernah dialami Ummu Muslim al-Khaulaniyah.
Semangat dalam menjalankan ibadah, zuhud, dan upaya mencari ridha Allah adalah permulaan Ummu Muslim menjalani hidup bersama sang suami, Abu Muslim al-Khaulani ad-Darani, tokoh dari golongan tabiin yang dikenal ahli zuhud.
Suatu ketika, persediaan bahan pokok sehari-hari keluarga itu sudah kosong. Sehingga, tidak ada makanan tersedia di meja makan seperti hari-hari biasa. Namun, karena Ummu Muslim seorang istri yang produktif dan mandiri, kekurangan tersebut segera bisa diatasinya tanpa mengumpat kepada suami, setelah dia menjual hasil karyanya berupa kain sulam.
Ummu Muslim, seperti yang dikisahkan buku 101 Tabiin Terhebat Sepanjang Masa ini memang pandai menyulam. Apa pun yang terkait dengan pekerjaan tangan menjadi keahliaanya yang bisa ditukar dengan uang. Uang satu dirham hasil menjual kain sulamannya dia berikan kepada suaminya untuk dibelikan bahan-bahan pokok sehari-hari.
"Wahai Abu Muslim, kita tidak punya tepung lagi." Abu Muslim cukup terkaget karena dia tidak memiliki uang untuk membeli tepung. Dengan pasrah dia berkata, "Apakah engkau mempunyai sesuatu (uang) untuk membeli tepungnya..?" kata Abu Muslim sambil menatap muka istrinya dengan nanar.
Dengan suara lembut serta nada suara rendah, Ummu Muslim menjawab, "Kita punya satu dirham dari menjual kain sulam."
Ummu Muslim tetap rendah hati, mengatakan uang tersebut milik bersama, bukan hasil jerih payahnya menjahit. "Baiklah wahai istriku, berikan uang itu dan kantong untuk tepung."
Abu Muslim al-Khaulani tidak membelanjakan uang satu dirham itu melainkan menyedekahkannya kepada pengemis yang dia temui di jalan.
Dari situlah Allah memberikan kejernihan hatinya untuk selalu bersikap sabar dan dermawan. Siapa saja yang meminta tolong kepadanya selalu dia bantu tanpa padang bulu. Demikian jika Allah SWT telah rela kepada hamba-Nya selalu dimudahkan untuk berbuat baik.
Lanjut cerita, setelah menerima uang berikut tas untuk diisi tepung, Abu Muslim berangkat ke pasar. Ketika tiba di depan toko yang menjual tepung, Abu Muslim didatangi pengemis dan berkata:
"Wahai Abu Muslim, berikan sedekah kepadaku," kata pengemis itu menyebut namanya karena memang Abu Muslim sudah tenar di kalangan masyarakat Makkah.
Pengemis yang sudah mengenal Abu Muslim ini terus-menerus menarik tangan Abu Muslim dan akhirnya Abu Muslim memberikan uang satu dinar yang diberi istrinya untuk membeli tepung.
Tidak ingin mengecewakan sang istri, Abu Muslim mengisi kantong untuk tepung itu dengan serbuk kayu yang bercampur dengan pasir. Setelah sampai di rumah, tas yang berisi tanah itu dia letakkan di depan pintu dan Abu Muslim pun langsung pergi ke tempat ibadahnya sehari-hari.
Kebetulan ketika itu sudah masuk waktu Ashar. Sementara istrinya, Ummu Muslim, mengambil tas yang baru saja diletakkan suaminya dan segera mengolahnya karena setelah dibuka kantong itu berisi tepung.
Abu Muslim kaget ketika sepulang dari rumah bakda Maghrib melihat sudah ada roti terhidang di meja makannya. Merasa uangnya tidak dibelikan tepung, Abu Muslim bertanya, "Dari manakah engkau mendapatkan semua ini wahai Ummu Muslim?" ujarnya.
Dengan suara rendah hati, Ummu Muslim menjawab, "Dari tepung yang engkau bawa tadi wahai suamiku," katanya sambil memberikan roti yang telah dihidangkannya kepada suaminya. Sementara, suaminya menangis karena tak merasa memberikan tepung kepadanya.
Ujian
Ujian lain yang dihadapi oleh keluarga taat ini tak terhenti pada soal ekonomi. Keharmonisan rumah tangga mereka pernah diuji dengan hasutan yang dilakukan oleh perempuan, yang tak lain adalah tetangganya.
Kebiasaan Abu Muslim ketika hendak masuk rumah selalu mengucapkan salam dan takbir. Ucapan tersebut pun dijawab dan tak pernah luput dari Ummu Muslim. Namun, akibat hasutan sang tetangga, suatu ketika Ummu Muslim tak menjawab kebiasaan sang suami itu.
Sikap yang jarang dilakukan oleh istrinya membuat Abu Muslim bertanya-tanya dalam hatinya. "Ada apa istriku tidak menjawab salam serta takbirku, padahal dia berada di rumah."
Abu Muslim mendekat dan bertanya kepada Ummu Muslim yang sedang duduk termenung di halaman belakang rumah. "Ada apa denganmu?" Ia bertanya dengan nada lembut.
Dengan tegas, Ummu Muslim menjawab, "Engkau mempunyai kedudukan tinggi di mata Muawiyah bin Abu Sufyan, sedangkan kita tidak punya pembantu (budak). Seandainya engkau meminta diberikan budak, ia pasti memberikannya kepadamu," katanya.
Abu Musli, sadar dari perkataan istrinya tadi ada sesuatu yang disembunyikannya. Dengan segala kepasrahan dan kerendahan hati, Abu Muslim menengadahkan wajahnya ke langit seraya berkata. "Ya Allah, siapa pun yang merusak istriku, butakanlah matanya."
Abu Nuaim al-Ashbahani seperti dikisahkan dalam buku /101 Tabiin Terhebat Sepanjang Masa menceritakan, sebelum peristiwa itu terjadi, seorang perempuan memang mendatangi Ummu Muslim dan menceritakan bahwa Muawiyah bin Abu Sufyan pasti akan memberikan budak jika Abu Muslim mau memintanya.
Namun, masih dikisahkan Abu Nuaim, akibat hasutan yang ia lakukan terhadap keluarga Abu Muslim dan istrinya, entah mengapa, mendadak penglihatan perempuan tersebut tidak berfungsi sesampainya di rumah.
Seketika itu pula perempuan yang menghasut Ummu Muslim itu sadar bahwa kebutaan matanya itu disebabkan oleh perbuatan zalimnya kepada keluarga Abu Muslim. Sang perempuan menemui Abu Muslim untuk meminta maaf dan berdoa kepada Allah agar mengembalikan matanya yang telah buta menjadi dapat melihat kembali.
Abu Muslim menerima permintaan maaf wanita itu dan memohon kembali kepada Allah agar matanya yang telah buta bisa melihat kembali. Baru saja Abu Muslim selesai berdoa mata perempuan itu sudah normal dan kehidupan keluarga Abu Muslim juga kembali harmonis.
Sumber : Republika Online