OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 05 November 2017

Ulama Bela Negara dari Ancaman Ideologis

Ulama Bela Negara dari Ancaman Ideologis


10Berita , CIANJUR -- Direktur Kulliyatul Qur'an Al-Hikam II, Depok, Arif Zamhari mengatakan,  pada zaman dahulu para ulama juga melakukan Bela Negara. Namun, para ulama dulu berjuang melawan penjajah dalam merebut kemerdekaan. Adapun saat ini para ulama harus membela negara dari ancaman ideologis.

Hal ini disampaikan Arif dalam acara Penutupan Lokakarya Da'i Aswaja Bela Negara, Palace Cipanas Hotel, Cianjur, Sabtu (4/11). "Bela Negara dalam konteks saat ini sama dengan yang diperjuangkan para ulama dan kiai terdahulu tidak kalah beratnya, yaitu membela negara menghadapi ancaman ideologis, Islam Transnasional yang menjadi ancaman bagi NKRI," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (4/11).

Arif juga mengatakan, bela Negara dalam menghadapi pengaruh asing dari neokolonialisme dalam ekonomi juga sangat penting dilakukan. Karena itu, ia mengingtakan agar waspada pada pengaruh budaya asing yang sangat berbeda dengan budaya bangsa Indonesia.

"Dengan adanya ideologi yang berbeda dengan ideologi bangsa, maka ini merupakan ancaman dan tantangan. Terutama bagi ulama pesantren wajib membela negara. Tentunya, bahu membahu antara ulama dan umara' dalam bela negara. Mustahil tanpa kerja sama yang baik dapat tercapai," ujar menantu Almarhum KH Hasyim Muzadi ini.

Menurut dia, dalam metodologi dakwah bela negara perlu adanya kontekstualisasi dalam nilai Aswaja, sehingga diperlukan adanya pembaharuan kurikulum Aswaja yang sesuai dengan generasi kekinian.

"Tentunya dalam menjalankannya perlu didukung dan menggunakan fasilitas dakwah secara modern, memenuhi ajaran Aswaja di sosmed dan lainnya," katanya.

Sementara, salah satu narasumber Lokakarya Da'i Aswaja Bela Negara, KH Tarya Witarsa mengatakan bahwa dalam bela Negara perlu adanya kaderisasi. Menurut dia, terdapat beberapa tahapan untuk melalukan kaderisasi itu, yaitu ta'rif (pengenalan), pembentukan (takwin), pengorganisasian (tandzim) dan Training of Trainer (TOT).

"Dengan pengorganisasian secara rapi, maka diharapkan tujuan dari Bela Negara dapat tercapai. Tentunya dengan melibatkan banyak elemen dan ulama di masyarakat," jelas Arif.

Untuk diketahui, kegiatan Lokakarya ini merupakan tindak lanjut dari acara Halaqah Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan Gerakan Dakwah Aswaja Bela Negara yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Al Hikam, Beji, Depok belum lama ini.

Sumber : Republika.co.id