Siapa Penguasa Langit Gaza?
Pesawat tempur Israel hujani Gaza dengan rudalnya (arisp/islammemo.cc)
10Berita – Al-Quds. (Ilustrasi) Dua atau tiga milisi salafi menekan tombol rudal, lalu sesaat kemudian pesawat-pesawat tempur Israel bergerak untuk menyerang Hamas. Begitulah fakta yang selama ini terjadi di Gaza. Sebuah lelucon yang akan selalu kita saksikan.
Hari Jumat (27/10) lalu, Jendral Tawfiq Abu Naim mengakhiri shalatnya di masjid, lalu bergegas kembali menuju kantornya. Komandan Keamanan Hamas itu kemudian masuk ke dalam mobil. Beberapa saat kemudian, sebuah bahan peledak yang ditanam di sebelah kirinya meledak. Paketnya kecil sehingga tidak bekerja maksimal. Jendral hanya luka-luka ringan, dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit keesokan harinya.
Sejak saat itu, banyak sekali air limbah yang mengalir melalui pipa ke lautan Gaza. Tiga hari setelah percobaan pembunuhan terhadap Abu Naim, pasukan Israel menghancurkan sebuah terowongan di Khan Yunis. Serangan itu menewaskan delapan orang, baik dari Jihad Islam maupun Hamas. Hamas menjadi buah bibir, namun mereka menolak untuk menanggapinya. Tampaknya, mereka punya alasan yang bagus.
Salah satu pimpinan Hamas tidak berbicara terbuka terkait upaya pembunuhan salah satu komandannya itu. Tapi, sudah dapat dipastikan bahwa yang tertuduh adalah Milisi Sinai yang berafiliasi pada ISIS. Abu Naim merupakan sosok yang menutup pintu Rafah dan perbatasan untuk para Milisi Sinai. Padahal hingga satu tahun yang lalu, para milisi itu masih menjadi bagian dari mitra Hamas.
Semua itu berubah sesaat setelah Hamas menyadari bahwa Mesir ingin normalisasi hubungan. Hamas memilih Kairo, dan mencampakkan mitranya dalam sekejap. Sedangkan di sisi lain, milisi radikal yang berusaha melarikan diri dari pasukan Mesir, menuju ke Jalur Gaza dengan harapan mendapat pelayanan di rumah sakit-rumah sakit Gaza, mendapati satu-satunya pintu perbatasan telah di tutup.
Tak dipungkiri, Milisi Sinai ini juga memiliki pendukung dan aktivis di dalam Jalur Gaza itu sendiri, terutama dari kalangan Salafi. Dari kalangan inilah muncul inisiatif peluncuran rudal. Mereka pula yang dari waktu ke waktu menembakkan rudal ke wilayah Israel. Sedangkan Hamas, apapun yang terjadi, mereka tidak sekalipun menembakkan rudal ke Israel di luar situasi perang. Ada pihak lain yang menggantikan peran Hamas di sana.
Hamas telah mengadopsi pendekatan yang konsisten. Setelah semua rudal diluncurkan dari Gaza, para pasukan kemudian mengosongkan pangkalan militer hingga seluruh pesawat tempur Israel menembakkan seluruh pelurunya ke Gaza. Setelah itu, otoritas zionis akan mengumumkan bahwa Hamas lah yang bertanggungjawab atas semua yang terjadi di Gaza. Sedangkan faktanya, yang melakukan penembakan tak lain adalah musuh-musuh Hamas.
Pola seperti ini terjadi puluhan kali pada tahun-tahun terakhir. Organisasi-organisasi lain yang meluncurkan satu atau dua rudal, tapi Hamas yang memikul tanggungjawabnya. Perlu dipertanyakan apakah Dewan Regional Eshkol tahu akan fakta ini. Fakta bahwa rudal-rudal yang memasuki sistem keamanan mereka, sesungguhnya bukan Hamas yang menembakkan, melainkan milisi Salafi.
Sebuah pola yang membuat Israel, kekuatan militer paling maju dan kuat di sebuah wilayah yang kecil, tidak memiliki data akurat, bahkan untuk sekedar nama saja. Hal ini semakin memperjelas bahwa dihadapan kita ada sebuah lelucon. Dua atau tiga salafi yang menekan tombol rudal, tapi tidak dikenali sama sekali. Sehingga pesawat-pesawat tempur canggih pun turun tangan untuk memukul kepala musuh mereka. (whc/dakwatuna)
Sumber: Pal Today